98 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
Kunci  jawaban:  Pertanyaan  ini  mengingatkan  kita  akan  ucapan  Tuhan  Yesus, bahwa apabila biji gandum tidak membiarkan dirinya mati dan berubah wujud,
ia akan tetap tinggal biji dan tidak menjadi berkat. Namun sebaliknya, bila biji gandum itu jatuh ke tanah dan mati, lalu tumbuh menjadi kecambah yang baru,
maka di situlah terdapat janji dan pengharapan akan kehidupan yang baru. Hal ini mengingatkan kita bahwa kita tidak perlu khawatir bila menghadapi penderitaan,
bahkan kematian sekalipun, di dalam suatu perjuangan, sebab setiap perjuangan memang menuntut pengurbanan.
4.  Mintalah  siswa  menyusun  sebuah  program  pelayanan  bagi  masyarakat  yang dapat dilaksanakan oleh orang muda atau remaja gerejanya dengan tujuan untuk
memberdayakan  mereka.  Misalnya,  mbuat  sebuah  taman  bacaan  masyarakat, melakukan penyuluhan tentang menjaga kebersihan lingkungan dan pelestarian
alam, dan lain-lain.
G.  Nyanyian Penutup:
Menyanyikan lagu NKB 210 “‘Ku Utus ‘Kau”
H. Doa Penutup
Kami  sadar  ya  Tuhan,  bahwa  Engkau  tinggal  bersama  orang-orang  yang paling hina di muka bumi ini, bahwa Engkau duduk di tumpukan debu di antara
mereka yang tinggal di permukiman-permukiman kumuh dan di penjara, bahwa Engkau hadir bersama remaja-remaja bermasalah dan para tuna wisma, bahwa
Engkau berkerumun bersama para pengemis yang mengais makanannya, bahwa Engkau menderita bersama mereka yang sakit, dan bahwa Engkau berdiri antre
bersama mereka yang menganggur. Kiranya kami disadarkan bahwa ketika kami melupakan para pengangguran, maka kami pun telah melupakan Engkau. Amin.
Doa oleh Toyohiko Kagawa, teolog Jepang yang melayani orang-orang miskin, para buruh, pelacur, dan lain-lain.
I.  Penjelasan Bahan Alkitab
1.  Yohanes 15:18-19
Kata  “dunia”  dalam  ayat-ayat  ini  mungkin  sedikit  membingungkan.  Dalam Yohanes  3:16  dikatakan  bahwa  Allah  sangat  mengasihi  dunia  ini.  Lalu  mengapa
dalam  15:18-19  dikatakan  bahwa  dunia  membenci  para  pengikut  Kristus?  Di  sini kita  harus  memahami  bahwa Alkitab  menggunakan  kata  “dunia”  dalam  cara  yang
berbeda-beda.  Pertama,  “dunia”  dapat  merujuk  kepada  bumi  yang  Allah  ciptakan Kis. 17:24. Kedua, dunia merujuk kepada seluruh umat manusia dan isinya Yoh.
3:16.  Dan  ketiga,  dunia  dapat  juga  merujuk  kepada  manusia  yang  memusuhi  dan membenci Allah bdk. 1 Yoh. 2:15-16. Yohanes 15:18-19 menggunakan kata “dunia”
dalam pengertian yang terakhir ini. Karena itu, kita tidak perlu heran apabila “dunia” membenci para pengikut Kristus, karena ia telah terlebih dahulu membenci Kristus.
99
Namun hal ini tidak boleh membuat kita khawatir atau gentar, sebab Kristus telah memilih kita.
2.  Kisah 1:6-8
Ayat-ayat ini berisi percakapan antara murid-murid Yesus dengan Tuhan yang akan segera terangkat ke surga. Murid-murid bertanya, “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini
memulihkan kerajaan bagi Israel?” Tampaknya mereka masih belum memahami bahwa Kerajaan  yang  dihadirkan  oleh  Tuhan Yesus  bukanlah  dari  dunia  ini  lih. Yoh.  18:36.
Maksud  kedatangan Yesus  ke  dunia  sama  sekali  bukanlah  untuk  menegakkan  kembali kerajaan  Daud  yang  telah  hancur,  melainkan  untuk  menegakkan  Kerajaan Allah,  yaitu
pemberlakuan kehendak Allah di dalam kehidupan setiap manusia.
Karena  itulah  Tuhan  menjawab,  “Engkau  tidak  perlu  mengetahui  masa  dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya.” Tentang hal ini, bahkan
Yesus sendiri mengatakan bahwa, “Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa saja.”
Mrk. 13:32.
Namun ada satu hal penting yang dipesankan oleh Tuhan Yesus, yaitu bahwa para murid akan menjadi saksi-Nya “di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan
sampai ke ujung bumi.” Kalau kita membaca kitab Kisah Para Rasul, maka kita akan menemukan bagaimana kisah penyebaran Injil terjadi: mula-mula di Yerusalem, lalu
ke  seluruh  Yudea,  ke  Samaria,  dan  akhirnya  sampai  ke  ujung  bumi.  Demikianlah Kisah  ditulis  untuk  melukiskan  penggenapan  pesan  Tuhan  Yesus  kepada  murid-
murid-Nya.
3.  Kisah 6:1-6
Pada  bagian  bacaan  ini  kita  kembali  berjumpa  dengan  kisah  pengangkatan ketujuh diaken pertama. Istilah “diaken” berasal dari kata bahasa Yunani, diakonos.
Kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “pelayan”, “hamba”, atau “utusan”. Ada dugaan bahwa arti kata “diakonos” sendiri sebenarnya adalah “melalui debu”,
maksudnya debu yang terangkat oleh seorang pelayan atau utusan yang sibuk. Selain ketujuh diaken ini, ada pula Febe Rm. 16:1-12 yang juga melayani sebagai diaken
di jemaat di Kengkrea.
Tugas-tugas  diaken  ternyata  tidaklah  terbatas  kepada  pelayanan  meja  atau pelayanan sosial saja. Filipus, misalnya, menyebarkan Injil ke Samaria, dan bahkan
juga  membaptiskan  seorang  sida-sida  dari  Etiopia  Kis.  8:26  dyb..  Di  kemudian hari, pada tahun 536, bahkan seorang diaken diangkat menjadi paus Paus Silverius.
Jadi, tugas-tugas diaken ternyata sangat luas, bahkan seringkali tidak berbeda dengan tugas seorang penatua presbiter atau pendeta.
J.  Penilaian Kegiatan Bab IV
Penilaian kegiatan 1: Pengamatan
Pada  bagian  ini  guru  mengajak  siswa  menyebutkan  bagaimana  gereja  mereka masing-masing memahami hubungan iman orang Kristen dengan praktik hidup sehari-
100 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
hari.  Buku  ini  dilengkapi  dengan  kunci  jawaban  untuk  pertanyaan-pertanyaannya, sehingga guru dapat memeriksa sejauh mana jawaban siswa sesuai dengan apa yang
diharapkan. Dalam beberapa kasus boleh jadi siswa tidak tahu jawabannya. Karena itu, guru dapat menolong mereka dengan menggunakan kunci jawaban di atas.
Selanjutnya guru menanyakan kepada siswa, apa yang mereka pahami sebagai konsep  “menjadi  murid  Yesus”?  Bagaimana  konsep  itu  diwujudkan  di  dalam
keterlibatan gereja dengan tugas dan tantangan kehidupan di tengah masyarakat. Kriteria penilaian adalah sebagai berikut: dapat menyebutkan 3 jawaban benar =
sangat baik, 2 jawaban benar = cukup baik, 1 jawaban benar = kurang baik.
Penilaian kegiatan 2: Pengamatan
Guru mengajak siswa untuk mengamati sejauh mana gereja mereka ikut terlibat dalam  kegiatan-kegiatan  pelayanan  di  masyarakat.  Bandingkan  dengan  teman-
teman  mereka,  gereja  manakah  yang  paling  aktif  dan  manakah  yang  kurang  aktif dalam pelayanan sosial. Guru kemudian berdiskusi dengan siswa untuk membahas
bagaimana  gereja  dapat  kehilangan  kepercayaan  masyarakat  umum  apabila  gereja tidak melakukan pelayanan kepada masyarakat.
Penilaian kegiatan 3: Mengamati lingkungan
Dalam kegiatan ini guru mengajak siswa untuk bersikap kritis tentang bagaimana gereja mereka masing-masing memahami “kesaksian”. Apakah bagi gereja mereka
“kesaksian”  semata-mata  menceritakan  berkat-berkat  Tuhan  kepada  diri  sendiri? Ataukah  “kesaksian”  dipahami  sebagai  tindakan  konkret  yang  diberikan  kepada
sesama untuk menolong mereka dari penderitaan mereka? Apakah mereka menyadari, misalnya,  bahwa  membela  seorang  teman  yang  dibully  adalah  sebuah  kesaksian?
Tahukah mereka bahwa kesaksian lewat perbuatan akan jauh lebih efektif daripada kesaksian dengan kata-kata saja?
Guru  kemudian  mengajak  siswa  berdiskusi  tentan  pertanyaan-pertanyaan  di atas. Guru dapat menutup kegiatan ini dengan meminta siswa membuat tekad untuk
bersaksi kepada sesama.
Penilaian kegiatan 4: Mengevaluasi pemahaman siswa
Dalam bagian ini guru mengajak siswa untuk mengevaluasi pemahaman mereka tentang “kesaksian”. Siswa perlu mengetahui bahwa memberikan “kesaksian” dapat
mengundang permusuhan dan kebencian orang lain yang merasa dirugikan. Ketika “kesaksian” diberikan lewat kata-kata, ada kemungkinan pihak-pihak yang merasa
tersinggung oleh ucapan kita. Namun, kesaksian seperti itu masih tergolong aman, dibandingkan dengan kesaksian dalam bentuk keberpihakan kepada orang-orang yang
tertindas.  Kesaksian  seperti  yang  dilakukan  dan  didoakan  oleh Toyohiko  Kagawa, seperti yang dicantumkan dalam Doa Penutup, adalah suatu bentuk kesaksian yang
berisiko tinggi.
Kriteria penilaian adalah sebagai berikut: 5=sangat baik, 4=baik; 3=cukup baik; 2=kurang baik, 1=sangat kurang baik.
101
Gereja yang Bergumul di Dunia
Bahan Alkitab: Matius 5:3-12; 5:46-48; 21:28-31; Filipi 3:17-21; 1 Petrus 2:9-12
Kompetensi Inti:
1.  Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 2.  Menghargai  dan  menghayati  perilaku  jujur,  disiplin,  tanggung  jawab,  peduli
toleransi,  gotong  royong,  santun,  percaya  diri,  dalam  berinteraksi  secara efektif  dengan  lingkungan  sosial  dan  alam  dalam  jangkauan  pergaulan  dan
keberadaannya.
3.  Memahami  dan  menerapkan  pengetahuan  faktual,  konseptual,  dan  prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan kejadian tampak mata 4.  Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret menggunakan, mengurai,
PHUDQJNDLPHPRGL¿NDVLGDQPHPEXDWGDQUDQDKDEVWUDNPHQXOLVPHPEDFD menghitung,  menggambar,  dan  mengarang  sesuai  dengan  yang  dipelajari  di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandangteori
Kompetensi Dasar:
1.1. Menghayati  karya Allah  dalam  pertumbuhan  gereja  sebagai  umat-Nya  di
dunia yang bergumul untuk menjadi saksi-Nya yang setia. 2.1.
Bersikap menghargai karya Allah dalam pertumbuhan gereja sebagai umat- Nya di dunia yang bergumul untuk menjadi saksi-Nya yang setia.
3.1. Memahami  karya  Allah  dalam  pertumbuhan  gereja  sebagai  umat-Nya  di
dunia yang bergumul untuk menjadi saksi-Nya yang setia 4.1.
Menelaah  karya  Allah  dalam  pertumbuhan  gereja  sebagai  umat-Nya  di dunia yang bergumul untuk menjadi saksi-Nya yang setia.
Indikator
1.  Menyebutkan  dua  jenis  kewarganegaraan  yang  dimiliki  oleh  setiap  orang Kristen.
2.  Menjelaskan arti warga Kerajaan Sorga dan ciri-cirinya 3.  Menyebutkan hal-hal apa yang dapat dilakukan seorang Kristen sebagai warga
Kerajaan Sorga dalam hidupnya sehari-hari. 4.  Menyebutkan  hal-hal  apa  yang  harus  diubah  dalam  kehidupannya  sebagai
pribadi  maupun  sebagai  warga  gereja  untuk  mewujudkan  kehendak  Allah dalam kehidupan sehari-hari.
Bab
V
102 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
A. Pendahuluan