128 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
2.  Contoh  kasus:  Kamu  yang  gemar  sepakbola  memperkenalkan  teman  dekatnya kepada Lionel Messi, pemain sepakbola kondang dari Argentina yang datang ke
Indonesia. Teman itu kemudian menjadi akrab dengan Messi dan ditunjuk Messi menjadi  perwakilannya  di  Indonesia.  Bagaimana  perasaan  kamu  mengenai  hal
ini? Apakah  hubungannya  dengan  temanmu  itu  akan  menjadi  buruk?  Mintalah mereka  menuliskan  jawaban  mereka  di  buku  catatan  atau  di  buku  pelajaran
mereka, lalu minta mereka menyajikannya di kelas. Pelajaran penting apa yang mereka peroleh dari hal ini?
3.  Akhirnya, tanyakan kepada siswa, apakah mereka pernah mengantarkan seseorang kepada  Tuhan  Yesus,  seperti  yang  dilakukan Andreas  kepada  Petrus  dan  anak
kecil yang membawa bekalnya? Kalau ya, bagaimana caranya? Bagaimana reaksi temannya itu? Kalau siswa belum pernah mengantarkan seseorang kepada Yesus,
mengapa? Adakah cara-cara yang positif dan tidak membuat orang tersinggung ketika  kita  memperkenalkannya  kepada  Tuhan  Yesus?  Mintalah  mereka
mendiskusikan  jawaban  mereka  dengan  teman-teman  mereka  dalam  kelompok 4-5 orang
E. Paulus dan Rekan-rekannya
Rasul  Paulus  adalah  salah seorang  tokoh  penting  dalam
sejarah  gereja.  Ia  bekerja  keras dalam  menyebarkan  berita  Injil
di  Asia  Kecil.  Namun  ia  tidak bekerja  sendirian.  Ia  ditemani
oleh  sejumlah  asistennya,  seperti Lukas,  Barnabas,  Lidia,  dan
Timotius.  Mengapa  demikian? Tampaknya  jelas  bahwa  tugas
pemberitaan  Injil  itu  tidak mungkin  ia  kerjakan  seorang
diri  karena  ia  harus  melakukan banyak  sekali  perjalanan.  Selain
itu,  Paulus  juga  banyak  melakukan bimbingan  bagi  jemaat-jemaat
baru  yang  tersebar  di  berbagai wilayah di Timur Tengah, seperti
di  Galatia,  Korintus,  Efesus, F i l i p i ,   K o l o s e ,   d a n   l a i n -
lain.  Paulus  harus  terus-menerus b e r p i k i r   d a n   m e r u m u s k a n
pemikiran-pemikirannya  lewat
6XPEHUZZZÀLFNUFRP Gambar 6.3 Timotius
129
surat-suratnya  untuk  membimbing  jemaat-jemaat  tersebut.  Dokumen-dokumen inilah yang kini kita miliki sebagai bagian dari kitab-kitab Perjanjian Baru.
Di antara para asistennya itu, tampaknya Timotius  adalah  yang  paling  muda. Mungkin usianya sekitar 20-an tahun. Paulus  menganggap Timotius  seperti
anaknya  sendiri.  Dalam  1  Timotius  1,  Paulus  menyapanya  sebagai  “anakku  yang sah  di  dalam  iman”  ay.  2,  dan  “Timotius  anakku”  ay.  18.  Namun  malangnya,
hubungan  yang  istimewa  ini  tidak  selalu  dipahami  dan  diterima  oleh  orang-orang Kristen  pada  waktu  itu.  Bahkan  tampaknya  banyak  di  antara  mereka  yang  sering
mencemoohkan Timotius karena ia hanyalah seorang muda, walaupun ia telah belajar dan mendalami iman Kristen sejak ia masih kecil, berkat bimbingan neneknya, Lois,
dan ibunya, Eunike 2Tim. 1:5.
Itulah sebabnya Paulus memberikan nasihatnya kepada Timotius demikian: “Jangan  seorang  pun  menganggap  engkau  rendah  karena  engkau  muda.
Jadilah  teladan  bagi  orang-orang  percaya,  dalam  perkataanmu,  dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu”
1Tim. 4:12.
Maksudnya, Timotius harus bersikap dewasa dan tidak merasa rendah diri apabila orang-orang yang ia hadapi menganggapnya terlalu muda untuk menjadi pemimpin
jemaat dan kadang-kadang juga mewakili Paulus. Ia harus belajar untuk menjaga tutur katanya,  memberikan  teladan  lewat  tingkah  lakunya  yang  dewasa,  hidup  setia  dan
menjaga kesucian dirinya. Cara hidup ini adalah cara hidup yang bertanggung jawab dan terhormat. Dengan cara-cara itulah, Timotius akan mendapatkan pengakuan dan
penghargaan dari orang-orang yang ia temui.
Kegiatan 5
Dalam  kegiatan  ini  guru  mengarahkan  pertanyaan-pertanyaannya  pada pengalaman  siswa  dengan  kepercayaan  yang  diberikan  oleh  gereja  atau  Komisi
RemajaPemuda di gereja mereka. Apakah mereka pernah mendapatkan kepercayaan tertentu untuk melaksanakan tugas di gereja? Biasanya gereja akan mulai memberikan
sebuah  tugas  kecil  kepada  seseorang  untuk  melihat  seberapa  jauh  kemampuannya dalam  melaksanakan  tugas  itu  dan  rasa  tanggung  jawabnya  dalam  menjalankan
kepercayaan itu.
1.  Tanyakan  kepada  siswa  apakah  mereka  pernah  dianggap  terlalu  muda  untuk suatu tugas tertentu. Tugas apa? Apa perasaan mereka tentang hal itu? Remaja
seusia  mereka  mungkin  seringkali  merasa  kecewa  kalau  tugas  yang  diberikan kepadanya ternyata terlihat kecil dan remeh. Mereka ingin diberikan kepercayaan
yang besar sekaligus. Bimbinglah mereka bahwa semua orang memulai tugas dan tanggung jawabnya dengan hal-hal yang kecil. Kemudian ketika orang melihat
bahwa orang muda atau remaja itu mampu menjalankan tugasnya dengan baik
130 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
dan  mempertanggung  jawabkannya  dengan  baik  pula,  maka  perlahan-lahan kepadanya akan diberikan tugas yang semakin besar.
2.  Tanyakan  pula  kepada  siswa,  apakah  mereka  pernah  gagal  dalam mempertanggungjawabkan  kepercayaan  yang  diberikan  kepada  mereka  dalam
suatu  tugas  tertentu?  Kalau  ya,  tugas  apa?  Mengapa  hal  itu  dapat  terjadi? Apa rencana mereka untuk tidak mengulangi hal itu lagi?
Coba perhatikan apakah siswa cenderung mempersalahkan orang lain, mencari kambing hitam, ketika sebuah kegagalan terjadi. Hal yang sama pun dapat ditemukan
di kalangan orang dewasa. Presiden AS, Harry S. Truman, pernah merasa kesal karena semua  bawahannya  saling  melemparkan  kesalahan  kepada  orang  lain.  Akhirnya
Truman  mengucapkan  kata-katanya  yang  sangat  terkenal,  ”The  buck  stops  here.” Artinya, ”Sayalah yang bertanggung jawab.” Truman ingin mengatakan, bila tidak
ada seorang pun yang mau bertanggung jawab, biarlah ia sebagai pemimpin tertinggi di  negaranya,  menjadi  orang  yang  paling  bertanggung  jawab.  Ini  adalah  sebuah
pelajaran  penting  bahwa  kita  semua  harus  bertanggung  jawab  atas  perbuatan  dan tugas yang dipercayakan kepada kita. Jangan melemparkan tanggung jawab
3.  Studi  kasus:  dalam  pertanyaan  no.  3  di  bagian  ini,  ajukan  kepada  siswa  kasus seperti dalam buku teks pengajaran.
Kita  sudah  membahas  di  atas  bahwa  orang  mulai  mengembangkan  tanggung jawabnya pada tingkat yang rendah, dengan sebuah tugas yang kecil. Dalam kasus
Tina,  di  atas,  tentu  kita  harus  mempertimbangkan,  sejauh  mana  Tina  mempunyai kemampuan  berorganisasi,  seberapa  jauh  ia  sudah  memperlihatkan  tanggung
jawabnya  dan  kecakapannya  bekerja  sama  dengan  orang  lain.  Semua  orang  tentu mulai dari pengalaman yang sangat minim, namun perlahan-lahan kita semua dapat
belajar untuk bertanggung jawab.
F.  Benarkah Gereja Membutuhkan Orang Muda?