Pendahuluan Pandangan tentang Gereja

122 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti

A. Pendahuluan

Kegiatan 1 Bahan ini dimulai dengan meminta siswa mengamati keadaan di gereja mereka masing-masing: berapa banyak orang muda, termasuk remaja, yang ada di gereja mereka? Berapa persen jumlah mereka bila dibandingkan dengan seluruh anggota jemaat? Minta mereka mencatat jumlah orang muda dan remaja yang ada. Manakah yang lebih banyak? Mengapa demikian? Minta mereka mencoba memikirkan kira- kira apa yang menjadi penyebabnya. Kemudian mintalah siswa mendaftarkan kegiatan-kegiatan apa saja yang ada di gereja mereka yang dibuat untuk remaja dan pemuda. Lalu kelompokkan mereka dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-5 orang dan bandingkan dengan apa yang didaftarkan oleh teman-teman mereka dalam satu kelompok itu. Kegiatan- kegiatan apa yang sama? Apa yang berbeda? Mengapa gereja mengadakan kegiatan- kegiatan itu? Apakah mereka merasa tertarik dengan kegiatan-kegiatan tersebut? Bila jumlah murid di kelas terlalu sedikit – misalnya hanya 3 -4 orang, mereka tidak perlu dibagi-bagi dalam kelompok. Guru dapat minta mereka langsung menceritakan apa kegiatan-kegiatan remaja atau pemuda gereja yang disediakan gereja mereka. Uraian Pelajaran

B. Pandangan tentang Gereja

Pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan meminta siswa membaca pandangan- pandangan orang muda tentang gereja dari berbagai tempat: Kutipan-kutipan ini berasal dari orang-orang muda di negara-negara barat. Dari apa yang kita lihat, dapat kita simpulkan bahwa banyak dari mereka yang tidak puas atau bosan dengan kegiatan di gereja mereka. Kegiatan umumnya monoton, hanya itu-itu saja. Ada pula yang merasa bahwa gereja tidak memberikan perhatian besar kepada orang-orang muda. Ada lagi yang merasa bahwa gereja hanya memberitakan ancaman-ancaman hukuman neraka apabila mereka tidak ke gereja. Hal-hal seperti ini membuat orang gagal menemukan kebahagiaan di dalam ajaran agama. Agama hanya menciptakan ketakutan-ketakutan dengan berbagai hukuman. Ini adalah ajaran yang keliru tentang agama. Bagaimanakah seharusnya agama dipahami? Lori Hoeck mengungkapkan keyakinan yang menarik tentang bagaimana agama seharusnya diajarkan dan dijalani dalam kehidupan kita. Beberapa ajaran agama yang aku rasakan tidak berguna lagi memang pintar menciptakan rasa takut: Takut untuk memiliki harga diri pribadiku dan kebijaksanaanku sendiri. Takut akan gerak dan arus yang mengarah kepada Roh Kudus. Takut dalam mengambil keputusanku sendiri tentang Kitab Suci. 123 Takut membuat kesalahan yang dapat mengutuk aku. Takut akan pengaruh-pengaruh setan yang mengelilingi aku seperti singa di sekitarku. Takut untuk berbeda dengan orang lain yang berasal dari Tuhan. Takut kalau aku tidak cukup baik atau tidak hidup dengan benar. Takut akan “orang-orang itu” yang bukan berasal dari Allah. Takut akan sifat-sifat duniawiku yang suka membawa jalan yang rendah. Takut akan… ya, apa saja yang telah dijelaskan oleh pendeta atau pemimpin gereja sebagai hal-hal yang buruk atau tidak suci. Singkatnya, agama seringkali menciptakan rasa takut akan murka Allah, takut akan kompas pribadi kita sendiri, dan takut akan hal-hal yang tidak suci. Malangnya, sikap yang mengajarkan rasa takut dalam agama manapun juga, mengajarkan tiga hal berikut: Memperlihatkan Allah yang suka menghukum, mengontrol, dan marah Menciptakan cara hidup yang menghakimi, sombong, penuh kecemasan, rasa bersalah, penuh aturan, dan intoleransi. HUXVDKDPHQFLSWDNDQOODK\DQJOHPDK\DQJWLGDNGDSDWPHQMDJDXPDW1\D sendiri +PPPP« itu bukanlah Kristus ataupun hidup seperti Kristus yang telah aku pelajari dan terima. 1DPXQDNXKarus mengakui bahwa aku pernah terpengaruh oleh sebagian atau semua rasa takut itu dalam kehidupanku sebagai seorang Kristen. Dan sungguh aku telah menjadi orang yang menyedihkan karena menganut nilai-nilai seperti itu. Kemerdekaan di dalam Kristus kini berarti melepaskan rasa takut: Ini berarti memihak kepada apa yang benar dengan menjalaninya, bukan dengan memaksakan perspektifku kepada orang lain. Ini berarti menaruh percaya, merangkul, dan mengikuti Sang Sumber, Sang Pencipta, Allah yang bagiku berarti Allah Tritunggal yang dikenal orang Kristen yaitu Allah Bapa, Kristus, dan Roh Kudus. ,QL EHUDUWL OODK GDSDW PHQMDJD GLUL1\D VHQGLUL XPDW1\D GDQ UHQFDQD UHQFDQD1\DVHKLQJJDDNXWLGDNSHUOXUDJXDWDXNKDZDWLU Ini berarti tidak perlu khawatir tentang seberapa “baiknya” orang lain, melainkan membiarkan kebaikan Allah memancarkan tindakan-tindakan yang penuh dengan kasih karunia dan indah. Ini berarti terus-menerus mencari titik di mana aku benar-benar dapat menjadi perubahan yang aku harapkan terjadi di dunia. Ini berarti selalu percaya “biarlah damai terjadi di muka bumi, dan biarlah aku yang memulainya.” 124 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Bagiku, menjadi seperti Kristus atau mengikut Kristus berarti menciptakan dampak yang positif, membangun, dan penuh dengan pemahaman tentang dunia. Dari apa yang dikatakan oleh Hoeck jelas bahwa agama tidak seharusnya membuat orang takut supaya ia taat kepada ajaran tersebut. Pemahaman yang didasarkan pada rasa takut saja adalah pemahaman agama yang kekanak-kanakan. Anak kecil belajar dengan rasa takut: takut jatuh, takut terbakar, takut terkena celaka, dan lain-lain. Namun semakin dewasa ia akan belajar bagaimana menghindari bahaya-bahaya tersebut dan menjauhkan diri daripadanya, bukan karena rasa takut melainkan karena rasa tanggung jawab. Memahami hal ini, mestinya guru juga belajar bagaimana mengajarkan agama tanpa mengeluarkan ancaman-ancaman kepada siswa. Guru ditantang untuk mengajarkan hal-hal yang positif dari agama, yang membuat siswa tertarik untuk mengadopsi nilai-nilai agama. Kegiatan 2 Dalam kegiatan ini siswa diminta untuk bertanya kepada beberapa orang temannya di luar teman sekelasnya tentang apa arti gereja bagi mereka. Sudah tentu yang harus mereka hubungi adalah teman-teman yang beragama Kristen. Seberapa pentingkah gereja itu bagi mereka atau tidak? Apa yang membuat mereka tertarik pada gereja? Bila mereka tidak tertarik, apa sebabnya? Lalu mintalah mereka membahas pertanyaan-pertanyaan itu dengan teman-teman mereka dan kemudian minta mereka membuat kesimpulannya di dalam buku buku catatan mereka atau di ruangan yang disediakan di dalam buku pelajaran mereka:

C. Allah Memanggil Daud