111
kompleks. Ia tetap keras kepala, luar biasa teguh berpegang pada prinsip-prinsipnya, dan rela membayar harganya.”
Sejak dilepaskan dari penjara, Vanunu tinggal di Katedral St. George di Yerusalem. Ia tetap menerima pengunjung dan pendukungnya, dan berulang kali melawan syarat-
syarat pembebasannya dengan memberikan wawancara kepada wartawan-wartawan asing.
Apa yang menarik dari kehidupan Mordechai Vanunu? Ia seorang warga negara Israel yang beragama Kristen, dan ia yakin bahwa senjata nuklir yang dikembangkan
oleh Israel hanya akan membahayakan negara itu, bukan melindunginya. Vanunu yakin bahwa ia tidak akan dihukum sedemikian berat apabila ia tetap bertahan dalam
agamanya yang lama, agama Yahudi atau Yudaisme.
Dalam keputusannya untuk melawan pemerintah Israel, Vanunu menunjukkan bagaimana kata-kata Tuhan Yesus ia wujudkan di dalam hidupnya:
6
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. …
9
Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
10
Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Mat. 5 : 6-10 Dengan nilai-nilai Kerajaan Sorga yang dipegangnya, Vanunu menjadi orang
asing di negaranya sendiri. Ia malah telah sering sekali dituduh sebagai pengkhianat bangsanya sendiri.
E. Hidup sebagai Orang Asing
Di atas kita sudah membahas konsep tentang kewarganegaraan kita sebagai warga Kerajaan Sorga. Di dalam Filipi 3:20 dikatakan “Karena kewargaan kita
adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat…” Sebagai warga Kerajaan Sorga kita hidup sebagai “orang asing” di
muka bumi ini. Dalam 1 Petrus 2:11 dikatakan, “Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan
diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa.” Sebagai warga QHJDUD,QGRQHVLDNLWDEHODMDUEDQ\DNWHQWDQJVHMDUDK,QGRQHVLDJHRJUD¿,QGRQHVLD
perjuangan bangsa Indonesia, tetapi berapa banyak kita belajar tentang Kerajaan Sorga dan nilai-nilainya? Bukankah seringkali kita justru berusaha menyesuaikan
diri dengan nilai-nilai dunia, supaya kita tidak dianggap manusia aneh?
Di pihak lain, ada orang-orang Kristen yang menentang segala-galanya yang ada di dunia. Misalnya, melarang orang Kristen membaca koran, menonton televisi
GDQ ¿OP EHUPDLQ EDQG PHQJJXQDNDQ NDUWX NUHGLW PHQJJXQDNDQ .73 QDVLRQDO yang menggunakan chip komputer, dan lain-lain. Di Amerika Serikat ada orang-
orang Kristen seperti itu. Mereka disebut “orang Amish”. Mereka hidup dengan cara hidup orang-orang pada abad ke XVI. Mereka menolak mengendarai mobil,
menggunakan telepon, membatasi penggunaan listrik, melarang menonton televisi,
112 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
dan lain-lain. Mereka menganggap kehidupan modern seperti itu dapat mengganggu dan memperlemah ikatan-ikatan kebersamaan mereka. Pakaian mereka pun sangat
sederhana. Namun demikian, apakah menjadi orang Kristen berarti harus menolak segala-galanya? Menolak modernitas, menolak kemajuan teknologi, bahkan menolak
kehadiran orang beragama lain?
Dr. T.B. Simatupang, seorang teolog awam Indonesia, yang pernah menjabat sebagai kepala staf Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan juga Ketua Dewan
Gereja-gereja di Indonesia sekarang PGI, ketua Dewan Gereja-gereja Asia, dan ketua Dewan Gereja-gereja se-Dunia, mencetuskan gagasannya tentang bagaimana
orang Kristen seharusnya hidup di dunia dengan kewarganegaraan ganda – dunia dan sorga. Simatupang mengatakan bahwa orang Kristen harus hidup dengan “sikap
positif, kritis, kreatif, dan realistis”. Maksudnya, orang Kristen harus berani berbeda pendapat dengan masyarakat di sekitarnya. Namun itu tidak berarti sekadar berbeda
pendapat, sebab kita pun harus dapat bersikap positif apabila memang apa yang kita hadapi itu baik dan benar. Kita harus dapat bersikap kreatif dalam menghadapi situasi-
situasi yang sulit, namun kita juga harus realistis dalam arti menyadari keterbatasan- keterbatasan yang ada pada kita. Hal ini cocok dengan apa yang dikatakan Reinhold
Niebuhr, seorang teolog Amerika Serikat, dalam doanya:
Tuhan, berikan aku keteduhan hati untuk menerima hal-hal yang tidak dapat kuubah,
Keberanian untuk mengubah hal-hal yang dapat kuubah, Dan hikmat untuk mengetahui perbedaannya.
Menjalani kehidupan dari hari ke hari, Menikmati satu saat pada setiap waktu,
Menerima penderitaan sebagai jalan menuju perdamaian, Menerima, seperti yang Kristus lakukan, dunia yang penuh dosa ini,
sebagaimana adanya, bukan seperti yang kuharapkan, Percaya bahwa Ia akan membuat segala sesuatunya beres
ELODDNXEHUVHUDKNHSDGDNHKHQGDN1\D Agar aku cukup berbahagia di dalam hidup ini
GDQWHUDPDWEDKDJLDEHUVDPD1\D selama-lamanya, dalam kehidupan yang akan datang.
Amin.
Dengan doanya ini, Niebuhr ingin menunjukkan kepada kita bahwa ada hal-hal yang harus kita lawan dan ubah, namun sebaliknya, ada pula yang tidak dapat kita
ubah, karena mungkin waktunya belum tiba atau karena Allah justru ingin agar kita menerimanya. Bila kita mengetahui perbedaan antara keduanya, maka kita akan
memperoleh kekuatan untuk melawan dan mengubah hal-hal yang dapat kita ubah, karena kita yakin dan percaya bahwa Allah ada bersama kita. Namun sebaliknya,
kita juga akan mampu menerima dan bahkan menyambut perubahan-perubahan itu di dalam hidup kita karena kita tahu bahwa Allah justru menginginkan hal itu terjadi.
113
Nah, sulitnya kita seringkali tidak mempunyai hikmat yang cukup untuk mengetahui di mana perbedaannya. Umat manusia berulang kali jatuh di dalam
kesalahan dalam mengenali perbedaan itu. Ketika Albert Einstein menemukan atom, dunia bersukacita karena sebuah pengetahuan baru berhasil ditemukan. Namun
ketika pengetahuan itu digunakan untuk mengebom Hiroshima dan Nagasaki, dan jutaan orang tewas dan menderita, kita pun disadarkan bahwa ternyata pengetahuan
itu dapat menjadi sesuatu yang berbahaya bagi kelangsungan umat manusia dan bumi ini. Itulah kesadaran yang membuat Vanunu menentang proyek pembangunan senjata
nuklir Israel. Ketika ditanyai, senjata apa yang akan digunakan manusia dalam Perang Dunia III, Einstein menjawab, “Saya tidak tahu, tapi saya tahu senjata apa yang akan
digunakan dalam Perang Dunia IV, yaitu kayu dan batu.”
Apakah perbedaan pendapat itu buruk? Perbedaan pendapat seringkali PHQLPEXONDQ NRQÀLN GDQ NRQÀLN VHULQJNDOL GLQLODL QHJDWLI GDODP PDV\DUDNDW
kita. Akibatnya, kelompok dapat terjebak dalam apa yang disebut “groupthink”. Groupthink adalah suatu keadaan yang terjadi ketika semua orang setuju begitu saja
atas keputusan yang diambil pimpinan karena kemalasan berpikir atau keengganan untuk berbeda pendapat dengan pimpinan atau mayoritas rekan dalam kelompok.
Sebuah contoh tentang groupthink adalah kasus penyerangan AS terhadap Kuba di Teluk Babi. Saat penyusunan rencana penyerangan itu semua pihak yakin bahwa
Amerika pasti akan berhasil mengalahkan pemerintahan Fidel Castro karena para pemberontak pelarian Kuba dilatih oleh CIA, Lembaga Intelijen Amerika Serikat.
Ternyata para pelarian Kuba itu dipukul mundur dan AS mengalami kekalahan yang memalukan.
.RQÀLNMXVWUXPHQXQMXNNDQNHEHUDQLDQRUDQJXQWXNEHUEHGDSHQGDSDW.HWLND semua orang berpendapat sama dan tidak ada yang berani membantah, sebuah
kelompok atau organisasi dapat terancam masuk ke jalan yang keliru. Namun ketika orang berani berpendapat lain, seperti yang dilakukan oleh Vanunu, orang diingatkan
akan bahaya-bahaya yang mungkin terjadi bila suatu keputusan tetap dilaksanakan.
LVLQLNLWDKDUXVPHPDKDPLEDKZDNRQÀLNWLGDNVHODOXQHJDWLIHLJK5LFKDUGV VHRUDQJSDNDUGDODPVWXGLNRQÀLNPHQ\HEXWNDQDGDPDQIDDWNRQÀLN\DLWX
.RQÀLN PHQGRURQJ SHPLNLUDQ EDUX .RQÀLN PHPEDQJNLWNDQ SHUWDQ\DDQ .RQÀLNPHPEDQJXQKXEXQJDQ.RQÀLNPHPEXNDSLNLUDQ.RQÀLNPHPHFDK
kebuntuan. Sebagai orang Kristen, kita dan gereja selalu dipanggil untuk bersikap kritis dan
tidak perlu takut untuk berbeda pendapat.
114 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
F. Gereja yang Bergumul di Dunia