185
A. Pendahuluan
Pertanyaan utama yang sering kita dengar selama ini adalah betulkah agama mempunyai peranan untuk memperdamaikan dan mengembangkan toleransi?
Bukankah realitas sehari-hari yang terlihat adalah gejala ketidakharmonisan dan sikap intoleran? Bukankah seringkali agama justru menunjukkan wajahnya yang kejam
dan sikap intoleran? Bahkan di dalam sebuah agama juga sering terjadi suasana yang tidak damai dan intoleran. Dalam sejarah dapat ditemukan banyak bukti bahwa agama
sering menjadi penyebab suatu peperangan, dengan korban yang cukup banyak. Bab ini akan memaparkan realitas ketidakdamaian dan sikap intoleransi, selanjutnya
belajar dari Alkitab mengenai keadaan tersebut. Kemudian akan diupayakan mencari dan mengembangkan solusi agar remaja dapat mengembangkan perdamaian dan
sikap toleransi.
Kegiatan 1: Presentasi Tugas
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan tugas yang telah diberikan sejak pertemuan sebelumnya. Kegiatan presentasi ini dapat dilanjutkan
dengan diskusi bersama yang akan difasilitasi oleh guru.
B. Agama adalah Anugerah Tuhan
Agama pada dasarnya adalah respon manusia terhadap anugerah Tuhan. Iman Kristen mengajarkan bahwa Allah telah bekerja di dalam hidup kita dengan
mengaruniakan keselamatan dan damai sejahtera melalui karya Yesus Kristus. Karena itulah, kita pun terpanggil untuk menghadirkan kesejahteraan bagi hidup sesama
kita. Baik atau buruk pengaruh agama dalam masyarakat tergantung dari bagaimana cara manusia menanggapi anugerah Tuhan tersebut. Oleh karena itu, sebagai bentuk
ucapan syukur atas anugerah Allah maka manusia harus melaksanakan ajaran agama yang menghadirkan cinta kasih Tuhan dalam relasi dengan sesama dan Tuhan.
Kata “agama” berasal dari bahasa Sansekerta, yang berasal dari akar kata a yang berarti “tidak” dan gama yang berarti “bercampur” atau “kacau”. Jadi, agama
artinya tidak kacau atau teratur. Maksudnya, agama adalah peraturan yang dapat membebaskan manusia dari kekacauan yang dihadapi dalam hidupnya. Kata agama
dalam bahasa Inggris yaitu religion, berasal dari bahasa Latin religare yang berarti “mengikat kembali”. Maksudnya, setiap orang yang bereligi atau beragama adalah
orang yang senantiasa merasa terikat dengan sesuatu yang dianggap suci, dan karena itu seyogyanya senantiasa bersikap hati-hati dengan sesuatu yang dianggap suci.
Dalam mewujudkan perdamaian antarumat beragama, pluralisme atau kemajemukan harus dipahami sebagai semangat untuk menghargai keyakinan agama sendiri dan
sejalan dengan itu menghormati keyakinan agama lain. Penganut agama lain tidak dilihat sebagai musuh, lawan atau saingan. Sebaliknya, mereka adalah teman sekerja,
saudara, sesama yang memiliki tujuan yang sama, yakni kesejahteraan manusia dan alam ciptaan Allah.
186 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
Meskipun agama memiliki peranan sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat dan memelihara eksistensi suatu masyarakat yang damai, pada saat yang
sama agama juga dapat memainkan peranan sebagai kekuatan yang mencerai- beraikan, memecah-belah bahkan menghancurkan perdamaian suatu masyarakat. Hal
ini merupakan konsekuensi dari begitu kuatnya agama dalam mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali mengabaikan bahkan menyalahkan
keberadaan pemeluk agama lain.
Terdap DWGXDEHQWXNNRQÀLN\DQJEHUVXPEHUSDGDDJDPD+HQGURSXVSLWR
151-152, yaitu: a. Perbedaan doktrin dan sikap mental yang memandang bahwa hanya agama yang
dianutnyalah yang memiliki kebenaran claim of truth sedangkan yang lain sesat, atau setidaknya kurang sempurna. Klaim kebenaran inilah yang menjadi
VXPEHUPXQFXOQ\DNRQÀLN\DQJEHUODWDUEHODNDQJDJDPD
b. Masalah mayoritas dan minoritas kelompok agama. Dalam suatu masyarakat yang majemuk atau plural, masalah mayoritas dan minoritas seringkali menjadi
IDNWRU SHQ\HEDE PXQFXOQ\D NRQÀLN VRVLDO 0D\RULWDV VHULQJ PHQLQGDV DWDX menekan minoritas dalam hal menjalankan ibadah masing-masing.
Bagi umat Kristen, perdamaian adalah panggilan iman Yewangoe, 2009:34. Perdamaian yang dikehendaki adalah:
a. Perdamaian yang otentik dan dinamis. Artinya, perdamaian yang kita usahakan dan kembangkan bukanlah sekadar “asal damai”, melainkan damai yang benar-
benar keluar dari hati yang tulus dan murni. b. Ada kaitan antara perdamaian dan kebebasan. Artinya, perdamaian harus terpancar
dalam kebebasan, bukan perdamaian yang dipaksakan dan justru melumpuhkan dan mematikan kebebasan.
Perpaduan antara kedua hal ini disebut tanggung jawab. Kebebasan beragama tidak bisa dijadikan alasan untuk melakukan apa saja, melainkan harus dilakukan
dengan bertanggung jawab. Salah satu tujuan tanggung jawab itu adalah menjaga dan memelihara kesejahteraan hidup bersama sebagai tugas dan tanggung jawab semua
umat beragama.
Agama pada dasarnya bertujuan untuk menghadirkan damai dan sejahtera bagi hidup manusia. Dalam kekristenan kita beriman kepada Allah karena karya
pendamaian-Nya melalui Yesus Kristus, yang seharusnya mendorong kita untuk terus-menerus membangun perdamaian dengan sesama kita. Orang Kristen harus
sadar bahwa ketika hubungan damai dengan Allah secara vertikal dibangun, maka pada saat yang sama seharusnya hubungan damai dengan sesama secara horisontal
juga dikembangkan.
C. Perdamaian dalam Perspektif Alkitab dan Teologis