Makna Gereja Umat Allah yang Baru

30 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Akan terjadi SDGDKDULKDULWHUDNKLUGHPLNLDQODK¿UPDQOODKEDKZDNX akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki- laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi. Juga ke atas hamba-hamba-Ku laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat. Kis. 2:17-18 Apa yang disaksikan oleh orang banyak itu tidak lain adalah bukti bahwa Yesus yang disalibkan dan yang telah bangkit dan naik ke surga itu, sungguh-sungguh berkuasa. “Jadi apa yang harus kami lakukan?” tanya orang banyak itu.Para murid yang tadinya sangat ketakutan dan selalu bersembunyi, kini berubah menjadi orang-orang yang sangat berani dan penuh rasa percaya diri. Mereka dengan tegas memberikan kesaksian tentang pengalaman mereka bersama Kristus yang telah bangkit itu. Melalui kesaksian mereka yang sangat meyakinkan itu sehingga orang banyak tergerak dan bertanya lebih jauh, “Jadi apa yang harus kami lakukan?” Petrus menjawab, “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus” ay. 38. Hari itu juga banyak orang yang meminta agar mereka dibaptiskan. Jumlah mereka sekitar tiga ribu orang. Itulah gereja perdana. Apa yang menarik dari bagian kisah ini? Ternyata gereja tidak pertama-tama dibentuk oleh gedungnya. Bahkan orang- orang Kristen perdana justru berkumpul setiap hari di Bait Allah Kis 2:46, bukan karena mereka tidak punya tempat ibadah, melainkan karena mereka memandang diri mereka sebagai bagian dari umat Yahudi. Di sini kita dapat melihat bahwa gereja, seperti yang dikatakan dalam kata-kata nyanyian pembukaan kita, terutama sekali adalah orangnya. Di negara barat ada gereja-gereja yang kini kosong karena orang-orang Kristen di sana meninggalkan iman mereka atau tidak mau lagi pergi ke gereja. Dapatkah gedung-gedung gereja itu disebut sebagai “gereja”? Sudah tentu tidak Gereja tanpa orangnya bukanlah gereja.

C. Makna Gereja

Kata “gereja” dalam bahasa Indonesia berasal dari sebuah kata dalam bahasa Portugis yaitu igreja baca: igreza. Kata igreja dalam bahasa Portugis ini dekat sekali dengan kata iglesia dalam bahasa Spanyol yang mempunyai arti yang sama, yaitu “gereja”. Kata iglesia ini dapat ditelusuri kembali ke kata aslinya dalam bahasa Yunani yaitu ekklesia. Kata ekklesia berasal dari dua kata, yaitu ek dan klesia. Kata ek berarti “keluar”, sementara kata klesia berasal dari kata kerja kaleo yang berarti “memanggil”. Dengan demikian, kata ekklesia mengandung arti “dipanggil keluar”. Artinya, anggota- anggota gereja adalah orang-orang yang dipanggil untuk keluar dari lingkungannya, dari sanak keluarganya, dari kaum kerabatnya, untuk menjadi bagian dari sebuah komunitas baru yang bernama gereja. Orang-orang ini termasuk kita semua 31 dipanggil keluar untuk menjalankan tugas kita untuk memberitakan kasih Allah yang dinyatakan melalui Yesus Kristus. Kasih itu harus disampaikan dengan perkataan dan perbuatan kita.

D. Umat Allah yang Baru

Bagaimana hubungan gereja dengan umat Israel? Atau lebih tepatnya lagi, bagaimana kaitan antara agama Yahudi dengan agama Kristen? Apakah keduanya berbeda ataukah sama? Dalam Yeremia 31:31-33 dikatakan 31 Sesungguhn \DDNDQGDWDQJZDNWXQ\DGHPLNLDQODK¿UPDQ78+1NXDNDQ mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, 32 bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka... 33 ... Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Nabi Yeremia menubuatkan bahwa Allah akan mengadakan suatu perjanjian yang baru dengan kaum Israel dan Yehuda, yaitu umat Allah. Perjanjian ini tidak dibuat dalam loh batu, melainkan yang dituliskan di hati mereka. Artinya, perjanjian Allah yang lama akan diperbarui dengan sebuah perjanjian yang baru. Mengapa Allah ingin mengadakan perjanjian yang baru dengan umat-Nya? Pada masa Perjanjian Lama kita menemukan banyak sekali kasus pelanggaran perjanjian oleh umat Israel. Berulang kali bangsa itu menolak dan berpaling dari Allah. Akibatnya mereka juga berulang kali mengalami penghukuman. Ul. 9:18; 31:29; Hak. 6:1; 10:6, dan lain-lain.. Apa sebabnya? Tampaknya umat Israel hanya mengetahui hukum Allah apabila mereka membacanya atau mendengar hukum itu dibacakan atau disampaikan kepada mereka. Marilah kita kembali mengingat akan panggilan Tuhan Allah kepada Abram – yang belakangan berganti nama menjadi Abraham Kej. 12:1-3. Abram dipanggil Tuhan untuk meninggalkan seluruh sanak keluarganya, bahkan juga kota kelahirannya, untuk hidup di sebuah negeri yang baru di kemudian hari dinyatakan kepadanya oleh Tuhan. Dari keturunannyalah kemudian terbentuk bangsa Israel, umat Allah, yang diharapkan untuk menjadi saluran berkat-Nya kepada seluruh dunia. Orang-orang Kristen perdana memahami dirinya sebagai umat Israel yang baru. Sama seperti Abraham yang dipanggil keluar untuk diutus menjadi berkat bagi dunia, begitu pula kita orang Kristen dipanggil keluar untuk kemudian menyatakan kasih Allah yang telah Ia wujudkan melalui Yesus Kristus. Kasih itulah yang harus kita sampaikan dengan perkataan dan perbuatan kita. Namun demikian, seperti yang kita lihat di dalam Perjanjian Baru, hukum Taurat seringkali malah dijadikan sebagai senjata untuk menghakimi orang lain. Pada masa Perjanjian Baru, ketika Tuhan Yesus melayani orang banyak, banyak ahli Taurat yang mengecamnya karena Tuhan Yesus dianggap melanggar aturan-aturan Taurat dengan menyembuhkan orang pada hari Sabat mis. Mrk. 3:1-6, bdk. Mat. 12:1-8; dan lain- lain.. Taurat yang seharusnya digunakan untuk menjadi penuntun menuju kehidupan 32 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti yang lebih baik, malah lebih sering menghadirkan masalah dalam kehidupan bersama karena digunakan secara keliru. Karena itulah, melalui Nabi Yeremia, Tuhan Allah mengatakan bahwa Ia akan menaruhkan Taurat-Nya di batin mereka dan menuliskan hukum-Nya di hati mereka. Dengan demikian, umat Allah akan selalu mengingat hukum-hukum-Nya. Dengan menaruh hukum Taurat di dalam hati, umat Allah pun akan memberlakukan hukum itu dengan hati, bukan sekadar mengikuti aturan-aturan hukum dengan membabi buta bdk. 2 Kor. 3:6. Allah membentuk gereja sebagai umat Allah yang baru. Umat Allah yang hidup dengan hukum yang baru, yaitu hukum kasih. Karena itu pula, gereja seringkali disebut sebagai ”Israel yang baru”. Dalam 1 Petrus 2:9-10 dikatakan: 9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan- perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari NHJHODSDQNHSDGDWHUDQJ1\D\DQJDMDLE 10 kamu, yang dahulu bukan umat OODK WHWDSL \DQJ VHNDUDQJ WHODK PHQMDGL XPDW1\D \DQJ GDKXOX WLGDN dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan. Gereja perdana terbentuk sebagai koreksi atas umat Israel yang menjadikan Taurat sebagai hukum yang membelenggu diri dan sebagai alat untuk menghakimi orang lain. Bagaimana orang sekarang menggunakan hukum-hukum agama untuk membelenggu diri sendiri dan menghakimi orang lain? Tanyakan kepada siswa pernahkah mereka menghakimi seseorang yang tidak pergi ke gereja pada suatu hari Minggu? Dalam buku siswa ada percakapan di bawah ini: Tina : ”Didi, kok kamu nggak ke gereja sih tadi pagi? Itu dosa lho” Santo : ”Rudi, kamu nggak boleh mendengarkan musik sejenis itu. Itu dosa, tahu” 0DUQL ´1DQDSDNDLDQNDPXWXKQJJDNVRSDQ\D,WXGRVD´ Sering sekali orang menilai dan menghakimi orang lain dengan cara-cara yang dilakukan oleh Tina, Santo dan Marni. Apa yang mereka katakan mungkin ada positifnya. Pergi ke gereja dan beribadah dengan saudara-saudara seiman sangat diharapkan dari setiap orang Kristen bdk. Ibr. 10:25. Musik-musik tertentu mungkin mengandung lirik yang negatif, yang menganjurkan perbuatan-perbuatan yang buruk bahkan jahat dan merusak masyarakat. Pakaian tertentu mungkin lebih tepat dikenakan di kolam renang dan bukan di tempat-tempat umum lainnya. Mintalah para siswa membahas pertanyaan-pertanyaan ini dengan teman sebangku mereka. Tanyakan, bagaimana perasaan mereka bila teman mereka suka menghakimi mereka. Kita semua tentu mempunyai kewajiban menegur seseorang yang kita lihat tidak berperilaku yang baik atau yang tidak menunjukkan identitasnya sebagai seorang Kristen – apabila ia memang seorang Kristen. Namun menghakimi orang lain dan 33 menyebutnya berdosa karena hal-hal yang sebetulnya kelihatan sebagai masalah yang remeh tampaknya sudah terlalu jauh. Banyak orang yang tidak senang ditegur dengan cara seperti itu, dan akibatnya malah mereka akan justru melakukan apa yang orang lain tidak sukai. Selain itu, sikap yang demikian seolah-olah menunjukkan bahwa dialah yang paling benar dan suci. Kepada orang-orang seperti ini sebaiknya kita menegur mereka dengan hati-hati dan lemah lembut. Dalam Efesus 4:15 dikatakan, ”tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.” Dalam Alkitab bahasa Inggris dikatakan, “Instead, speaking the truth in love, we will grow to become in every respect the mature body of him who is the head, that is, Christ.” NIV Ayat ini mengajarkan agar kita tetap berpegang teguh kepada kebenaran, namun mengungkapkan teguran-teguran kita dengan kasih. Pada saat yang sama kita pun harus berhati-hati supaya kita tidak menjadi seperti orang-orang Farisi yang dapat melihat selumbar di mata orang lain, namun gagal melihat balok di matanya sendiri Mat. 7:3.

E. Pergumulan Gereja