226 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
remaja juga merasakan dirinya bebas. Mereka dapat merencanakan kegiatan-kegiatan bersama – entah yang sekadar iseng atau nakal, atau malah yang justru bermanfaat.
Dalam kelompok tersebut remaja juga diberikan kesempatan untuk belajar tentang dirinya sendiri, membagikan dan mengemukakan pikiran sangat dihargai.
Keadaan ini jarang terjadi di luar kelompok. Meskipun demikian, seringkali mereka mempunyai masalah yang sama, misalnya masalah belajar, pacaran dan tekanan dari
orang tua.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui kelompok-kelompok tersebut, sesungguhnya remaja mempunyai kepedulian terhadap situasi dan kondisi
kelompoknya dan pada akhirnya juga peduli kepada masyarakat tempat mereka hidup. Sebagai remaja khususnya remaja Kristen, sikap peduli tersebut seharusnya
diperlihatkan melalui cara berpikir, berbicara dan bertindak yang baik dan menunjukkan identitas remaja sebagai murid Kristus. Hal ini sesuai dengan Surat
Efesus 2:10 berbunyi, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau,
supaya kita hidup di dalamnya”. Artinya, baik secara sendiri-sendiri maupun melalui kelompok-kelompoknya, para remaja yang sudah lebih dulu menerima penyelamatan
dari Kristus, pada gilirannya wajib untuk aktif menyatakan dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang baik di dalam kehidupan bermasyarakat.
.HJLDWDQ5HÀHNVLLUL 6LVZDGLPLQWDXQWXNPHQJLGHQWL¿NDVLNDQGLULQ\DEHUNDLWDQGHQJDQNHOLPDMHQLV
kelompok remaja sesuai penjelasan. Selanjutnya diminta membuat laporan tentang keuntungan mengikuti kelompok remaja tersebut.
C. Landasan Kristiani Peran dan Kepedulian Remaja di Tengah Masyarakat
Apa yang dasar alkitabiah untuk peran dan kepedulian remaja bagi masyarakatnya? Salah satu hal terpenting yang diungkapkan oleh Alkitab adalah bahwa Allah adalah
sang pencipta segala sesuatu di dunia ini, sebagaimana diungkapkan dalam Kejadian 1:31 “... Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik”. Ciptaan
yang baik ini adalah dunia dengan segala isinya termasuk alam sekitar, maupun masyarakat dengan kebudayaannya, telah diatur oleh Tuhan yang berdaulat serta
meminta tanggapan maupun tanggung jawab manusia bdk: Kej. 2, Mat. 25:31-46. Sayang keteraturan dan rencana Tuhan agar manusia berada dalam keadaan yang
kudus telah jatuh dan dinodai oleh manusia ciptaan Allah itu sendiri.
Manusia jatuh ke dalam dosa karena melanggar perintah Tuhan. Karena itu manusia harus dihukum Kej. 3. Meskipun demikian, pokok utama yang diungkapkan
dalam Alkitab bukanlah penghukuman dan penghakiman Allah, melainkan kasih dan penebusan-Nya. Allah Bapa, Sang Pencipta, ternyata juga Allah yang berkenan
menebus ciptaan-Nya yang sudah jatuh. Penyelamatan manusia bahkan seluruh
227
semesta telah dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus. Oleh karena itu sebagai pengikut Kristus, kita semua dipanggil menjadi pelayan dan terlibat dalam kehidupan
masyarakat. Ini adalah kesempatan yang diberikan oleh Tuhan kepada kita untuk menjadi pelayan Allah dan sesama.
Dalam Perjanjian Lama, para nabi memberitakan pentingnya hidup kudus dan peduli kepada masalah-masalah sosial Ams. 5:21-24. Demikian juga Yesaya
mengutuk perayaan-perayaan keagamaan serta persembahan umat Tuhan karena PHUHNDPHODNXNDQQ\DGHQJDQNHPXQD¿NDQ0HUHNDVHWLDEHULEDGDKQDPXQSDGD
saat yang sama mereka melakukan kejahatan. Di dalam Yesaya 1:16-17 dikatakan, “… Berhentilah berbuat jahat; belajarlah berbuat baik, usahakanlah keadilan,
kendalikanlah orang yang kejam, belalah hak-hak anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda”.
Dalam Perjanjian Baru, kepedulian kepada sesama tetap diteruskan sebagaimana yang diungkapkan dalam Perjanjian Lama. Kitab Injil mengungkapkan tekanan
kepada perspektif kenabian tersebut selalu terungkap di dalam kehidupan dan pengajaran Tuhan Yesus, sebagaimana yang diungkapkan dalam Matius 25:35: “...
ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan…”. Demikianlah
setiap orang Kristen diajak untuk turut melakukan dan meneladani apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dalam kehidupan dan pelayanan-Nya di dunia.
Rasul Paulus mengatakan bahwa dalam usaha berperan serta bagi pengembangan masyarakat, kita harus memperlakukan orang lain sebagai subjek yang setara.
Sesama kita dalam masyarakat bukanlah objek yang tidak setara dengan kita. Hal itu diungkapkan dalam Galatia 3: 28: “Tidak ada orang Yahudi atau Yunani, tidak ada
hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua satu di dalam Kristus Yesus”. Jelas kesadaran dan ungkapan Paulus ini merupakan
usaha yang menghancurkan sekat-sekat sosial yang dapat memisahkan kita dengan sesama warga masyarakat. Siapa pun kita dan apapun peran kita di masyarakat,
semuanya merupakan subjek yang sama dan sederajat.
Bagaimana pengajaran alkitabiah dan pemahaman teologis tersebut dapat dihubungkan dengan perilaku para pelayan atau utusan Kristus dalam masyarakat
pada masa kini? Jelas orang Kristen harus berada dan menjadi bagian dari masyarakat, tempat yang telah ditentukan oleh Allah bagi kita, sekaligus kehadirannya menjadi
berkat bagi lingkungan.
D. Pelayanan Holistik Bagi Masyarakat