60 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
baik dalam bentuk kegiatan bersama antara orang-orang mudanya pertandingan olahraga, perayaan Natal dan Paskah bersama, dan lain-lain. atau kegiatan
perkemahan untuk pembinaan bersama, dsb.
5. Di atas dikatakan, ”Bersatu tidak berarti gereja-gereja itu melebur menjadi satu gereja saja, melainkan bersatu dalam arti satu jiwa dan satu hati untuk
mengutamakan pelayanan kepada sesama demi nama Tuhan Yesus Kristus.” Tanyakan kepada mereka, apa yang harus dilakukan gereja mereka untuk
mewujudkan kesatuan jiwa dan hati untuk mengutamakan pelayanan kepada sesama demi nama Tuhan Yesus Kristus?
Kunci jawaban: Siswa dapat memikirkan bersama-sama bagaimana misalnya gereja mereka melakukan pelayanan sosial kepada masyarakat atau terlibat aktif
dalam Forum Kerukunan Umat Beragama bila lembaga seperti itu ada di tempat mereka. Ingatlah apa yang dikatakan oleh nabi Yeremia dalam peringatannya
agar bangsa Israel menjadi berkat bagi masyarakat kota tempat mereka tinggal karena dibuang oleh Allah.
6. Minta mereka menghubungi organisasi persatuan gereja yang ada di wilayah kamu – bila ada -- baik itu berupa sinode gereja kamu sendiri, Persekutuan
Gereja Indonesia Wilayah, PII, PLPI, PBI, GMAHK, dan lain-lain., dan tanyakan kepada pimpinannya, apa langkah-langkah yang sudah dan akan mereka lakukan
untuk mewujudkan doa Yesus ”supaya mereka semua menjadi satu”. Lalu buatlah karangan singkat yang berjudul, ”Peranan Gerejaku dalam Mewujudkan
Kesatuan Gereja”.
7. Pada hari Minggu mendatang, mintalah siswa yang berasal dari gereja yang berbeda sinode dengan gereja mereka mis. yang dari Gereja Protestan di
Indonesia bagian Barat -- GPIB, meminta temannya yang Katolik atau dari Huria Kristen Batak Protestan, untuk mengajaknya ke gerejanya dan mengikuti ibadah
di sana. Minta mereka merasakan dan menikmati persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan yang dapat mereka amati. Tentu mereka merasakan ada
hal-hal yang berbeda, namun tetap ada pula persamaan-persamaannya. Mintalah mereka untuk melaporkan pada minggu mendatang, hal-hal apa yang mereka
lihat sebagai persamaan dan perbedaan di antara gereja-gereja itu. Sejauh mana mereka masih dapat menghayati pengalaman iman kristiani mereka di tempat
yang berbeda?
G. Nyanyian Penutup:
KJ 252:1-4, ”Batu Penjuru Gereja”
H. Doa Penutup
Tuhan, kami bersyukur atas gereja kami yang telah Engkau ciptakan di dunia. Engkau telah memanggil kami, orang-orang berdosa yang Engkau ingin pakai
untuk menjadi penyalur berkat-berkat-Mu di dunia. Tolonglah kami, anak-anak-
61
Mu, agar kami tidak menjadi orang-orang yang egois, yang hanya memikirkan dan mementingkan diri kami sendiri. Tolonglah kami agar gereja kami benar-
benar dapat menjadi garam dan terang di dalam dunia. Dalam nama Tuhan kami, Yesus Kristus, kami berdoa. Amin
I. Penjelasan Bahan Alkitab
1. Yohanes 17:18-21
Ini adalah bagian dari doa Tuhan Yesus kepada Bapa-Nya di surga. Dalam doa- Nya Yesus sangat prihatin dengan kemungkinan terjadinya perpecahan di antara
para murid-Nya kelak. Di sini kita diingatkan bahwa inti pemberitaan Yesus adalah pendamaian, penyatuan kembali seluruh umat manusia bdk. Kej. 11:1-9; Ef. 2:13-
20. Persoalannya, apabila ternyata di kalangan para pengikut Yesus ternyata terjadi perpecahan, bagaimana orang akan dapat mempercayai isi pemberitaan mereka
tentang Yesus yang telah memperdamaikan seluruh umat manusia?
Doa inilah yang menjadi dasar bagi gerakan ekumene, gerakan penyatuan gereja- gereja di seluruh dunia. Penyatuan yang seperti apa? Banyak gereja dan orang Kristen
kini menyadari bahwa penyatuan organik, yaitu peleburan semua gereja di dunia menjadi hanya satu gereja saja tampaknya tidak mungkin, sebab masing-masing
gereja mempunyai ciri khasnya sendiri yang sesuai dengan konteks sosial-budayanya masing-masing. Karena itu, harapan penyatuan gereja-gereja di dunia kini diarahkan
kepada upaya untuk saling menghormati perbedaan yang ada, sambil pada saat yang sama juga menerima kehadiran orang dan gereja Kristen yang lain sebagai sesama
saudara.
2. Kisah 15
Latar belakang Kisah 15 ini adalah perbedaan pendapat di antara para rasul, terutama di antara Petrus bersama Yakobus dan teman-temannya di satu pihak,
dan Paulus dan Barnabas dan teman-temannya di pihak lain. Paulus dan Barnabas melaporkan keberhasilan mereka dalam memberitakan injil kepada orang-orang
non-Yahudi. Pengajaran mereka ternyata lebih mudah diterima ketika Paulus dan Barnabas tidak mengharuskan orang-orang Kristen baru itu untuk mengikuti hukum
Taurat Yahudi.
Hal ini tentu saja mengagetkan banyak orang pada waktu itu. Namun Paulus dan Barnabas mempunyai dasar argument yang kuat. Bukankah Taurat tidak
menyelamatkan? Bukankah keselamatan hanya diperoleh melalui Yesus Kristus? Itu berarti menjadi Kristen tidak harus melalui jalan menjadi Yahudi terlebih dahulu.
Orang dapat langsung datang kepada Yesus tanpa harus menjadi Yahudi.
Pendapat Paulus ini mula-mula ditentang keras, khususnya oleh orang-orang seperiti Yakobus. Namun Petrus yang pernah mendapatkan pengalaman penglihatan
istimewa dalam Kisah 10:9-16 akhirnya menerima pandangan Paulus. Para rasul menyepakati peraturan minimal yang dituntut dari orang-orang Kristen non-
Yahudi, yaitu: 1 menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala;
62 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
2 menjauhkan diri dari percabulan; 3 tidak memakan daging binatang yang mati dicekik; dan 4 tidak makan darah.
Inilah konferensi pertama para rasul yang disebut juga sebagai “Konferensi Yerusalem” atau “Konsili Yerusalem”.
3. 1 Korintus 1:10-13
Surat 1 Korintus dikirim oleh Paulus kepada jemaat di Korintus yang saat itu sedang terpecah-pecah karena persaingan sesama anggota dan pemimpin gereja.
Masing-masing mengklaim dirinya sebagai yang paling hebat. Namun Paulus mengingatkan kepada mereka semua, siapakah yang disalibkan bagi seluruh umat
manusia? Bukankah itu Kristus sendiri? Jadi, bagaimana mungkin mereka mengklaim diri sebagai “pengikut Apolos”, “pengikut Kefas”, “pengikut Paulus”, dst.? Tidak
Kita semua seharusnya mengklaim diri sebagai pengikut Kristus. Itu saja sudah cukup
4. 1 Korintus 12:9-27
Bagian surat ini merujuk kepada perpecahan di jemaat Korintus. Kali ini perpecahan itu didasarkan pada perbedaan-perbedaan karunia yang masing-masing
orang miliki. Dan yang menjadi parah, masing-masing mengklaim karunianya lebih hebat dan lebih unggul daripada yang lain. Misalnya, ada orang yang mengaku
mampu berkata-kata dalam bahasa roh. Namun Paulus mengingatkan karunia seperti itu tidak berguna apabila tidak ada yang dapat menafsirkannya.
Selanjutnya, Paulus mengingatkan bahwa kesatuan jemaat itu mirip dengan kesatuan tubuh dengan anggota-anggota badan yang berbeda-beda. Masing-masing
mempunyai tempat dan fungsinya sendiri-sendiri. Tidak ada satupun yang boleh dan dapat menyebut yang lainnya tidak berguna atau lebih rendah nilainya. Apabila
jemaat menyadari hal ini, perpecahan tidak perlu terjadi. Sama seperti satu tubuh, bila salah satu anggotanya menderita, tentu yang lainnya menderita. Ini sungguh sebuah
pemahaman yang sangat menarik dan bijaksana.
5. Yeremia 29:4-7
Ini adalah surat yang dikirim oleh Nabi Yeremia kepada orang Yahudi yang saat itu tinggal di pembuangan di Babel. Orang-orang Yahudi tinggal di ghetto, daerah-daerah
tersegregasi dan dibatasi karena tekanan sosial, hukum, dan ekonomi masyarakat mayoritas. Karena keterasingan itu, maka orang-orang Yahudi pun terpencil dari
masyarakat luas. Hal itu justru membuat mereka gagal untuk menjadi berkat bagi sesama. Padahal itulah salah satu alasan TUHAN ketika memanggil Abraham keluar
dari keluarganya dan kota tempat tinggalnya bdk. Kej. 12:2.
Surat ini menjadi penting bagi kita orang Kristen, karena gereja, sebagai Israel yang baru, juga memiliki panggilan yang sama. Nama gereja dalam bahasa Yunani,
ekklesia, yang berarti “dipanggil keluar”, merujuk kepada kumpulan orang yang dipanggil Allah untuk tugas khusus karena itu gereja tidak untuk selamanya tinggal
di luar, melainkan juga kembali diutus kembali ke dalam dunia untuk menjadi berkat bagi sesama dan seluruh ciptaan Allah.
63
J. Penilaian Kegiatan Bab II
Penilaian kegiatan 1: Belajar dari pengamatan
Guru melakukan penilaian berdasarkan pengamatan kinerja siswa tentang sejauh mana mereka memahami keberagaman gereja-gereja yang ada di sekitarnya. Apabila
ada banyak gereja dengan nama-nama yang beraneka ragam, dapat diduga bahwa gereja-gereja tersebut lahir dari perpecahan, entah dalam tempo beberapa waktu
sebelumnya beberapa tahun atau beberapa puluh tahun yang lalu, atau perpecahan di masa lampau di dalam sejarah gereja. Bila di sekitar sekolah siswa hanya
terdapat gereja dengan satu nama saja, maka kemungkinan siswa kurang mengenal keberagaman gereja. Guru dapat mengajak siswa untuk mengenali keberagaman
gereja dengan menunjukkan gereja-gereja lain yang ada di kota terdekat, misalnya. Atau menunjukkan kehadiran Gereja Katolik Roma, yang kemungkinan cukup
banyak tersebar di seluruh Indonesia.
Kriteria penilaian adalah sebagai berikut: dapat menyebutkan 5 nama gereja = sangat baik, 4 nama gereja = baik, 3 nama gereja = cukup baik, 2 nama gereja =
kurang baik, 1 nama gereja saja = sangat kurang baik.
Penilaian kegiatan 2: Pengamatan
Guru mengajak siswa untuk memperhatikan sebab-sebab kemunculan sebuah gereja tertentu di lingkungan sekitarnya. Apakah ada dari gereja-gereja itu yang
terbentuk lewat pekerjaan misi dari luar? Gereja Kristen Protestan Angkola dan Gereja Kristen Protestan Simalungun, misalnya, terbentuk melalui pekerjaan para misionaris
dari Huria Kristen Batak Protestan. Ataukah ada suatu gereja tertentu yang terbentuk NDUHQDNRQÀLNGDQNHOXDUQ\DVHMXPODKDQJJRWDJHUHMDLWX\DQJNHPXGLDQPHPEHQWXN
gereja sendiri? Kalau ya, apakah menurut para siswa hal itu positif atua negatif?
3HUOX GLSHUKDWLNDQ GL VLQL EDKZD NRQÀLN WLGDN VHODOX KDUXV EHUPDNQD QHJDWLI .HORPSRN\DQJEHUNRQÀLNPXQJNLQMXVWUXDGDODKNHORPSRN\DQJEHQDU\DQJPHOLKDW
bahwa langkah-langkah yang dilakukan oleh si pemimpin atau organisasi sebetulnya keliru, sehingga bila diteruskan maka hal itu justru akan merugikan atau malah
menjadi ancaman bagi gereja yang bersangkutan. Namun boleh jadi peringatan yang disampaikan oleh kelompok yang mengkritik itu tidak didengarkan sehingga terjadilah
perpecahan yang semakin mendalam, sehingga kelompok yang mengkritik justru malah keluar meninggalkan gereja mereka.
Penilaian kegiatan 3: Mengamati lingkungan
Guru menilai daya kritis siswa sehubungan dengan pemahaman mereka mengenai beberapa aspek kehidupan gereja khususnya yang berpotensi menimbulkan
perpecahan. Apakah siswa merasa gereja cukup memberikan perhatian kepada orang muda? Apakah siswa merasa bahwa gerejanya telah diselenggarakan dengan cara
yang sedemikian rupa sehingga membuat banyak orang muda yang tertarik dengan gerejanya. Penilaian diberikan oleh guru berdasarkan:
a. Hasil temuan siswa yang dapat dinyatakan kebenarannya;
64 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
b. Analisis siswa terhadap permasalahannya, dan c. Penggunaan bahasa yang baik dan benar.
Penilaian kegiatan 4: Menggali sejarah penugasan
Siswa diminta untuk lebih mengenal gereja mereka masing-masing dengan mempelajari latar belakang sejarah gereja mereka dan akarnya, mencari contoh-
contoh kasus tentang gereja mereka sendiri dan membandingkannya dengan gereja- gereja lain yang sudah mengembangkan program-program pelayanan sosial bagi
masyarakat sekitarnya. Seberapa jauh gereja mereka telah menjadi berkat bagi masyarakat terdekat di sekitar gereja itu sendiri? Banyak sekali gereja yang sangat
aktif mendukung kegiatan penginjilan di daerah-daerah dan negara-negara lain, namun mengabaikan orang-orang yang ada di sekitar gereja itu sendiri, sehingga
gagal menjadi berkat bagi orang-orang yang jelas-jelas sangat membutuhkannya yang hidup di sekitar mereka.
Penilaian kegiatan 5: Mengevaluasi pemahaman siswa
Dalam bagian ini guru mengajak siswa untuk mengevaluasi pemahaman mereka tentang bahan ini. Seberapa jauh siswa memahami bagaimana latar belakang dan
pertumbuhan gereja merema masing-masing, dan apa sisi positif yang dapat mereka temukan dari kehadiran gereja mereka bagi lingkungan mereka? Siswa juga diajak
untuk mencari hal-hal yang perlu diperbaiki dari gereja mereka dan merenungkan bagaimana gereja mereka dapat ikut serta dalam gerakan keesaan gereja untuk
mewujudkan doa Tuhan Yesus Kristus dalam Yohanes 17:21.
Selain pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab, guru juga memberikan penugasan kepada siswa untuk membuat karangan dan melakukan kunjungan ke
gereja lain. Kriteria penilaian adalah sebagai berikut: 5= sangat baik, 4= baik, 3= cukup baik,
2= kurang baik, 1= sangat kurang baik. Untuk dua tugas yang terakhir, guru dapat memberikan penilaian tentang seberapa
jauh siswa sudah membuat karangannya dengan baik dan juga menggunakan bahasa Indonesia yang tepat, serta melaksanakan kunjungan ke gereja temannya. Mintalah
mereka melaporkan hasil kunjungan itu untuk pertemuan yang akan datang.
65
Gereja yang Hidup di Dunia
Bahan Alkitab: Matius 28:16-20; Kisah 2:44-47; 6:1-6; 1 Korintus 11:20-34
Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 2.
Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli toleransi, gotong royong, santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret menggunakan, mengurai, PHUDQJNDLPHPRGL¿NDVLGDQPHPEXDWGDQUDQDKDEVWUDNPHQXOLVPHPEDFD
menghitung, menggambar, dan mengarang sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandangteori
Kompetensi Dasar:
1.2. Mensyukuri karya Allah melalui perubahan-perubahan baru yang dihadirkan
gereja di tengah-tengah dunia 2.2.
Bersikap menghargai karya Allah melalui perubahan-perubahan baru yang dihadirkan gereja di tengah-tengah dunia
3.2. Menjelaskan karya Allah melalui perubahan-perubahan baru yang dihadirkan
gereja di tengah-tengah dunia 4.2.
0HPEXDW UHÀHNVL WHUKDGDS SHUXEDKDQSHUXEDKDQ EDUX \DQJ GLKDGLUNDQ gereja di tengah-tengah dunia
Indikator Menyebutkan tugas gereja untuk bersekutu dan melayani dan menunjukkan
kaitan dari kedua tugas tersebut dalam hidup sehari-hari. Menyebutkan beberapa kegiatan di gereja yang menunjukkan upaya untuk
mempererat kehidupan persekutuan gereja. Menyebutkan kegiatan-kegiatan yang menarik bagi orang-orang muda untuk
dikembangkan di dalam gereja. Menyebutkan penolakan yang mungkin muncul dari pelayanan gereja kepada
sesama. Menyebutkan contoh-contoh tentang pendekatan dan kegiatan yang lebih
dapat diterima secara positif oleh masyarakat sekitar.
Bab
III
66 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
A. Pendahuluan