Pelayanan Sosial Gereja dan Tantangannya

94 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti [yang] menyerahkan diri dan percaya” 6:7. Hal ini tentu mencemaskan orang-orang Yahudi yang menolak Yesus. Selain itu, tampaknya kehadiran orang-orang Helenis juga membangkitkan pertanyaan, apakah mereka harus menjadi Yahudi terlebih dahulu ataukah mereka dapat langsung menjadi Kristen? Saat itu, orang-orang Kristen masih dianggap sebagai bagian dari umat Yahudi. Karena itu, ketika semakin banyak orang-orang Helenis bergabung dan tidak dituntut untuk menjadi Yahudi terlebih dahulu, muncullah kegelisahan di kalangan para pemuka Yahudi bahwa para pemimpin Kristen ini merusakkan kaidah-kaidah keagamaan umat Yahudi. Hal ini akan dibahas lebih jauh di Kelas X, namun untuk sementara ini, kita perlu mencatat bahwa para pemimpin Yahudi merasa risau dengan perkembangan kelompok yang baru ini, para pengikut Yesus. Dalam Kisah 6:11 dikatakan, “Kami telah mendengar dia mengucapkan kata- kata hujat terhadap Musa dan Allah.” Tuduhan para pemimpin Yahudi ini tampaknya merujuk kepada ajaran yang berkembang di kalangan orang-orang Helenis, bahwa mereka dapat langsung menjadi Kristen tanpa harus menjadi Yahudi terlebih dahulu. Hal inilah yang dianggap sebagai hujat terhadap Musa dan Allah. Ajaran Stefanus dianggap telah melecehkan ajaran Taurat yang selama ini menduduki tempat yang utama dalam kehidupan seorang Yahudi. Itulah sebabnya, “mereka mengadakan suatu gerakan di antara orang banyak serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat; mereka menyergap Stefanus, menyeretnya dan membawanya ke hadapan Mahkamah Agama” Kis. 6:12. Akibatnya, Stefanus ditangkap, diadili, dan dirajam sampai mati. Stefanus pun menjadi martir Kristen pertama.

E. Pelayanan Sosial Gereja dan Tantangannya

Pelayanan sosial gereja yang memberdayakan tampaknya akan selalu menimbulkan kontroversi dan tantangan. Tidak selamanya orang bersukacita apabila melihat orang lain diberdayakan. Ada pihak-pihak tertentu yang selama ini memetik keuntungan dari ketidakberdayaan orang lain yang merasa sangat terganggu. Itulah yang kita lihat dalam Pelajaran 3 yang lalu, ketika Pdt. Dr. Martin Luther King, Jr., berjuang demi kesetaraan kedudukan dan status orang-orang kulit hitam dengan orang kulit putih. Dia pun menghadapi banyak musuh, bahkan sampai akhirnya ia ditembak mati karena perjuangannya untuk memperjuangkan hak-hak asasi orang- orang kulit hitam di Amerika Serikat. Mengapa demikian? Selama orang-orang kulit hitam dianggap lebih rendah daripada orang kulit putih, orang-orang kulit putih dapat memperlakukan mereka dengan semau-mau mereka. Mereka dapat diberi upah yang sangat rendah sementara pada saat yang sama mereka tidak memperoleh jaminan- jaminan sosial yang menjadi hak-hak mereka. Apa yang terjadi di Amerika Serikat pada masa-masa tahun 1960-an dan sebelumnya, dapat pula kita saksikan terjadi di masa kini. Ketika orang-orang miskin tidak berdaya, mereka dapat dijadikan pekerja kasar dengan gaji yang sangat rendah. 95 Mereka pun tidak mendapatkan jaminan-jaminan kehidupan yang paling mendasar, seperti bantuan kesehatan, tunjangan hari tua, dan lain-lain. Mereka hanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga, buruh di pabrik, petani penggarap yang bekerja untuk para pemilik sawah, TKITKW di luar negeri, dan lain-lain. Mengapa banyak orang tinggal diam ketika jutaan warga masyarakat kita terpaksa harus mencari nafkahnya di luar negeri? Ternyata apa yang terjadi selama ini memang menguntungkan sejumlah pihak. Para TKITKW yang kembali dari luar negeri seringkali mengalami pemerasan dari para petugas di bandara. Dari temuannya, KPK memperkirakan para TKITKW itu diperas hingga RP. 325 miliar per tahunnya. Sekarang, bacalah berita di bawah ini: Melalui Biro Pelayanan Buruh Lembaga Daya Dharma BPB-LDD, Keuskupan Agung Jakarta membantu buruh yang bekerja dengan sistem kontrak dan outsourcing di sejumlah perusahaan manufaktur. Biro ini telah membuat Forum Buruh Bangkit untuk buruh kontrak dan outsourcing di kawasan Tangerang. Lewat forum ini, mereka diajak mempersiapkan UU Ketenagakerjaan yang baru, karena UU yang sekarang amat melemahkan buruh. Kelompok-kelompok buruh kontrak dan outsourcing pun mulai terbentuk di daerah Tigaraksa, Tangerang. Aktivitas ini dimulai tahun ini. BPB-LDD juga sedang merintis pembentukan kelompok buruh di kawasan Jatake, Tangerang. Melalui kelompok-kelompok ini, BPB-LDD mendampingi buruh kontrak dan outsourcing dengan memberikan beragam pelatihan seperti pengelolaan ekonomi rumah tangga ERT. “Konkretnya, bagaimana mereka dapat mengatur pendapatan yang relatif kecil itu,” urai Lukas Gathot Widyanata, aktivis perburuhan dan pekerja di BPB-LDD saat ditemui di Kantor LDD, Jakarta Pusat. Dengan dukungan dari berbagai pihak, biro ini juga memberikan pelatihan usaha kecil atau wirausaha, koperasi, dan keterampilan lainnya. “Tujuannya, mereka dapat memperoleh tambahan penghasilan,” imbuh Gathot. Di Tigaraksa ini, BPB-LDD mendampingi buruh kontrak dan outsourcing yang tersebar di beberapa pabrik, seperti pabrik makanan, sepatu, kaleng, bolpoin, kosmetik, sabun, dan garmen. Pendampingan yang dilakukan tidak melulu pada buruhnya saja, tetapi meluas sampai pendampingan keluarga. “Mimpi kami adalah membentuk serikat buruh berbasis buruh kontrak dan outsourcing. Tapi tak hanya mendampingi advokasi hak- hak buruh saja, juga mendampingi ekonomi rumah tangga para buruh,” papar Gathot. Nah, selain apa yang sudah dilakukan oleh Keuskupan Agung Gereja Katolik Roma di Jakarta, apakah ada lagi orang-orang yang bersedia menolong dan memberdayakan orang-orang seperti ini? Mintalah kepada siswa, apakah mereka tahu gereja-gereja mana lagi yang sudah melakukannya? Coba minta mereka bertanya kepada orangtua atau pendeta mereka di gereja, sejauh mana gereja mereka peduli dan sudah bekerja keras untuk memberdayakan orang-orang yang terpinggirkan, lalu minta mereka menuliskan jawaban mereka di dalam buku catatan mereka. 96 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Dalam Yohanes 15:18-19 dikatakan bahwa pengikut Kristus akan banyak menghadapi tantangan dalam hidupnya. Antara lain mereka akan dibenci dan dimusuhi dunia. Tanyakanlah kepada siswa, mengapa hal ini dapat terjadi? Hal- hal apa lagi yang dapat membuat pengikut Kristus menghadapi tantangan berat di dunia? Apakah mereka siap menghadapi tantangan seperti itu? Mintalah mereka mendiskusikan pertanyaan ini dengan teman-teman mereka dalam sebuah kelompok yang terdiri dari 3-4 orang. Lalu mintalah mereka menuliskan jawaban mereka di dalam buku mereka Kegiatan 3: Menyanyikan lagu KJ 434 “Allah adalah Kasih dan Sumber Kasih” Catatan: Bila guru mengalami kesulitan dengan lagu ini, silakan menggantinya dengan lagu yang sejenis, yang menggambarkan pesan yang sama. Siswa diingatkan bahwa memberikan kesaksian dapat melahirkan tantangan yang berat, bahkan permusuhan yang datang dari dunia. Ada kalanya orang Kristen dimusuhi dan tidak disukai orang lain ketika ia mengisahkan pengalaman imannya dan menganggapnya sebagai satu-satunya pengalaman iman yang sahih. Atau ia menceritakan tentang agama dan keyakinannya sebagai satu-satunya agama yang terbaik, sementara semua agama yang lain sesat dan sia-sia. Klaim-klaim seperti ini tentu dapat menimbulkan pertikaian di lapangan. Banyak orang yang tidak suka mendengar orang lain mengatakan bahwa dia keliru dan bahkan tersesat. Sikap sebaliknya, mengatakan hal-hal yang baik-baik saja, tentu akan membuat kita disukai orang. Nah, apakah itu berarti kita harus ikut begitu saja dengan dunia, supaya dunia menyukai kita? Sikap ini pun tentunya tidak baik. Sikap tidak peduli dan bahkan mendukung hal-hal yang salah dan jahat di dunia sekitar kita tentulah 97 sikap yang tidak disukai Tuhan pula. Karena itu kita pun harus memiliki keberanian untuk menegur orang-orang seperti itu. Namun semuanya itu harus dilakukan dengan cara yang bijaksana dan hati-hati.

F. Penilaian