190 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
Kegiatan 3: Diskusi
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi secara tertulis tentang materi pembelajaran ini. Siswa berdiskusi dengan teman sebangkunya
dalam menjawab pertanyaan yang tersedia.
E. Dialog Untuk Perdamaian
Sebagai warga gereja, kita banyak terlibat dialog dengan orang lain yang berbeda suku, agama, ras dan antargolongan, karena dalam hidup sehari-hari kita bertemu
dan bergaul dengan mereka. Dialog pun bermanfaat untuk mewujudkan perdamaian. Bahkan dialog adalah salah satu sarana yang paling baik untuk membangun
perdamaian.
Untuk melakukan dialog, ada empat hal yang harus diperhatikan. a Pertama, kita memerlukan pendalaman tentang isi kepercayaanagama kita sendiri. Kita perlu
menghayati dengan mendalam pemahaman kita tentang pokok-pokok iman Kristen kita, tradisi gereja kita dan lain-lain yang berkaitan dengan kekristenan atau agama
kita sendiri. b Kedua, kita memerlukan pemahaman tentang agama orang lain dan kehidupan mereka di dalam menjalankan keyakinannya. c Ketiga, kita harus
bersikap saling menghormati tanpa memandang latar belakang, dan tak peduli dengan jumlah umat kita atau jumlah umat agama lain. Bila jumlah kita lebih besar, kita tidak
boleh menyombongkan diri karena jumlah itu. Bila jumlah kita lebih kecil, kita tidak perlu merasa rendah diri karenanya. d Keempat, dialog tidak berarti merelatifkan
kebenaran Injil atau membawa kita kepada sinkretisme.
Dialog bayak diselenggarakan di tingkat-tingkat yang lebih luas seperti nasional dan internasional, karena orang semakin memahami pentingnya dialog untuk
mencapai perdamaian. -
Pertama, upaya membangun kesejahteraan tidak dapat terlaksana dengan mengabaikan keberadaan orang lain. Masalah-masalah kehidupan di sekitar kita
yang semakin kompleks adalah masalah bersama. Kepercayaan kita kepada Allah, pertama-tama harus membuat kita mengakui dengan rendah hati bahwa pluralitas
masyarakat adalah karunia Tuhan untuk dikembangkan dengan maksimal melalui dialog. Dialog akan membuka perspektif baru dalam menjalankan komitmen
keagamaan.
- Kedua, adalah tepat untuk mengupayakannya di kalangan pemuda. Sebab
pemuda memiliki potensi besar untuk membangun masa depan bersama yang lebih dinamis, terbuka dan penuh kemungkinan.
- Ketiga, kalau agama-agama ingin tetap berperan di dalam memberi arah terhadap
pembangunan bangsa, maka dialog adalah cara yang tepat untuk menggalang potensi. Tanpa dialog, kehidupan akan semakin terpecah-pecah dan pada
gilirannya akan membuat agama diabaikan oleh masyarakat.
- Keempat, dialog bukan saja sarana untuk makin saling mengenal, melainkan
membuat kita makin mengenal jati diri kita sendiri.
191
Kekhawatiran bahwa dialog akan menyinggung perasaan orang lain membuat kita enggan untuk berdialog. Kekhawatiran lain secara tidak disadari ialah kita
takut seandainya yang kita percayai itu tidak benar, kita khawatir jangan-jangan kepercayaan kita menjadi goyah.
Halangan terbesar dari upaya dialog untuk mengembangkan toleransi ini adalah anggapan bahwa agama lain pasti tidak sesuai atau cocok dengan agama saya.
Memang semua agama tidak sama. Setiap agama muncul dan bertumbuh dalam situasi dan latar sejarahnya yang unik, sehingga isi ajarannya pun menjadi unik.
Di pihak lain sungguh keliru bila kita mengatakan bahwa semua agama sama saja. Bahkan setiap aliran dalam sebuah agama tertentu pun berbeda-beda dengan
aliran yang lainnya. Itulah sebabnya ada Kekristenan yang Protestan, tetapi juga Katolik, Pentakosta, Baptis, Adventis, dll. Di dalam Islam pun demikian, ada Sunni,
Syiah, Ahmadiyah, Tarekat, dll.
Perbedaan-perbedaan ini juga tidak terlepas dari tafsiran orang terhadap ayat- ayat kitab suci dan penghayatan orang akan iman mereka. Perbedaan tafsir tidak
mungkin diseragamkan, karena setiap orang memandang teks kitab sucinya dengan latar belakang budaya, pendidikan, politik, ekonomi dan strata sosial yang berbeda-
beda. Perbedaan penafsiran agama dapat menjadi masalah ketika ada pihak-pihak tertentu yang menganggap bahwa pendapatnya, dan penafsirannyalah yang paling
benar, sementara yang lain salah.
Karena itu kita harus memulai dialog kita dengan pemahaman bahwa ada banyak perbedaan di antara agama-agama, tetapi ada juga hal-hal yang sama, yang dapat
menjadi titik temu dalam kepelbagaian yang ada. Dalam setiap agama, bahkan setiap aliran agama, ada hal-hal yang khas, yang partikular. Tetapi, sekaligus ada juga hal-
hal yang umum, atau hal-hal yang disebut sebagai hal yang universal. Perbedaan- perbedaan yang ada itu justru akan menjadi positif bila kita memahaminya sebagai
sebuah kekayaan, seperti warna-warni yang indah pada sebuah pelangi.
Toleransi beragama tidak bertujuan untuk menghilangkan nilai-nilai kekhasan agama, karena hal itu tidak mungkin terjadi. Penghilangan perbedaan, pemaksaan
keseragaman di antara pemeluk agama justru merupakan tindakan sewenang-wenang dan melanggar hak asasi manusia. Untuk menghadapi perbedaan-perbgedaan
tersebut, yang perlu ditekankan adalah nilai-nilai yang bersifat universal, misalnya nilai keadilan, kemanusiaan, kesetaraan, kebaikan, kejujuran, kasih kepada sesama.
.HJLDWDQ0HPEXDWSXLVLWHQWDQJKDUDSDQXQWXNKLGXSGDPDL Guru meminta siswa membuat` sebuah puisi atau pantun tentang harapanmu mengenai
hidup bersama di dalam damai. Puisi minimal tujuh baris.
F. Merawat Perdamaian Merajut Toleransi