Merawat Perdamaian Merajut Toleransi

191 Kekhawatiran bahwa dialog akan menyinggung perasaan orang lain membuat kita enggan untuk berdialog. Kekhawatiran lain secara tidak disadari ialah kita takut seandainya yang kita percayai itu tidak benar, kita khawatir jangan-jangan kepercayaan kita menjadi goyah. Halangan terbesar dari upaya dialog untuk mengembangkan toleransi ini adalah anggapan bahwa agama lain pasti tidak sesuai atau cocok dengan agama saya. Memang semua agama tidak sama. Setiap agama muncul dan bertumbuh dalam situasi dan latar sejarahnya yang unik, sehingga isi ajarannya pun menjadi unik. Di pihak lain sungguh keliru bila kita mengatakan bahwa semua agama sama saja. Bahkan setiap aliran dalam sebuah agama tertentu pun berbeda-beda dengan aliran yang lainnya. Itulah sebabnya ada Kekristenan yang Protestan, tetapi juga Katolik, Pentakosta, Baptis, Adventis, dll. Di dalam Islam pun demikian, ada Sunni, Syiah, Ahmadiyah, Tarekat, dll. Perbedaan-perbedaan ini juga tidak terlepas dari tafsiran orang terhadap ayat- ayat kitab suci dan penghayatan orang akan iman mereka. Perbedaan tafsir tidak mungkin diseragamkan, karena setiap orang memandang teks kitab sucinya dengan latar belakang budaya, pendidikan, politik, ekonomi dan strata sosial yang berbeda- beda. Perbedaan penafsiran agama dapat menjadi masalah ketika ada pihak-pihak tertentu yang menganggap bahwa pendapatnya, dan penafsirannyalah yang paling benar, sementara yang lain salah. Karena itu kita harus memulai dialog kita dengan pemahaman bahwa ada banyak perbedaan di antara agama-agama, tetapi ada juga hal-hal yang sama, yang dapat menjadi titik temu dalam kepelbagaian yang ada. Dalam setiap agama, bahkan setiap aliran agama, ada hal-hal yang khas, yang partikular. Tetapi, sekaligus ada juga hal- hal yang umum, atau hal-hal yang disebut sebagai hal yang universal. Perbedaan- perbedaan yang ada itu justru akan menjadi positif bila kita memahaminya sebagai sebuah kekayaan, seperti warna-warni yang indah pada sebuah pelangi. Toleransi beragama tidak bertujuan untuk menghilangkan nilai-nilai kekhasan agama, karena hal itu tidak mungkin terjadi. Penghilangan perbedaan, pemaksaan keseragaman di antara pemeluk agama justru merupakan tindakan sewenang-wenang dan melanggar hak asasi manusia. Untuk menghadapi perbedaan-perbgedaan tersebut, yang perlu ditekankan adalah nilai-nilai yang bersifat universal, misalnya nilai keadilan, kemanusiaan, kesetaraan, kebaikan, kejujuran, kasih kepada sesama. .HJLDWDQ0HPEXDWSXLVLWHQWDQJKDUDSDQXQWXNKLGXSGDPDL Guru meminta siswa membuat` sebuah puisi atau pantun tentang harapanmu mengenai hidup bersama di dalam damai. Puisi minimal tujuh baris.

F. Merawat Perdamaian Merajut Toleransi

Perdamaian secara konkret adalah bila ada suasana persaudaraan dan kebersamaan antarsemua orang walaupun mereka berbeda secara suku, ras, golongan, dan agama. Perdamaian secara konkret adalah bila ada suasana persaudaraan dan kebersamaan 192 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti antarsemua orang walaupun mereka berbeda secara suku, ras, golongan, dan agama. Perdamaian juga bisa dimaknai sebagai suatu proses untuk menjadi damai karena VHEHOXPQ\D DGD NHWLGDNGDPDLDQ NRQÀLN DWDX SHUVHOLVLKDQ 1DPXQ VHODQMXWQ\D timbul kesadaran serta kemampuan dan kemauan untuk hidup bertoleransi karena dalam realitas harus hidup secara berdampingan dengan agama lain, hidup bersama dengan agama lain dalam suasana damai serta tenteram. Dan ini sebenarnya berhubungan dengan sila 1 dalam Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Memang pada dasarnya toleransi berarti dengan sabar membiarkan sesuatu. Penerapan sikap toleran secara luas adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan. Toleransi juga dapat dikatakan sebagai suatu istilah dalam konteks sosial budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Perdamaian bukanlah suatu hal yang secara otomatis selalu ada di sekitar kita, oleh karena itu perlu kehadirannya dirawat dengan terus-menerus mengembangkan toleransi, antara lain dengan sungguh-sungguh mau melakukan dialog. Perdamaian dan toleransi antarumat beragama bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Penerapan sikap perdamaian berdampak pada toleransi atau sebaliknya toleransi menghasilkan perdamaian, keduanya menyangkut hubungan antarsesama manusia. Perdamaian umat beragama berarti antara pemeluk-pemeluk agama yang berbeda bersedia secara sadar hidup rukun dan damai. Suatu perdamaian yang dilandasi oleh toleransi, karena ada saling pengertian, menghormati, menghargai dalam kesetaraan dan bekerja sama dalam kehidupan sosial di masyarakat. Hidup rukun artinya hidup bersama dalam masyarakat secara damai, saling menghormati dan saling bergotong royongbekerja sama. Jika perdamaian diaplikasikan pada hidup dan kehidupan sehari-hari, maka akan muncul toleransi antarumat beragama. Atau, jika toleransi antarumat beragama dapat terjalin dengan baik dan benar, maka akan menghasilkan suatu masyarakat yang damai. Toleransi sejati didasarkan pada sikap hormat terhadap martabat manusia, hati nurani dan keyakinan serta keikhlasan sesama apapun agamanya. Toleransi antarumat beragama harus tercermin pada tindakan-tindakan atau perbuatan yang menunjukkan umat saling menghargai, menghormati, menolong, dan mengasihi. Termasuk di dalamnya menghormati agama dan iman orang lain, menghormati ibadah yang dijalankan oleh orang lain, tidak merusak tempat ibadah, tidak menghina ajaran agama orang lain, serta memberi kesempatan kepada pemeluk agama menjalankan ibadahnya. Dengan adanya komitmen untuk melakukan hal-hal tersebut dengan sungguh-sungguh, maka agama-agama akan mampu untuk melayani dan menjalankan misi keagamaan dengan baik sehingga terciptalah suasana damai yang toleran dalam kehidupan masyarakat serta bangsa. 193 Sebagaimana yang telah diungkapkan dalam pembelajaran sebelumnya, kemajemukan bangsa Indonesia merupakan keunikan serta kekayaan yang harus disyukuri. Hidup dalam masyarakat yang pluralis dengan sendirinya menuntut tingkat toleransi serta solidaritas yang tinggi agar perdamaian dapat diwujudkan. Untuk merealisasikan perdamaian tersebut, terdapat empat hal yang harus diperhatikan terutama untuk para remaja dan pemuda dalam perjalanan ke depan bersama-sama: a. Tanggung jawab yang besar. Setiap umat beragama harus memiliki tanggung jawab moral dalam dirinya untuk menjadikan perdamaian sebagai urusan dan perjuangan pribadi. Setiap orang beriman, termasuk remaja dan pemuda, harus menjadi pribadi yang “cinta damai”. Jika tidak, maka tidak akan terjadi perubahan yang berarti. b. Perdamaian harus dirawat dan dikembangkan terus-menerus. Harus diupayakan langkah demi langkah dengan kesepakatan-kesepakatan yang semakin maju melalui pengalaman perjalanan bersama. c. Tugas mewujudkan perdamaian antarumat beragama adalah tugas bersama semua agama. d. Kita harus menerobos dan merobohkan tembok prasangka, seperti yang sudah diteladankan Tuhan Yesus dalam sikapnya terhadap kelompok agama atau etnis lain ingat: kisah perjumpaan perempuan Samaria dengan Tuhan Yesus. Salah satu tantangan terhadap pengembangan perdamaian adalah adanya SHULVWLZDSHULVWLZD ORNDO \DQJ PHQJDUDK SDGD SHQLQJNDWDQ EHQWXUDQ GDQ NRQÀLN SARA Suku, Agama, Ras dan Antargolongan. Hal ini harus menjadi perhatian kita semua, bersama pemerintah dan lembaga keagamaan dalam upaya meningkatkan hubungan yang baik antara suku, agama, ras atau golongan. .HJLDWDQHODMDUGDULSURVD Siswa diberi kesempatan untuk membaca prosa yang tersedia. Guru dapat meminta siswa untuk membaca di depan kelas, kemudian menemukan pesan yang terdapat di dalam prosa.

G. Penjelasan Bahan Alkitab