Kisah 2:44-47 Doa Penutup:

78 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Roh Kudus…” Anak kalimat ini sendiri, oleh para pakar Perjanjian Baru, diduga merupakan tambahan yang muncul belakangan, karena rumusan Trinitas seperti yang disebutkan dalam bagian ini belum muncul di masa Yesus. Kalau dugaan ini benar, maka sebetulnya perintah Tuhan Yesus lebih ditekankan pada bagaimana setiap orang diharapkan mempraktikkan hidup yang berkenan kepada Allah Bapa di surga. Karena itulah Tuhan Yesus mengatakan, “…dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” Jadi, tekanan utama yang ingin diberikan di sini adalah otopraksis atau cara hidup yang benar, bukan semata-mata ortodoksi, atau ajaran yang benar. Pada kenyataannya selama berabad-abad banyak sekali orang Kristen yang bertengkar di antara kalangannya sendiri, dan bahkan juga dengan orang-orang yang beragama lain karena meributkan ajaran yang benar. Bahkan demi ajaran yang benar, ada orang Kristen yang bersedia membunuh orang lain dan sesama saudara seimannya. Ini terjadi misalnya dengan Yohanes Hus atau Jan Hus 1369- 1415 yang dibakar oleh gereja dan Miguel de Servetus 1509-1553 yang dibakar sampai mati oleh Calvin karena dituduh mengajarkan ajaran sesat. Kalau begitu, apakah perintah membaptiskan dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus itu masih perlu? Sudah tentu Bagi mereka yang mau menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan rindu untuk mengambil bagian sebagai anggota jemaat Kristus, sudah tentu baptisan sangat baik dan perlu. Namun sebaiknya kita lebih berfokus pada perintah Tuhan Yesus yang menginginkan agar setiap orang menjalankan apa yang telah Ia sendiri perintahkan.

2. Kisah 2:44-47

Bagian bacaan ini sudah disinggung dalam Penjelasan Bahan Alkitab di Bab 1. Di sini kita akan memperdalam pemahaman kita mengenai kehidupan jemaat perdana. Di ayat 45 dikatakan bahwa “…dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.” Banyak orang menganggap masalah berbagi sebagai hal yang remeh, sederhana. Padahal ini adalah salah satu masalah paling serius di dunia kita sekarang. Banyak orang yang serakah dan ingin memiliki segala sesuatu. Mahatma Gandhi pernah mengatakan, “Our world has enough for everyone’s need, but not enough for everyone’s greed”. Artinya, “Dunia kita memiliki cukup sumber-sumber untuk kebutuhan setiap orang, tetapi bukan untuk keserakahan setiap orang.” Keserakahan telah menjadi sumber banyak sekali peperangan di dunia. Ketika orang-orang yang berkuasa dan negara-negara besar ingin menguasai semua sumber alam di dunia dan enggan berbagi dengan mereka yang membutuhkannya, rakyat setempat yang lebih berhak atasnya, maka terjadilah peperangan. Kita perlu mencatat kata-kata Presiden AS, George W. Bush, yang dengan sombong mengatakan, “Kok dapat-dapatnya minyak kita berada di bawah pasir mereka?” Kata-kata ini diucapkannya tentang sumber-sumber minyak yang ada di Irak, yang sudah tentu seharusnya menjadi hak rakyat Irak. 79 Salah satu tema penting yang ingin diangkat dalam Bab ini adalah pemahaman tentang berbagi. Kita perlu mengetahui seberapa serakahnya manusia. Setiap tahun, menurut data tahun 2013 dari Food and Agriculture Organization Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia, sebuah badan PBB, sepertiga makannan yang diproduksi di seluruh dunia dibuang dengan sia-sia. Jumlah makanan itu diperkirakan mencapai USD750 miliar atau sekitar Rp 9.400.000.000 triliun. Benua yang paling banyak membuang makanan adalah Asia. Sementara itu di bagian dunia yang lain ada banyak sekali orang yang kelaparan. Andaikata saja banyak orang di dunia mau belajar seperti orang-orang Kristen perdana, tentu makanan tidak akan disia-siakan, dan orang tidak perlu kelaparan.

3. Kisah 6:1-6