Pemanfaatan Sumber Daya Laut yang Berlebihan

dengan keberadaan tertentu sumber daya ikan sehingga mendorong ke arah industri yang tidak menguntungkan dan tidak stabil yang disebabkan oleh kepunahan populasi ikan yang tidak disengaja. Pengelolaan sumber daya ikan yang optimum dapat dicapai dengan jalan melibatkan masyarakat dan pihak pemerintah karena kondisi perikanan ini bersifat sumber daya alam milik umum.

1.7.6 Pemanfaatan Sumber Daya Laut yang Berlebihan

21 Ketika pemanfaatan fishing effort lebih besar daripada tangkapan optimum Maximum Sustainable Yield, maka akan terjadi pemanfaatan yang berlebihan Over Exploitated. Salah satu sumber daya laut yang telah dieksploitasi secara berlebihan adalah sumber daya perikanan. Meskipun secara agregat sumber daya perikanan laut baru dimanfaatkan sekitar 38 dari total potensi lestarinya, namun di wilayah perairan yang padat penduduk dan padat industri menunjukkan bahwa, beberapa stok sumber daya perikanan telah mengalami kondisi tangkap lebih overfishing dan jumlahnya semakin menurun, termasuk stok udang, ikan demersal, pelagik kecil dan ikan karang, khususnya di Selat Malaka, pantai Utara Jawa, Selat Bali, dan Sulawesi Selatan. Kondisi ini bukan hanya disebabkan oleh tingkat penangkapan yang melampaui potensi lestarinya, tetapi juga disebabkan oleh pencemaran dan degradasi fisik hutan mangrove, padang lamun, dan terumbu karang yang merupakan tempat pemijahan, asuhan dan mencari makan bagi sebagian biota laut. Di samping itu dengan semakin banyaknya aktivitas perekonomian yang dilakukan di wilayah pesisir dan lautan, seringkali menimbulkan permasalahan dalam pengelolaan sumber daya dan lingkungan yang terdapat di dalamnya. Aktivitas perekonomian utama yang menimbulkan permasalahan pengelolaan sumber daya dan lingkungan wilayah pesisir dan lautan adalah : 1. Perkapalan dan transportasi : tumpahan minyak, air balas, limbah padat, dan kecelakaan. 2. Pengilangan minyak dan gas : tumpahan minyak, pembongkaran bahan pencemar, konversi kawasan pesisir. 3. Perikanan : over fishing, destruktif habitat, pencemaran pesisir, pemasaran dan distribusi, modal dan tenagakeahlian. 4. Budi daya perairan : ekstensifikasi dan konversi mangrove 5. Kehutanan : penebangan dan konversi hutan. 6. Pertambangan : penambangan pasir dan terumbu karang. 7. Industri : reklamasi dan pengerukan tanah. 8. Pariwisata : pembangunan infrastruktur dan pencemaran air. Adapun akar permasalahan penyebab utama dari kerusakan lingkungan tersebut di atas adalah sebagai berikut : 1. Kurangnya pemahaman dan apresiasi sebagian besar perencana, pengambil keputusan dan pelaku pembangunan akan pentingnya nilai strategis sumber daya yang dapat diperbaharui seperti perikanan, kayu mangrove dan terumbu karang serta kebersihan lingkungan pesisir bagi kelangsungan pembangunan. Kebanyakan mereka beranggapan bahwa kegiatan industri, pertambangan, dan kawasan permukiman lebih menguntungkan daripada tambak, perikanan tangkap, pariwisata dan kegiatan lainnya yang memerlukan kualitas lingkungan yang baik. Padahal segenap kegiatan ini dapat diatur sedemikian rupa, sehingga dapat berjalan secara bersamaan dan serasi. 21 Dahuri, Op. Cit. hal. 113 2. Pengelolaan kegiatan pemanfaatan kawasan pesisir dan lautan selama ini umumnya dilakukan secara sektoral dan berorientasi pada keuntungan jangka pendek secara maksimal. Egoisme sektoral lebih menonjol daripada kerjasama antarsektor untuk mencapai pembangunan secara optimal dan berkelanjutan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 3. Struktur dan kinerja kelembagaan yang ada tidak dapat digunakan untuk mengelola kegiatan pembangunan kawasan pesisir secara terpadu guna mencapai hasil yang optimal dan berkesinambungan. 4. Rendahnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam memanfaatkan sumber daya pesisir dan kelautan secara berkelanjutan serta menguntungkan bagi rakyat, khususnya masyarakat pesisir. 5. Kekurangan sumber daya manusia yang dapat melakukan kegiatan pengelolaan kawasan pesisir dan lautan secara terpadu dari mulai tahap perencanaan, implementasi, sampai ke pemantauan dan evaluasi. 6. Kekurangan data dan informasi yang dapat dijadikan dasar dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan kelautan secara rasional dan berkesinambungan.

1.7.7 Pengembangan Pelabuhan Ikan