2.7.4.5 Pabrik Pengalengan Ikan Laut
Pengalengan ikan merupakan salah satu pilihan pengolahan ikan laut untuk memberikan nilai tambah terhadap nilai jual produk pengolahan
ikan laut. Pabrik pengalengan ikan mengambil sampel penelitian di Kota Muncar Kabupaten Banyuwangi di PT. Kamapres sebagai gambaran
kemungkinan dibangun sebuah pabrik pengalengan ikan di Sendangbiru. • Aset sebuah pabrik
Aset sebuah pabrik berukuran sedang berkisar antara Rp. 5 milyar. Luas lahan yang diperlukan untuk pabrik tersebut seluas 7.000 m
2
. Kapasitas mesin pabrik 60 tonhari, namun realisasi hanya 40 tonhari.
• Tenaga kerja
Tenaga tetap yang dipakai 50 orang yang terdiri tenaga administrasi dan tenaga operator mesin otomatis.
Tenaga borongan adalah pegawai untuk proses pengolahan ikan yaitu penimbangan, pengguntingan kepala, ekor dan isi perut ikan dan
kemudian pencucian ikan. Tenaga borongan ini di kelompokkan dalam grup-grup biasanya terdiri dari 5-7 orang. Ketika musim ikan atau
produksi penuh pabrik memiliki tenaga borongan 100 – 200 orang. Kapasitaskecepatan kerjanya per orang mampu mengolah ikan
seberat 35 – 45 kgjam selama 7 jam. Harga borongan adalah per ton ikan sebesar Rp. 50.000 – 70.000.
• Proses produksi o
Pengecekan kondisi ikan, seorang yang bertugas mengecek kondisi ikan dengan mengambil sampel dan mencicipi rasa ikan
dengan pengetahuan tertentu untuk mengetahui kondisi ikan yang layak dan tidak untuk dijadikan bahan baku pabrik
pengalengan ikan laut. Pabrik akan menerima dan membayar sejumlah ikan yang dinyatakan layak untuk diproses, selebihnya
dikembalikan ke pedagang ikan.
o Ikan yang dinyatakan layak untuk diproses, melakukan
pemisahan bagian badan dengan menggunting bagian kepala, ekor, isi perut sehingga berat sisa tinggal 65.
o Pencucian, bagian badan tersebut dicuci sebelum dimasukkan
ke mesin pemasak o
pengalengan, kemudian ikan diuapkan untuk mengeluarkan air ikan, sehingga berat ikan yang dimasukkan tinggal 80.
o pengisian saus, ikan yang telah diuapkan diberi saus sebanyak
20 dari total berat ikan. o
mesin penutup, setelah diberi saus maka kaleng-kaleng ikan dimasukkan ke mesin penutup kaleng.
o Pengopenan, kaleng-kaleng yang telah ditutup dimasukkan ke
pengopenan untuk proses pemasakan. o
Sterilisasi, setelah masak diopen kaleng-kaleng disteril dan diberi label produk.
• Jenis-jenis pengolahan ikan a Ukuran berat isi 115 gr 1 kg ikan menjadi 5-6 kaleng
b Ukuran berat isi 425 gr 1kg ikan menjadi 2,21 kaleng. Pemasaran ke sebuah perusahaan-perusahaan yang memesan kemudian
didistribusikan ke seluruh Indonesia dengan daya serap mampu menampung seluruh hasil produksi pabrik dengan harga 80 dari
harga tokopasaran. c Untuk pengolahan pembekuan hanya untuk ikan layang digunakan
sebagai umpan dan pemasarannya ke negara Australia. Proses pengolahannya yaitu penimbangan, pencucian, pembekuan, diberi
plastik, dimasukkan ke dalam karton, pengepakan. Kemudian dikirim dengan mobil yang memiliki bok yang diberi mesin
pendingin mobil berlabel pronas. d Pengolahan ikan tuna untuk ukuran kaleng 340 gr dipasarkan ke
Eropa dan Amerika.
e Pengolahan ikan tuna dengan cara Fillet yaitu diambil daging yang berwarna putih kemudian dibekukan. Olahan ini dipasarkan ke
Jepang. Pengolahan fillet ini hanya ada di Benoa Bali. f Pengolahan tepung ikan, dari proses pengalengan ikan terdapat
bahan sisa yaitu bagian kepala, ekor dan isi perut ikan. Bahan sisa ini dapat diproses menjadi tepung ikan. Proses produksinya yaitu
bahan sisa tersebut disedot dengan mesin pengolah, di dalam mesin tersebut terjadi proses pengeringan dan penepungan bahan
sisa. Harga bahan sisa Rp. 300 – 500kg, dari 1 kg bahan sisa menjadi 0,2 kg tepung ikan atau 5 kg bahan sisa menjadi 1 kg
tepung ikan. Harga tepung ikan Rp. 5.000kg pemasarannya didistribusikan ke pabrik-pabrik pakan ternak di Surabaya, Jakarta
dan Bogor. g Air ikan dari hasil penguapan dibuang dan diambil oleh masyarakat
setempat untuk dijual dengan harga Rp. 30025 liter sebagai bahan produksi petis. Dari satu ton ikan menghasilkan 50 liter air ikan 5 -
7,5 dari jumlah ikan yang diproses. Ini bisa menjadi pekerjaan tetap masyarakat di sekitar pabrik tersebut. Sedangkan air cucian
ikan dibuang langsung ke laut. • Trading, karena kelebihan kapasitas mesin maka sebuah pabrik
melakukan trading yaitu melakukan proses produksi atas permintaan sebuah merek pengalengan ikan tertentu dimana bahan-bahan
produksi dipenuhi oleh perusahaan yang memberikan order tersebut. • Jenis ikan yang diolah
o Ikan Lemuru, dengan harga Rp. 1.800kg – Rp. 2.500kg, jumlah
ikan 30 – 40 ekor kg. o
Ikan MakarelSlengseng, Rp. 3.000 – 4.500kg, dalam kondisi tertentu bisa mencapai Rp. 5.000 – 6.000kg.
o Ikan Kenyar, Rp. 5.500 – 7.500kg
o Ikan Layang, Rp. 4.000 – 5.500kg
• Bahan-bahan produksi yang digunakan o
tomat pasta, produksi Taiwan dan Surabaya sebesar 80 dari total bahan dengan harga Rp. 4.500 – 8.000kg.
o gula, lombok, bawang putih, bawang merah, garam, asem,
minyak goreng, o
es, dengan harga Rp. 3.500 – 4.000balok seberat 25 kgbalok, bertahan sebagai pendingin selama 6-8 jam untuk pengawetan
ikan 4-5 balokton. o
Air bersih diperoleh dari sumur bor o
Listrik, pengeluaran per bulan 15-20 juta dengan kapasitas 1.900 kpa setara 200.000 watt, biaya abunemen 5,5 jutabulan,
jam tertinggi 17.00 – 22.00 • Asal
ikan Pengadaan ikan untuk produksi berasal dari para pedagang
ikanblantik ikan yang memiliki jaringan perdagangan ikan yang cukup luas. Jika harga ikan dari luar daerah Muncar masih memungkinkan untuk
didatangkan maka para pedagang tersebut mengirim dan dijual ke pabrik- pabrik tersebut, karena musim ikan tiap daerah tidak bersamaan sehingga
terjadi selisih harga maka terjadi hukum ekonomi dan didistribusikan ke daerah yang belum musim ikan. Daerah-daerah yang termasuk dalam
jaringan para pedagang untuk memasok pabrik pengolahan ikan di Muncar ini meliputi Bali TPI Benoa, Jimbaran, TPI Brondong, TPI
Sendang Biru, Madura, TPI Cilacap. Pegawai pabrik bagian pengadaan ikan hanya mencari informasi jenis ikan, bobot dan harga pasaran yang
didaratkan oleh para nelayan. Hal ini bisa cepat tersampaikan dengan adanya jaringan telekomunikasi yang dipakai oleh para nelayan dan para
pedagang. Para nelayan pergi ke laut membawa telepon seluler sehingga ketika mendapat ikan di tengah laut dalam perjalanan pulang para nelayan
sudah memberikan informasi tersebut kepada pedagang dan pegawai pabrik. Pabrik-pabrik memiliki waktu untuk mempersiapkan proses
produksi seperti mengontak tenaga borongan agar masuk pada jam tertentu untuk proses produksi.
Proses produksi sebuah pabrik dalam satu tahun hanya 10 bulan kerja yaitu pada musim-musim ikan, musim barat Maret-April-Mei, dan
Juli-Agustus-September . Jadwal kerja, mulai produksi sebuah pabrik
adalah jam 07.00 atau tergantung datangnya pasokan ikan. Apabila ikan datangnya malam hari maka pegawai pabrik mengontak pedagang dan
transaksi dilakukan pada pagi hari.
BAB III ANALISA AMBANG BATAS SKALA DAN LAHAN
INDUSTRI PERIKANAN LAUT PANTAI SENDANGBIRU
3.1 Konsepsi Pengembangan Zona Industri Perikanan Laut
Pengembangan zona industri perikanan laut adalah usaha yang dilakukan manusia untuk meningkatkan kuantitas kegiatan dan kualitas
suatu zona yang memiliki struktur dan pola pemanfaatan ruang dengan jenis kegiatan industri perikanan laut.
Konsep pengembangan zona industri perikanan laut adalah peningkatan kuantitas kegiatan dan kualitas lingkungan zona industri
perikanan laut yang sesuai dengan potensi sumberdaya perikanan laut dengan memperhatikan keseimbangan antara lingkungan dan kegiatan
pembangunan. Keseimbangan antara lingkungan dan kegiatan pembangunan yang dimaksud adalah kuantitas kegiatan pembangunan
sesuai dengan keterbatasan kuantitas sumberdaya alam yang dimiliki dan menghargai integritas ekosistemnya.
Zona industri adalah tempat pemusatan kegiatan industri dengan sarana dan prasarana penunjang yang dibutuhkan oleh industri tersebut
dan tidak dikelola oleh perusahaan properti secara khusus. Pengembangan zona industri perikanan laut dimaksudkan untuk
mendorong pertumbuhan sektor industri perikanan laut lebih terarah, terpadu dan memberikan hasil guna yang lebih optimal bagi daerah
dimana zona industri berlokasi. Beberapa aspek penting yang menjadi dasar konsep pengembangan zona industri antara lain adalah efisiensi,
tata ruang dan lingkungan hidup : • Aspek efisiensi merupakan satu dasar pokok yang menjadi landasan
pengembangan zona industri perikanan laut. Melalui pembangunan