Konsep Keterbatasan Ambang Batas

1.7.16 Konsep Keterbatasan Ambang Batas

30 Konsep ambang batas didasarkan pada observasi empiris yang mengungkapkan bahwa pembangunan kota pada umumnya menghadapi keterbatasan fisik yang diperlihatkan oleh berbagai lingkungan alam dan buatan. Keterbatasan ini telah dikenal sebagai ambang batas pembangunan. Ambang batas ini pada umumnya bukan merupakan karakter absolut, sehingga dapat diselesaikan dengan biaya pembangunan “tambahan”, yang seringkali tinggi. Biaya ini disebut biaya ambang batas. Sifat biaya amang batas bergantung pada lokasi dari keterbatasan khusus, dan konsekuensinya bergantung pada lokasi pembangunan kota khususnya. Karena itu, lokasi pembangunan kota harus ditentukan terlebih dulu dalam rencana fisik yang didasarkan pada pendapat bidang ekonomi. Ada empat cara utama mengklasifikasi ambang batas berdasarkan kriteria yang berbeda : 1 klasifikasi I, menurut konsekuensi biaya yang melampaui batas; 2 klasifikasi II, menurut suatu sebab yaitu karakter faktor fisik yang menentukan keterbatasan ambang batas; 3 klasifikasi III, menurut tingkat perencanaan atau pengelolaan; melalui perencanaan atau pengelolaan itu ambang harus ditangani; dan 4 klasifikasi IV, menurut kepentingan khusus, di mana ambang batas didapatkan dalam hubungannya dengan pembangunan kota. Bagian klasifikasi IV ini berusaha mengklasifikasi ambang batas berdasarkan kepentingan tertentu dalam hubungannya dengan proses pembangunan kota. Kepentingan ini secara umum, bergantung pada a tempat suatu ambang batas di dalam urutan pembangunan, b hubungan saling menguntungkan antara ambang batas yang tumpang-tindih, dan c kesulitan- kesulitan yang tidak umum tercakup dalam beberapa ambang batas yang melampaui batas. Tempat ambang batas tertentu dalam hubungannya dengan urutan pembangunan dapat diidentifikasi secara jelas pada hampir semua kasus, dan perbedaan hasilnya secara nyata dapat diperlihatkan dengan membagi ambang batas ke dalam: a ambang batas perbatasan atau maksimum akan menunjukkan diterimanya batas-batas akhir dalam areal yang dianalisis pada pembangunan kota pada standar yang ditentukan sebelumnya, kemungkinan teknologi yang ada, ketersediaan sumberdaya finansial, dan sebagainya. Dalam keadaan khusus, penyelesaian ambang batas perbatasan dapat dipertimbangkan apabila ada alasan sosial yang kuat. Tetapi pernyataan ini tidak dapat dipertahankan, karena ambang batas tersebut dengan karakter “perbatasan” berasal dari persyaratan- persyaratan perlindungan lingkungan alam atau dari nilai warisan budaya yang dikenal. Ambang batas sebagai suatu kaidah harus menjadi suatu yang absolut. Ambang batas perbatasan mungkin juga menjelaskan 30 Jerzy Kozlowski, Pendekatan Ambang Batas dalam Perencanaan Kota, Wilayah dan Lingkungan Teori dan Praktek Jakarta : Universitas Indonesia-Press 1997, hal. 5. kenampakan-kenampakan features lahan yang menetapkan kemungkinan-kemungkinan areal yang ada hanya untuk pembangunan fungsi-fungsi, seperti industri, pariwisata, atau pertanian – dalam beberapa kasus fungsi-fungsi tersebut merupakan fungsi kritis, dan penting untuk pembangunan umum selanjutnya pada suatu areal yang tercakup. b Ambang batas normal adalah keterbatasan-keterbatasan ambang batas yang dapat diatasi dengan membuka areal berurutan bagi pembangunan kota. Ambang batas normal yang paling penting adalah ambang batas pertama yang menunjukkan batas di mana areal perkotaan yang ada dapat diperluas tanpa penambahan biaya pembangunan “tambahan”. c Ambang batas menengah adalah ambang batas normal yang berada antara ambang batas pertama dan ambang batas perbatasan, ambang batas menengah dapat pula menunjukkan urutan pembangunan kota yang direkomendasikan. Dalam suatu kasus, ambang batas kedua, ketiga dan seterusnya dapat dibedakan. Proses analisa ambang batas tidak perlu diperlakukan dengan cara dogmatis. Proses analisa tersebut cenderung memberikan kerangka kerja yang fleksibel dan nyaman, karena rangkaian pemikiran yang memberikan petunjuk aplikasi pendekatan ambang batas pada praktek perencanaan. Tim perencanaan yang memanfaatkan analisis ambang batas harus memodifikasi proses yang direkomendasikan berdasarkan ketentuan kondisi aktual. Harus ditunjukan bahwa untuk melaksanakan analisis ambang batas, perlu membentuk sejumlah asumsi seperti mengenai tipe-tipe dan densitas pembangunan atau standar lain serta tingkat kecermatan yang diperlukan. Hanya dengan dasar asumsi tersebut, memungkinkan mengidentifikasi dan mengevaluasi berbagai macam ambang batas pembangunan. Karena itu seluruh masalah yang sudah ditentukan diatas hendaknya ditangani dalam bagian awal analisis yang disebut penyusunan masalah. Penyusunan masalah tersebut menitikberatkan pada penentuan seluruh persyaratan penting untuk ketepatan analisis : definisi tujuan, formulasi asumsi dasar, identifikasi kesulitan khusus danatau indikasi berkenaan dengan studi tambahan yang harus dilaksanakan. Kerja pendahuluan yang lengkap akan mengikuti ketepatan analisis. Seterusnya, kerja pendahuluan ini dibagi dalam dua bagian utama; yang pertama disebut Analisis Ambang Batas Dasar, yang menunjukkan cara identifikasi berbagai macam keterbatasan ambang batas dan cara evaluasi aplikasinya untuk pembangunan perkotaan. Yang kedua disebut Analisis Ambang Batas memberikan petunjuk pada perhitungan biaya ambang batas dan menawarkan metode analisis sederhana dan konsekuensinya untuk pembangunan perkotaan. Analisis ambang batas dasar dibagi dalam dua tahap. Tahap 1, ambang batas perbatasan, menyangkut definisi faktor-faktor yang menyebabkan keterbatasan perbatasan pada pembangunan kota secara umum. Keterbatasan perbatasan ini terjadi karena perlunya melindungi lingkungan yang ada dan karena kondisi-kondisi yang disebabkan oleh areal yang memiliki kualifikasi unik untuk lokasi dengan fungsi-fungsi bukan-hunian yang “dominan” dan yang sangat penting untuk pembangunan areal studi selanjutnya. Istilah “ambang batas perbatasan” dimaksudkan untuk menunjukkan karakter absolut dari hambatan- hambatan ini. Mereka harus membedakan dari ambang batas lain, yang diistilahkan dengan “ambang batas normal”. Ambang batas normal menampilkan hambatan-hambatan yang dapat dilampaui untuk dilanjutkan dengan pembangunan kota berikutnya. Tahap 2, ambang batas normal, berkenaan dengan definisi ambang batas pertama, pertengahan dan ambang batas kritis yang ditentukan terutama oleh karakteristik lingkungan alam dan lingkungan buatan yang ada, serta ditentukan oleh tata letak dan kapasitas sistem infrastruktur serta transportasi yang berbeda. Pada tahap ini beberapa macam areal ambang batas ditentukan, potensi pembangunan kotanya juga dihitung serta berbagai macam implikasinya dievaluasi. Akhirnya, pada akhir tahap 1, suatu “titik keputusan” telah dicapai, karena pada tahap ini suatu konfrontasi antara hasil-hasil yang dicapai sejauh itu dengan tujuan yang diformulasikan dalam Penyusunan Masalah akan kelihatan. Konfrontasi ini menunjukkan bahwa hasil tahap 1 telah menyelesaikan masalah analisis dengan cara yang memuaskan dan tidak perlu lagi mengerjakan tahap 2 yang lebih kompleks dan banyak memakan waktu. Dari konsep ambang batas di atas penulis berusaha mengkaji ambang batas industri perikanan laut yang disebabkan oleh keterbatasan dari bahan baku yaitu sumberdaya perikanan laut dan ambang batas lahan yang sesuai untuk industri perikanan laut dimiliki lokasi studi. Analisa ini bertujuan menghasilkan kemungkinan skala pembangunan industri perikanan laut yang dapat diselenggarakan di Pantai Sendangbiru. Gambar 1.4 : Versi Aktual Secara Rinci Analisis Ambang Batas

1.8 Metodologi