Perahu Jukung Teknologi dan Jenis Usaha Penangkapan Ikan Laut

dengan arah arus laut. Dalam satu hari jaring apung tersebut diturunkan sebanyak dua kali yaitu pada pukul 24.00 dan siang hari pada pukul 12.00. D. Daya jelajah Perahu pakis ini berangkat membawa perbekalan untuk persediaan selama seminggu, es untuk mengawetkan ikan, lima jirigen air tawar dengan kapasitas 35 liter per jirigen, lima jirigen bahan bakar dengan kapasitas yang sama, peralatan memasak, berangkat pagi hari atau siang hari menuju lepas pantai sejauh 20 – 60 mil laut, mereka tempuh selama 3 – 4 jam perjalanan. Jika musim ikan, dalam waktu tiga hari bok ikan sudah penuh dan nelayan kembali ke darat untuk menjual hasil tangkapan kemudian istirahat sambil mengisi perbekalan selama 1 – 2 hari kemudian berangkat kembali, bahkan hanya satu hari istirahat mereka kembali melaut, karena musim ikan hanya beberapa bulan saja sehingga mereka berusaha memaksimalkan waktu yang ada. Posisi perahu ketika menurunkan jaring dan menghanyutkan perahu mereka sambil menunggu ikan yang menabrak jaring, bisa mencapai jarak 60 mil, mulai dari Pantai Ngrawan perbatasan Kabupaten Lumajang sampai Pantai Jalasutra perbatasan Kabupaten Blitar.

2.7.2.4 Perahu Jukung

A. Konstruksi Perahu tipe jukung adalah perahu yang terbuat dari batang pohon besar yang berbentuk bulat dan lurus. Tukang perahu membentuk batang pohon tersebut dengan melubanginya sebagai badan perahu dengan ketebalan 3 – 4 cm dan memberi tambahan satu papan di bagian tepi perahu, serta memberi bentuk lancip di bagian buritan dan depan perahu dengan kayu tambahan. Sebagai penyeimbang perahu di air, perahu diberi cadik yang terbuat dari bambu lurus yang sudah dikeringkan dengan diameter 10 – 15 cm. Tangkai cadik terbuat dari kayu yang disambungkan ke perahu dan bambu diikat menggunakan pasak kayu dan tali-temali. Perahu jukung ini memiliki bermacam-macam ukuran, dari yang berukuran panjang 6 m sampai berukuran 12 m dengan lebar 0,5 meter dan tinggi 0,7 – 0,9 m. Untuk menggerakkan laju perahu ini digunakan mesin satu silinder berkekuatan 7 – 16 HP yang disebut mesin tempel dengan bahan bakar solar, bensin dan minyak tanah. Dari jenis bahan bakarnya, mesin dengan bahan bakar minyak tanah merupakan jenis yang mahal harganya dengan kekuatan HP yang sama, kemudian mesin jenis bahan solar dan bensin menempati urutan kedua dan ketiga. Dengan menggunakan baling-baling dua daun dan berdiameter 20 cm perahu jukung ini memiliki kecepatan 5 – 8 knot knot = miljam. Perahu jukung ini memiliki laju melebih kecepatan perahu mayang maupun perahu sekoci sehingga mudah untuk melakukan pengejaran ikan pelagis besar. B. Jenis alat tangkap Alat tangkap yang digunakan oleh perahu jukungan adalah jenis pancing antara lain pancing rawai tuna dengan jumlah mata pancing 5 – 9 buah nelayan memiliki kebiasaan menggunakan angka ganjil dalam menetapkan jumlah pancing yang dipakai pada peralatan mereka; pancing trawling dengan satu mata pancing; pancing trawlingeretan halus dengan mata pancing 51 – 201 buah dengan ukuran kecil pancing no. 12 untuk memancing ikan pelagis kecil; dan pancing trawlingeretan kasar dengan mata pancing 51 – 201 buah dengan ukuran sedang pancing no. 7 untuk memancing ikan pelagis kecil yang berukuran lebih besar. Berbekal bermacam-macam jenis pancing tiap jenis terdiri dari 2 set pancing, satu untuk persediaan ketika alat pancing terjadi kerusakan, nelayan menangkap ikan sesuai jenis ikan yang ditemui di perjalanan. C. Metode mencari ikan Metode mencari ikan yaitu berangkat dini hari agar mencapai lokasi 20 – 25 mil kearah lepas pantai pada tepat waktu matahari baru muncul di garis cakrawala, karena itu merupakan waktu awal ikan mulai mencari makan. Mencari lokasi ikan dapat ditandai dengan permukaan air laut yang beriak karena ikan-ikan pelagis tersebut sedang makan atau memburu ikan-ikan yang lebih kecil sehingga tampak melompat-lompat dari kejauhan yang disebut ngropos atau mencari gerombolan burung- burung laut sedang menyambar-nyambar di permukaan air maka dapat dipastikan beberapa saat ada ikan pelagis kecil atau besar yang ikut makan atau kelihatan ngropos. Metode lainnya yaitu mencari gerombolan ikan lumba-lumba. Ikan lumba-lumba ini jika berenang di permukaan laut memiliki kebiasaan melompat-lompat di atas permukaan air sambil mengejar dan menangkap ikan pelagis kecil. Hampir dipastikan ikan lumba-lumba menempati lapisan teratas dari gerombolan tersebut, kemudian lapisan kedua adalah ikan pelagis besar seperti ikan tuna, ikan tongkol, ikan cakalang, ikan madidihang dan albakora. Ikan di lapisan kedua tidak akan tampak, sehingga nelayan harus menunggu sabar sambil mengikuti arah pergerakan dari gerombolan ikan lumba-lumba tersebut sambil melepaskan pancing rawai tuna 5 – 9 mata pancing. Mengikuti gerombolan ikan-ikan tersebut bisa memakan waktu sampai menjelang siang hari. Jika beruntung pancing tersebut akan termakan oleh ikan pelagis besar tersebut namun masih satu atau dua mata pancing saja, sedangkan ikan lumba-lumba tidak memakan mata pancing tersebut karena memiliki mata yang tajam dan dapat membedakan antara ikan pelagis kecil dengan ikan artificialbuatan dari nelayan. Ketika ikan pelagis besar mulai makan akan muncul ke permukaan dan tampak menggerombol di antara gerombolan ikan lumba- lumba atau membentuk gerombolan di belakang atau disampingnya. Ikan pelagis besar akan melompat-lompat di atas permukaan laut untuk menyambar ikan pelagis kecil, sehingga nelayan harus melakukan gerakan zig-zag di depan gerombolan ikan pelagis besar tersebut sambil menggerak-gerakan tali pancing. Tidak lama berselang mata pancing akan penuh oleh ikan pelagis besar, demikian seterusnya sambil memungut satu persatu ikan dari mata pancing nelayan kembali memburu gerombolan ikan-ikan tersebut. Diperlukan keterampilan dan cekatan mengendalikan arah gerak perahu, menarik tali pancing dan melepaskan ikan dari mata pancing kemudian melepaskan tali pancing kembali ke dalam air agar memperoleh hasil yang maksimum karena masa produktif tersebut kurang lebih 2 – 3 jam saja. Ketika gerombolan ikan menyambar makanan kecepatan gerak dari gerombolan agak berkurang dibandingkan ketika ikan masih berenang di permukaan laut yaitu bisa mencapai 1 -2 knot. Mengikuti gerombolan ikan ini nelayan bisa mencapai 40 mil ke arah lepas pantai baru tolak menuju darat kembali pulang lewat tengah hari. Perlu waktu 3 – 4 jam untuk kembali ke darat dengan kecepatan penuh. Menjelang sore hari nelayan baru mencapai darat dengan jenis ikan yang tertangkap memiliki ukuran yang bervariasi yaitu ukuran 1 – 5 kg untuk ikan tongkol dan cakalang merupakan jenis ikan yang mendominasi hasil tangkapan, ukuran 10 -15 kg untuk jenis ikan tuna, madidihang dan albakora hanya beberapa ekor saja. Jumlah total hasil tangkapan bisa mencapai 100 – 300 kg per perahu dengan jumlah penumpang 1 – 2 orang. D. Daya jelajah Perahu jukung biasanya dioperasikan oleh 1 – 2 orang di dekat pantai sampai 40 mil laut ke arah lepas pantai dan menyisir pantai sampai perairan Kabupaten Lumajang jika mengambil arah Timur dan ke arah Barat sampai perairan Kabupaten Blitar. Berangkat dini hari dengan kecepatan penuh sekitar 5 – 8 knot agar mencapai lokasi 20 – 25 mil laut pada waktu matahari muncul di garis cakrawala dan tolak kembali ke darat lewat tengah hari pukul 01.00 – 02.00, mencapai darat menjelang sore hari pukul 04.00 – 05.00. Malam hari digunakan oleh nelayan untuk merakit atau memperbaiki alat pancing untuk kembali bekerja esok harinya. Dalam satu minggu, ketika musim ikan nelayan melaut satu trip dalam satu hari dan 6 – 7 hari kerja. 2.7.3 Sektor Penangkapan Ikan Laut 2.7.3.1 Unit tangkap