Perahu MayangPayangan Teknologi dan Jenis Usaha Penangkapan Ikan Laut

mungkin disebabkan potensi daerah penangkapan didominasi oleh pantai terjal atau tidak dapat dikembangkan menjadi lebih banyak unit-unit penangkapan karena daerah yang diusahakan kecil. Sedang daerah yang memiliki potensi alam yang lebih mendukung seperti yang ada di Muncar Kabupaten Banyuwangi unit-unit tersebut dapat berkembang sampai puluhan unit usaha atau tiap kampung memiliki unit-unit usaha yang berbeda-beda. Selain itu ada juga unit usaha kompresoran yaitu usaha penangkapan udang lobster dan ikan hias yang ada di Sendangbiru, namun tidak dimasukkan dalam pembahasan studi ini karena hanya ada satu sampai dua unit saja dan kesulitan mendapatkan data dari nelayan karena usaha tersebut termasuk kegiatan usaha ilegal dan menggunakan bahan kimia potasium yang dapat menyebabkan kerusakan pada terumbu karang serta memiliki jumlah trip yang sangat kecil.

2.7.2.1 Perahu MayangPayangan

A. Konstruksi Perahu-perahu tipe mayang 33 , yang digunakan terutama untuk penangkapan ikan lepas pantai adalah tipe perahu nelayan yang berukuran paling besar. Perahu mayang terbuat dari papan-papan setebal empat sentimeter dan lunas setebal 20 cm. Untuk menyatukan papan- papan tersebut menggunakan pasak dari kayu ulin, selain kuat jika menggunakan besi atau paku akan mudah karatan dan patah terkorosi oleh air laut. Perahu ini tidak menggunakan linggi yaitu kayu yang 33 Masyhuri, Menyisir Pantai Utara; Usaha dan Perekonomian Nelayan di Jawa Timur dan Madura 1850-1940 Yogyakarta: Yayasan Pustaka Busatama, 1996 hal. 44. Ikan Layang dalam jumlah besar bermigrasi ke perairan lepas pantai Laut Jawa setiap tahun pada musim Timur. Untuk menangkap ikan jenis ini diperlukan peralatan khusus, perahu yang berukuran cukup besar sehingga aman untuk berlayar di tengah lautan berjarak antara 20 – 50 km dari pantai, dan jaring khusus yang dapat dipakai menangkap ikan yang hidup di permukaan air laut. Dari sini diduga keras asal mula penciptaan perahu mayang, yang dalam bahasa Jawa berarti perahu yang digunakan untuk menangkap ikan Layang……. . Sedangkan jaring yang digunakan untuk menangkap ikan Layang merupakan jaring khusus yang disebut jaring payang. Menurut etimologi Jawa, kata “mayang” dan “payang” merupakan kata bentukan dari kata “layang”. dipasang sejajar dengan lunas untuk memperkuat badan perahu. Sedangkan tulangan yaitu kayu yang dipasang sebagai tulang rusuk perahu juga digunakan sebagai penyekat petak-petak. Pembuatan perahu mayang menggunakan bahan-bahan kayu yaitu kayu bungur untuk papan karena kuat terhadap air laut dan tidak termakan oleh rutus cacing laut, kayu ulin untuk bahan lunas karena terkenal kuat dan semakin kuat bila terendam air serta licin bila bergesekan dengan batu karang. Konstruksi perahu mayang ini memiliki panjang 12 – 20 m, lebar 4 – 6 m, tinggi 1 m terdiri dari petak-petak di badan perahu, kemudian diatasnya ditutup papan-papan yang tidak dipasak sehingga mudah untuk membuka dan menjadi lantai geladak. Sedangkan petak-petak tersebut digunakan untuk menyimpan ikan hasil tangkapan. Di bagian buritan perahu terdapat semacam tower setinggi tiga meter yang diberi atap untuk pengemudi. Di tengah terdapat tiang perahu setinggi 3 – 4 m yang diberi tempat duduk untuk bagian pengawaspencari ikan. Di buritan bagian kiri ditempatkan jaring payang dan bagian kanan ditempatkan mesin sehingga jika diturunkan, as baling-baling berada hampir di tengah perahu tepatnya di samping kanan lunas perahu. Jika menurunkan jaring, perahu bergerak memutar berlawanan arah jarum jam sehingga ketika mengejar ikan, posisi ikan harus berada di kiri perahu kemudian jaring diturunkan dan melakukan gerakan memutar. Mesin yang digunakan adalah mesin empat silinder sampai enam silinder yaitu mesin yang biasa digunakan untuk mobil jenis truk mini diesel. Mesin diberi tambahan Gearbox untuk mengubah putaran baling- baling sehingga perahu dapat melakukan gerakan maju, mundur atau netraldiam. Selain itu oleh Gearbox kecepatan mesin diubah sebagian menjadi power sehingga perahu menjadi lebih kuat daya dorongnya jika bergerak berlawanan dengan arus air. Sedangkan perahu mayang yang lebih kecil biasanya menggunakan mesin diesel 30 HP horse power dua buah, namun kecepatan perahu kurang laju dibandingkan perahu yang menggunakan mesin mobil empat silinder, sehingga kalah bersaing atau untuk mengejar ikan pelagis besar ukuran satu sampai lima kilogram kalah cepat. Apalagi bila perahu sudah mendapat ikan tapi masih belum penuh, pengejaran ikan sulit dilakukan karena kecepatan perahu menjadi berkurang. Para nelayan banyak yang beralih menggunakan mesin mobil empat silinder, sehingga tinggal satu dua perahu yang masih menggunakan mesin diesel satu silinder. Daya angkut perahu mayang 5 – 15 ton ikan atau dapat mencapai 150 keranjang di mana satu keranjang berisi ikan seberat 100 kg. Perahu mayang banyak diproduksi oleh tukang-tukang perahu dari Kepulauan Madura yaitu yang terkenal dari Pulau Sepulu dan Pulau Gili-gili. Di antaranya yang terkenal, yang dikirim juga ke luar Jawa, adalah perahu mayang yang dibuat di Rembang, yang dikenal dengan sebutan “perahu Rembang”. Daerah-daerah lain yang memproduksi perahu mayang antara lain Cirebon, Jepara dan Juana 34 . Kebanyakan nelayan Sendangbiru mendatangkan tukang perahu dari Madura untuk membuat perahu mayang di Sendangbiru. Jumlah perahu mayang yang dimiliki oleh nelayan Sendangbiru mencapai 35 buah. B. Jenis alat tangkap Jaring payang ini mempunyai sebuah kantong di bagian tengahnya yang terbuat dari anyaman benang plastik, memiliki lebar satu mili yang disebut jari-jari sepanjang 10 – 15 depa 1 depa = panjang kedua tangan orang dewasa direntangkan. Bibir kantong terbuat dari anyaman benang nilon, memiliki lubang 1 – 2 inci yang dikonstruksi khusus sehingga memudahkan ikan dapat tertangkap dan dua buah jaring sayap yang panjang 90 – 200 depa dikedua sisi sampingnya. Lubang jaring di bagian sayap 4 inci dan sedikit demi sedikit menjadi kecil ke arah kantong terbuat dari benang arnet plastik. Kedua sayap jaring bagian bawah diberi 34 Ibid. hal. 43 pemberat batu seberat dua kg dengan jarak 5 – 7 depa dan bagian atas diberi pelampung, biasanya memakai bola plastik karena murah dan mudah mendapatkannya jika perlu penggantian yang rusak. Jarak antar pelampung sama 5 – 7 depa dan pada bagian atas bibir jaring lebih rapat dengan jarak 0,5 depa. C. Metode mencari ikan Metode mencari ikan perahu mayang dilihat dari waktu operasinya terdiri dari dua macam yaitu malam hari dan siang hari. Hal ini tergantung musim ikan yang datang dan kondisi air. Pada malam hari disebut nggadang atau gadangan karena nelayan melaut pada malam hari sampai pagi hari. Metode gadangan ini mengandalkan kondisi air laut yang disebut gurah yaitu kondisi air laut yang dipenuhi oleh plankton yang mengeluarkan cahaya berwarna fosfor dalam tubuhnya karena terjadi gerakan. Cahaya tersebut seperti cahaya yang dikeluarkan oleh serangga kunang-kunang pada malam hari yang disebut cahaya luminasi. Keberadaan ikan pada malam hari dapat diketahui dengan melihat berkas cahaya air laut yang ditabrak oleh gerakan renang ikan-ikan tersebut. Berkas cahaya tersebut membentuk alur dan arah serta luasan kelompok renang ikan-ikan tersebut. Nelayan memiliki pengetahuan yang dapat membedakan jenis ikan apa yang berenang tersebut dari ciri-ciri atau perbedaan-perbedaan dari pancaran cahaya air laut tersebut, sehingga nelayan dapat memilih jenis ikan yang akan ditangkap. Pencarian ikan dilakukan dengan menggunakan jegul yaitu semacam tongkat dari bambu sepanjang 3 – 4 m yang ujungnya diberi kayu bulat. Ketika perahu berjalan jegul dipukulkan di air tepat dibawah bagian depan perahu sehingga menimbulkan suara akustik dalam air yang ditimbulkan oleh badan perahu. Ikan-ikan yang berada di sekitar perahu akan lari menjauhi perahu dua sampai tiga meter dari lokasi semula sehingga keberadaan ikan dapat diketahui. Dalam pengoperasiannya jegul ini dipukulkan secara berirama 3 – 5 detik selama perjalanan pencarian lokasi ikan. Pengoperasiannya dilakukan secara bergantian oleh para pendega. Ketika lokasi ikan, luasan kumpulan ikan dan jenisnya diketahui segera jaring payang diturunkan dan melakukan gerakan memutar. Hasil yang diperoleh tidak kalah banyak ketika perahu bekerja pada siang hari. Jenis ikan yang ditangkap pada malam hari kebanyakan dari jenis ikan pelagis kecil yaitu layur, lemuru, rencek, ekor kuning, slengseng, benggol maupun peng-peng. Metode lain yang dilakukan pada malam hari adalah ngoncor yaitu mengumpulkan ikan dengan cara meletakkan pelampung yang diberi lampu petromak tiga sampai empat buah sehingga dapat menerangi permukaan air sampai kedalaman beberapa meter. Konstruksi pelampung tersebut dibuat dapat menampung lampu dan tahan terhadap gerakan gelombang. Pelampung oncor tersebut diikatkan ke perahu dengan tali beberapa meter dari perahu yang dijangkar di lokasi-lokasi ikan lewat. Cara ini dilakukan di perairan dekat pantai saja seperti Selat Sempu dan di sekitar pantai Tamban. Ketika musim ikan maka Selat Sempu dan pantai Tamban akan tampak ramai oleh lampu-lampu para nelayan. Jika pada malam hari sinar bulan masih tampak maka metode ini tidak dapat dilakukan karena sinar bulan akan tersebar ke seluruh permukaan air sehingga menunggu bulan tenggelam nelayan-nelayan baru dapat berangkat melaut. Jika pukul 02.00 sampai pukul 03.00 dini hari bulan masih tampak maka metode ini tidak dilakukan oleh nelayan, berarti nelayan berangkat pagi hari atau bekerja pada siang hari. Metode kerja ngoncor ini yaitu ketika permukaan air diberi sinar lampu maka ikan-ikan akan bergerombol mendekati sinar lampu tersebut. Ikan yang mendekati lampu terdiri dari bermacam-macam ikan terutama ikan pelagis kecil. Ketika ikan yang mendekat semakin banyak dan melakukan gerakan renang berputar seperti pusaran yang disebut nangko maka ikan tidak akan lari menjauh. Untuk mencapai kondisi nangko nelayan menunggu sampai beberapa jam lamanya atau jika jumlah ikan kurang begitu banyak maka hampir subuh nelayan baru dapat melakukan penangkapan. Tapi jika musim ikan beberapa jam saja ikan sudah dapat mencapai kondisi nangko dan melakukan penangkapan. Setelah ikan dalam kondisi nangko maka seorang pendega melepaskan tali pelampung dan berenang menjaga agar pelampung tidak bergerak kemana-mana dan perahu mayang menarik jangkar dan menurunkan jaring payang melakukan gerakan memutari pelampung. Ketika jaring payang ditarik sudah mendekati perahu maka pendega yang berenang tersebut memindahkan pelampung oncor keluar dari jaring. Metode ngoncor ini juga dilakukan oleh perahu-perahu jukung yang menempatkan dua lampu petromak di sisi kanan dan kiri jukung. Namun cara penangkapannya menggunakan pancing. Memancing ini hanya dilakukan oleh nelayan untuk mengisi waktu sambil menunggu ikan dalam kondisi nangko, karena nelayan jukung tersebut melakukan kerjasama dengan perahu mayang jika ikan-ikan tersebut dalam kondisi nangko akan dijaring oleh perahu mayang. Dalam kerjasama ini biasanya jika ikan yang dikumpulkan oleh nelayan jukung mendapat banyak sekitar satu sampai dua petak atau 10 – 20 keranjang maka nelayan jukung tersebut mendapat bagian 1 – 2 keranjang. Perahu mayang ini ketika ngoncor dapat bekerjasama dengan 2 – 4 perahu nelayan jukung. Caranya juga sama dengan pelampung oncor, ketika perahu mayang mendekati perahu jukung, seorang pendega berenang mendekatkan pelampung oncornya ke perahu jukung dan lampu perahu jukung tersebut disembunyikan ke dalam perahu sehingga sinar lampu digantikan oleh pelampung oncor, kemudian perahu jukung tersebut dipindahkan agak menjauh dari lokasi ikan nangko tersebut. Untuk pendega bagian berenang menjaga pelampung mendapat bagian 1¼ bagian dari pendega biasa. Dengan metode ngoncor, jika musim ikan perahu mayang dapat memperoleh ikan 20 – 40 keranjang atau 2 – 4 ton ikan. Metode mencari ikan pada siang hari berbeda sekali dengan malam hari. Lokasi ikan dapat ditandai dengan mencari permukaan air laut yang beriak karena ikan-ikan pelagis tersebut sedang makan atau memburu ikan-ikan yang lebih kecil sehingga tampak melompat-lompat dari kejauhan yang disebut ngropos. Ikan-ikan kecil yang menjadi makanan ikan pelagis kecil ini berukuran panjang maksimum 4 cm dan lebar 0,5 cm. Ikan-ikan kecil ini juga menjadi makanan burung-burung laut sehingga di kejauhan tampak burung-burung sedang menyambar-nyambar di permukaan air maka dapat dipastikan beberapa saat ada ikan pelagis kecil atau besar yang ikut makan atau kelihatan ngropos. Ketika musim ikan tiba dapat dilihat keramaian di tengah laut, terjadi kejar-kejaran antara ikan-ikan kecil yang diburu oleh ikan pelagis besar dan pelagis kecil dan ramainya suara burung-burung laut yang ikut menyambar ikan serta deru mesin dan teriakan para nelayan memberikan aba-aba. Di samping perahu mayang ada juga perahu jukung yang ikut mengejar dengan menggunakan pancing. Cara lain jika nelayan mendapati ikan sedang berenang secara bergerombol di permukaan air, maka perahu mayang melakukan pengejaran sampai pada posisi yang tepat untuk menurunkan jaring payang. Jika ikan-ikan kecil sebagai makanan predator tersebut kurang atau tidak ada sama sekali maka sulit untuk mencari keberadaan ikan-ikan pelagis kecil atau besar, sehingga bisa seharian nelayan-nelayan tersebut tidak menemukan lokasi ikan berarti tidak menurunkan jaring sama sekali. Berbeda dengan cara memancing, walaupun ikan tidak tampak jika memang ada ikan di perairan tersebut maka pancing akan termakan ikan juga. Untuk menangkap ikan pelagis besar nelayan payangan menuju ke lokasi penanaman rumpon yang ditanam 40 mil laut oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang. Berangkat sore hari untuk mencari ikan lemuru sejumlah 400 – 500 kg di dekat pantai sebagai umpan sampai pukul 01.00 dini hari, kemudian berangkat menuju lokasi rumpon dengan alat bantu GPS. Dengan kecepatan penuh sekitar 6 -7 knot perahu payangan berusaha mencapai lokasi pada waktu matahari muncul di garis cakrawala. Ketika mencapai lokasi di sekitar rumpon, seorang pendega berenang sambil membawa keranjang penuh ikan lemuru yang ditabur- taburkan ke dalam air sebagai umpan untuk ikan pelagis besar. Jika ikan pelagis besar sudah banyak yang sibuk memakan umpan maka perahu payang melakukan gerakan memutar dan menebarkan jaring payang. Menangkap ikan pelagis besar dibutuhkan kecepatan dalam menarik jaring payang agar jaring cepat terangkat karena ikan pelagis besar memiliki kecepatan renang yang tinggi, jika bibir jaring bagian bawah sudah terangkat maka hampir dapat dipastikan ikan-ikan tersebut tidak dapat melarikan diri. Namun ikan-ikan tersebut sering menabrak jaring tersebut sehingga menimbulkan sobek pada jaring. Melakukan penangkapan ikan pelagis besar di rumpon hanya dibutuhkan beberapa kali penebaran jaring yaitu sekitar 2 – 5 kali saja atau waktu produktif sekitar 2 jam. Nelayan kembali ke darat dengan hasil tangkapan antara lain ikan jenis tuna, madidihang, ikan cakalang, ikan tongkol dan ikan albakora dengan hasil tangkapan bisa mencapai 2 – 8 ton. D. Daya jelajah Masa melaut nelayan berangkat pada pagi hari dan baru kembali pada sore sampai malam hari dengan daya jelajah lima mil laut ke arah lepas pantai. Jika nelayan mengambil arah ke Timur maka jarak terjauh yang ditempuh oleh nelayan-nelayan tersebut sampai wilayah perairan Kabupaten Lumajang melalui Pantai Tambakasri, Pantai Lenggoksono, Pantai Pujiharjo, dan Pantai Ngrawan. Jika mengambil arah ke Barat maka jarak terjauh sampai wilayah perairan Kabupaten Blitar melalui Pantai Balekambang, Pantai Ngliyep. Dalam satu hari nelayan payangan melaut satu trip dan dalam satu minggu melaut 6 – 7 trip. Untuk menangkap ikan pelagis besar nelayan payangan menuju ke lokasi penanaman rumpon yang ditanam 40 mil laut oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang.

2.7.2.2 Perahu Sekoci