Metode Analisa Kualitatif Metodologi

Mediteran Agak peka. Kelas IV = Andosol Laterek, Grumosol, Nilai Skor 60 Podsoil, Podsolic Peka Kelas V = Regosol, Litosol, Atnogosol, Nilai Skor 75 Renzine Sangat Peka Hasil dari analisa tersebut adalah peta kelas lahan yang terdiri dari lima kelas dengan nilai skor seperti disebutkan diatas. c Faktor Intensitas Hujan Harian : Peta tematik curah hujan di lokasi studi dianalisa dengan mengklasifikasikan daerah yang memiliki curah hujan sesuai klasifikasi dibawah ini : Kelas I = sd 13,6 mmhari sangat rendah Nilai Skor 10 Kelas II = 13,6 – 20,7 mmhari rendah Nilai Skor 20 Kelas III = 20,7 – 27,7 mmhari sedang Nilai Skor 30 Kelas IV = 27,7 34,8 mmhari tinggi Nilai Skor 40 Kelas V = 34,8 mmhari Sangat tinggi Nilai Skor 50 Hasil dari analisa tersebut adalah peta kelas lahan yang terdiri dari lima kelas dengan nilai skor seperti disebutkan diatas. Ketiga peta tematik hasil analisa tiga variabel di atas, dilakukan superimpose untuk menghasilkan luasan lahan yang memiliki nilai skor yang berbeda-beda sesuai jumlah nilai skor yang terkandung pada lahan tersebut. Jumlah nilai skor lahan dapat diklasifikasikan menurut Sistem Klasifikasi Kemampuan Lahan Menurut SK Mentan No. 837KptsUM1980 dan No. 683KptsUMII1981 dan Sistem Klasifikasi Kemampuan Lahan Menurut Keppres No. 32 Tahun 1990 sebagai peta kemampuan lahan.

1.8.3 Metode Analisa Kualitatif

Metode analisa kualitatif yang digunakan untuk menganalisa industri pengolahan ikan laut yang berpotensi untuk dikembangkan dengan metode skoring. Analisa jenis industri pengolahan ikan laut potensial digunakan untuk menentukan variabel yang akan dianalisa pada ambang batas skala industri pengolahan ikan laut pada pembahasan berikutnya. Penentuan bobot tiap variabel ditentukan oleh besar potensi variabel tersebut menentukan keberlangsungan industri untuk dapat bertahan dan lingkungan terhadap keterancaman sumberdaya alam atas kegiatan eksploitasi dan produksi. Semakin besar variabel tersebut mendukung keberlangsungan industri, semakin besar bobot yang diberikan, demikian sebaliknya, dan semakin kecil variabel tersebut mengancam lingkungan semakin besar bobot yang diberikan, demikian sebaliknya. Jika kedua faktor tersebut terpenuhi atau bernilai positif maka bobot yang diberikan sebesar 30. Jika salah satu faktor di atas bernilai positif dan satu bernilai negatif maka bobot yang diberikan sebesar 20, dan jika kedua faktor bernilai negatif maka bobot yang diberikan sebesar 10. Adapun ketentuan kriteria dan skor yang diberikan untuk masing- masing variabel sebagai berikut : A. Bahan Baku Dimana penilaian untuk kriteria bahan baku ditentukan oleh kemampuan industri tersebut menyerap bahan baku sesuai asalnya. Jika industri tersebut memiliki kemampuan mendatangkan bahan baku dari daerah lain maka industri tersebut dapat dinilai mampu beroperasi dan daya eksploitasi terhadap sumberdaya alam di Sendangbiru, tidak besar, dengan penilaian sebagai berikut: • Bahan baku lokal = nilai 1 Industri ini tergantung dengan sumberdaya lokal yang menyebabkan nilai intervensi terhadap lingkungan menjadi tinggi. • Bahan baku dari Luar Kabupaten = nilai 2 Industri ini tidak tergantung dengan sumberdaya lokal, sehingga nilai intervensi terhadap lingkungan menjadi berkurang • Luar propinsi = nilai 3 Industri ini tidak tergantung dengan sumberdaya lokal dan memiliki wilayah bahan baku yang lebih luas, sehingga nilai intervensi terhadap lingkungan menjadi kecil. Kriteria bahan baku yang dipengaruhi oleh faktor jumlah bahan baku minimum industri beroperasi. Semakin kecil jumlah bahan baku minimum, semakin besar tingkat keberlangsungan industri tersebut terhadap pasokan bahan baku dan semakin kecil intervensi industri tersebut terhadap lingkungan. Penilaian kriteria tersebut sebagai berikut: • Bahan baku kecil = nilai 3 Industri ini memiliki batas jumlah bahan baku kecil ketersediaan bahan baku dari potensi lestari pertahun, sehingga lebih mudah beroperasi dan kecil nilai intervensi terhadap sumberdaya alam. • Bahan baku sedang = nilai 2 Industri ini memiliki batas jumlah bahan baku cukup besar dari potensi lestari pertahun; sehingga lebih mudah beroperasi dan kecil nilai intervensi terhadap sumberdaya alam. • Bahan baku besar = nilai 1 Industri ini memiliki batas jumlah bahan baku besar dari potensi lestari pertahun; masih dapat beroperasi dan besar nilai intervensi terhadap sumberdaya alam. B. Tenaga Kerja Adapun penilaian untuk kriteria ini ditentukan oleh besar tenaga kerja yang diserap atau penciptaan lapangan pekerjaan dengan penilaian sebagai berikut : • Tenaga kerja kecil = nilai 1 • Tenaga kerja sedang = nilai 2 • Tenaga kerja besar = nilai 3 Kriteria tingkat pendidikan tenaga kerja yang diserap oleh industri dengan penilaian sebagai berikut : • Tidak berijasah = nilai 3 Tingkat pendidikan tersebut lebih mudah dipenuhi oleh angkatan kerja yang ada. • SLTP = nilai 2 Tingkat pendidikan tersebut satu tingkat lebih tinggi dan masih bisa dipenuhi oleh angkatan kerja yang ada. • SMASTM = nilai 1 Tingkat pendidikan tersebut dua tingkat lebih tinggi dan masih bisa dipenuhi oleh angkatan kerja yang ada. C. Limbah Penilaian dari kriteria volume limbah yang dihasilkan oleh tiap industri sebagai berikut : • Volume limbah kecil = nilai 3 • Volume limbah sedang = nilai 2 • Volume limbah besar = nilai 1 Dimana penilaian untuk kriteria penanganan limbah ditentukan oleh tingkat kesulitan dengan penilaian sebagai berikut : • Tidak memerlukan penanganan limbah = nilai 3 • Memerlukan penanganan limbah = nilai 2 • Memerlukan penanganan limbah khusus = nilai 1 D. Penggunaan Teknologi Dimana penilaian untuk kriteria penggunaan teknologi ditentukan oleh produktivitas teknologi dan energi yang digunakan dengan penilaian sebagai berikut : • Teknologi sederhanakonvensional = nilai 1 • Teknologi sederhanaalami = nilai 2 • Teknologi canggihalami = nilai 3 E. Pemasaran Dimana penilaian untuk kriteria daerah pemasaran ditentukan oleh luasnya daerah pemasaran dan besarnya volume perdagangan dengan penilaian sebagai berikut : • Pasar lokal = nilai 1 • Pasar regional = nilai 2 • Luar Negeri = nilai 3 Kriteria daya serap pasar dengan penilaian sebagai berikut : • Daya serap pasar kecil = nilai 1 • Daya serap pasar sedang = nilai 2 • Daya serap pasar besar = nilai 3 F. Nilai Investasi Dimana penilaian untuk kriteria nilai investasi ditentukan oleh besar investasi yang ditanamkan dengan penilaian sebagai berikut : • Investasi kecil = nilai 1 • Investasi sedang = nilai 2 • Investasi besar = nilai 3 Dari hasil pembobotan dan skoring tiap variabel dilakukan perkalian antara bobot dan skor tiap variabel, kemudian dilakukan penjumlahan seluruh variabel tiap industri dan penjumlahan tiap nilai skor variabel tersebut. Dari total nilai skor jenis industri akan dilakukan pengklasifikasian menjadi tiga. Jumlah nilai skor variabel juga dilakukan pengklasifikasian untuk mengetahui tingkatan variabel-variabel tersebut yang paling mempengaruhi industri tersebut berpotensi untuk dikembangkan.

1.9 Sistematika Pembahasan

BAB I Pendahuluan Bab ini membahas tentang latar belakang studi, perumusan masalah yang diajukan, tujuan dan sasaran, lingkup studi, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan. BAB II Gambaran Umum Pantai Sendang Biru Desa Tambakrejo Sebagai Pusat Perikanan Kabupaten Malang Bab ini membahas tentang karakteristik desa, meliputi batas administratif, penggunaan lahan, fasilitas, utilitas, jaringan jalan, struktur penduduk dan proyeksi penduduk, lingkungan laut, potensi sumberdaya perikanan laut. BAB III Analisa Pengembangan Kawasan Industri Perikanan Sendang Biru Bab ini membahas tentang analisa konsep industri perikanan laut, manajemen industri perikanan laut, karakteristik industri perikanan laut, analisa industri yang berpotensi untuk dikembangkan, analisa ambang batas industri perikanan laut, analisa aktifitas sosial ekonomi industri perikanan laut, analisa kebutuhan ruang dan fasilitas sosial ekonomi industri perikanan laut, dan analisa ambang batas lahan industri perikanan laut. BAB IV Rencana Tata Ruang Kawasan Industri Perikanan Sendang Biru Bab ini membahas tentang kelayakan lahan, penentuan lokasi kawasan industri perikanan laut, jumlah dan sebaran fasilitas dan utilitas pendukung, dan rencana penggunaan lahan,