Pengasinan Sektor Pengolahan Ikan Laut

berkisar 15 – 20 juta rupiah, sedangkan harga perahu di perairan Jawa bisa mencapai 35 – 50 juta rupiah. Nelayan andon dari perahu pakisjaringan yang berjumlah 120 jiwa, datang pada Bulan April – Bulan Desember dengan membawa peralatan jaring dan perahu mereka dari tempat asal mereka. Nelayan andon perahu pakisjaringan kebanyakan berasal dari Muncar, Puger, Pancer, dan Pasuruan. Namun mereka tidak membentuk kelompok-kelompok seperti halnya dengan perahu sekoci, karena mereka melakukan penangkapan ikan secara sendiri-sendiri. Ketika musim ikan habis, mereka pulang ke tempat asal bersama alat tangkap dan perahu mereka.

2.7.4 Sektor Pengolahan Ikan Laut

Industri pengolahan ikan laut yang ada di Desa Tambakrejo terdiri dari pengasinan sebesar 8 unit, pemindangan sebesar 9 unit, dan pedagang ikan segar 15 unit.

2.7.4.1 Pengasinan

Cara mengolah ikan laut menjadi ikan asin adalah dengan cara merendam ikan laut ke dalam bak berisi air garam selama 0,5 jam untuk pembuatan ikan asin pedha ikan asin yang rasanya lebih tawar dari pada ikan asin asli dan 1 malam untuk ikan asin. Setelah dicuci bersih ikan dijemur selama 2 hari jika waktu terik matahari melimpah, jika cuaca kurang mendukung bisa sampai 1 minggu ikan baru dapat dijual. Jenis ikan yang biasa diolah asin adalah jenis ikan pelagis kecil dan layur. Jumlah garam yang digunakan untuk membuat ikan asin pedha adalah 40 kg garam untuk 1 kw ikan laut, sedangkan ikan asin sendiri memerlukan 50 kg garam untuk 1 kw ikan laut. Ikan asin yang berbahan baku ikan laut yang berukuran kecil, untuk 1 kw ikan laut bisa menjadi 25 – 30 kg ikan asin. Ikan asin pedha, bisa mencapai 40 kg ikan asin pedha dari 1 kw ikan laut. Kualitas ikan asin yang jelek yang disebut kroposan adalah ikan asin yang berbahan baku ikan laut yang jelek kualitasnya yang nantinya setelah menjadi ikan asin dijual ke pabrik untuk campuran pakan ternak. Kemampuan produksi dari unit usaha pengasinan yang ada di Desa Tambakrejo tergolong kecil, ini disebabkan daya beli pengusaha yang kecil untuk membeli bahan baku ikan laut di TPI. Untuk mengetahui hasil wawancara dengan para pengusaha pengasinan tentang kapasitas produksi, lokasi pemasaran, jumlah tenaga kerja dan luas lahan yang digunakan dapat dilihat pada tabel 2.41 berikut. Tabel 2.41 : Data Produksi Unit Usaha Pengolahan Ikan Asin No Responden Juml ah Produksi Sekal i Pengiriman t on Frekuensi Penj ual an Ikan Ol ahan perminggu Juml ah Ikan Bahan Baku t on Juml ah Pekerj a Luas Lahan Produksi ha Lokasi Pemasaran Produksi Jenis Ikan Yang Diol ah 1 ID-OA01 1 2 1 7 0, 5 Garam 0, 3 Sit iarj o, Sbrm. Wet an, Bant ur Sisik, Rencek, Layur 2 ID-OA02 1, 5 1 1, 5 5 0, 5 Garam 0, 3 Bl it ar, Tumpak, Waj ak, Dampit Sisik, Rencek, Layur 3 ID-OA03 1 1 1 5 0, 5 Garam 0, 3 Sit iarj o, Sbrm. Wet an, Turen Sisik, Rencek, Layur 4 ID-OA04 1, 5 1 1, 5 7 0, 5 Garam 0, 3 Sit iarj o, Sbrm. Wet an, Waj ak Sisik, Rencek, Layur 5 ID-OA05 1 1 1 5 0, 5 Garam 0, 3 Sit iarj o, Bant ur, Ml g, Turen Sisik, Rencek, Layur 6 ID-OA06 1 1 1 5 0, 5 Garam 0, 3 Sit iarj o, Turen, Gondangl egi Sisik, Rencek, Layur 7 ID-OA07 1 1 1 5 0, 5 Garam 0, 3 Sit iarj o, Bl it ar, Dampit Sisik, Rencek, Layur 8 ID-OA08 1 1 1 5 0, 5 Garam 0, 3 Turen, Dampit , Gondangl egi Sisik, Rencek, Layur Rat a-rat a 1 1 1 6 0, 5 Garam 0, 3 Kabupat en Mal ang Pel agis Kecil Sumber : Hasil Survai Bahan Baku Pendukung Produksi t on Jika ikan yang mereka olah belum terjual maka mereka tidak melakukan pembelian bahan baku, ini disebabkan modal pengusaha tergolong kecil. Jumlah produksi per tahun usaha pengolahan ikan asin tidak ada pencacatan dari pihak Kantor Desa maupun Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang. Jumlah tenaga kerja yang terserap di usaha pengasinan seluruhnya 44 jiwa dengan komposisi 100 terdiri dari wanita, biasanya pengusaha ikan asin mempekerjakan ibu-ibu rumah tangga, karena sifat pekerjaannya paroh waktu. Pekerjaan dimulai pagi hari memindahkan ikan asin dari penyimpanan untuk dijemur. Siang hari tidak ada pekerjaan, ibu- ibu kembali ke rumah masing-masing, sore hari baru kembali untuk memindahkan ikan dari penjemuran ke tempat penyimpanan. Tempat penyimpanan ikan asin inipun bukan pada tempat tertentu, namun disimpan di dalam rumah pengusaha ikan asin tersebut, sehingga bau menyengat dari ikan asin tersebut menyebar ke sekitar rumah penduduk yang sebagian besar pengusaha ikan asin yang disebut Kampung Ra’as. Lahan yang ditempati oleh usaha pengasinan ikan ini merupakan milik Perhutani yang terletak di sebelah Selatan desa. Limbah bau dari pengasinan yang menyengat, merupakan faktor yang dipertimbangkan oleh penduduk untuk menempatkan lokasi penjemuran ikan asin ini jauh dari pemukiman penduduk yaitu ladang kosong dekat rawa-rawa di Teluk Buntung.

2.7.4.2 Pemindangan