1.9 Sistematika Pembahasan
BAB I Pendahuluan
Bab ini membahas tentang latar belakang studi, perumusan masalah yang diajukan, tujuan dan sasaran, lingkup studi,
tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II Gambaran Umum Pantai Sendang Biru Desa Tambakrejo
Sebagai Pusat Perikanan Kabupaten Malang Bab ini membahas tentang karakteristik desa, meliputi batas
administratif, penggunaan lahan, fasilitas, utilitas, jaringan jalan, struktur penduduk dan proyeksi penduduk, lingkungan laut,
potensi sumberdaya perikanan laut. BAB III Analisa Pengembangan Kawasan Industri Perikanan Sendang
Biru Bab ini membahas tentang analisa konsep industri perikanan laut,
manajemen industri perikanan laut, karakteristik industri perikanan laut, analisa industri yang berpotensi untuk
dikembangkan, analisa ambang batas industri perikanan laut, analisa aktifitas sosial ekonomi industri perikanan laut, analisa
kebutuhan ruang dan fasilitas sosial ekonomi industri perikanan laut, dan analisa ambang batas lahan industri perikanan laut.
BAB IV Rencana Tata Ruang Kawasan Industri Perikanan Sendang Biru
Bab ini membahas tentang kelayakan lahan, penentuan lokasi kawasan industri perikanan laut, jumlah dan sebaran fasilitas dan
utilitas pendukung, dan rencana penggunaan lahan,
BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi
Bab ini membahas tentang kesimpulan arahan rencana pengembangan kawasan industri perikanan Sendang Biru,
rekomendasi pengembangan pusat perikanan Sendang Biru.
Gambar 1.5 : Kerangka Pemikiran
BAB II GAMBARAN UMUM PANTAI SENDANGBIRU DESA
TAMBAKREJO SEBAGAI PUSAT PENDARATAN IKAN LAUT KABUPATEN MALANG
2.1 Kondisi Fisik Dasar 2.1.1 Letak Geografi dan Batas Administrasi
Letak geografis Desa Tambakrejo pada sekitar 112 38’ – 112
43’ Bujur Timur dan 8
26’ – 8 30’ Lintang Selatan.
Pantai Sendangbiru terletak di Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, sebelah Selatan ibukota Kabupaten Malang
dengan jarak sekitar 60 Km. Di Desa Tambakrejo terdapat dua dukuh yaitu Dukuh Tambakrejo dan Dukuh Sendangbiru, dengan batas meliputi :
• Sebelah Utara : Desa Kedungbanteng • Sebelah Selatan : Samudera Hindia
• Sebelah Barat : Desa Sitiarjo • Sebelah Timur : Desa Tambakasri
Di dalam administrasi Desa Tambakrejo terdapat sebuah pulau kecil yang menjadi cagar alam yaitu Pulau Sempu dengan lebar selat
antara 500 – 600 m dan panjang 4 Km. Di kawasan Pulau Sempu merupakan kawasan wisata hutan dan wisata Pantai Sendangbiru. Lihat
pada Peta No. 2.1.
2.1.2 Geologi
Secara umum jenis lapisan tanah yang terdapat di Desa Tambakrejo merupakan lapisan kapur yang mudah tererosi dengan
demikian tingkat kesuburan tanahnya relatif rendah terhadap tanaman produktif dan kualitas airnya mengandung kapur. Jenis-jenis tanah
tersebut yaitu aluvial dan campuran jenis litosol, mediterania, rezina. Selanjutnya lihat pada Peta No. 2.2.
Peta 2.1 : Batas Administrasi Desa Tambakrejo
Peta 2.2 : Geologi Desa Tambakrejo
2.1.3 Topografi
Desa Tambakrejo terletak pada lahan dengan kondisi topografi yang bervariasi antara pantai, daratan dan perbukitan, dengan ketinggian
0 – 265 m di atas permukaan laut. Bagian Selatan merupakan dataran sedang bagian Utara merupakan perbukitan dengan kemiringan mencapai
50 - 60. Lihat pada Peta No. 2.3.
2.1.4 Hidrologi
Desa Tambakrejo memiliki dua sungai yaitu Sungai Bang dan Sungai Clungup yang bermuara di Samudera Hindia. Selain itu juga
terdapat rawa hutan bakau yang terletak di muara kedua sungai tersebut. Sumber air tanah pada umumnya diperoleh dengan cara mengebor
hingga kedalaman 40 – 60 m dengan kondisi air yang mengandung kapur dan yang letaknya dekat dengan pantai, airnya agak terasa payau.
2.1.5 Iklim dan Curah Hujan
Keadaan iklimnya termasuk iklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan rata-rata 1.335 mmtahun
dengan bulan basah yaitu pada Bulan Juni-Oktober. Sedangkan suhu udara berkisar antara 24
– 27 C.
2.1.6 Kedalaman Laut
Konfigurasi dasar laut teluk pantai Sendangbiru dari arah Utara ke Selatan lebih landai dibandingkan dengan sebelah Barat dan Timur. Hal
ini terjadi karena pada daratan pesisir di kedua sisi terdapat penghalang tebing Pantai Sendangbiru dan Pulau Sempu sehingga dasar perairan
langsung terjal. Konfigurasi kedalaman Pantai Sendangbiru yang lebih dalam dimulai dari awal Selat Sempu yang dibatasi Pulau Sempu ke arah
Samudera Hindia.
Peta 2.3 : Topografi Desa Tambakrejo
2.1.7 Pasang Surut
Pasang surut pantai Sendangbiru adalah pasang surut ganda semi diurnal dengan amplitudo pasang surut berkisar antara 1,65 – 1,95 m.
Amplitudo pasang surut dapat mencapai 2,80 m pada saat pasang purnama. Hal ini terjadi karena pantai Sendangbiru mempunyai bentuk
“setengah terbuka” open-end channel dengan ujung terbuka ke arah Samudera Hindia. Hal ini memungkinkan terjadinya aplifikasi salah satu
komponen dasar gelombang pasang surut yaitu tunggang pasang menjadi tinggi.
2.1.8 Arus
Pola arus
memperlihatkan dua pola arus yaitu pertama adalah pola arus di sebelah luar laut lepas dari daerah pemecah gelombang di
sebelah Barat Daya dan Tenggara Selat Sempu. Pola arus kedua adalah arus yang menyusuri Selat Sempu sebagai bentuk hempasan gelombang
dari laut lepas. Pengamatan tersebut juga sekilas dapat dilihat dari pergerakan massa air permukaannya. Lihat Peta No. 2.4.
Pola pergerakan massa air pada musim barat bergerak dari arah Barat daya melalui alur Selat Sempu setelah memecah gelombang di
bagian Barat Daya TPI. Arus massa air kemudian menyusuri selat sebagai akibat refraksi gelombang. Sementara pada musim timur arus bergerak
dari arah Tenggara melalui alur Selat Sempu. Pergerakan massa air pada musim timur ini mengakibatkan abrasi
di daerah pantai timur Sendangbiru kawasan wisata pantai. Sekaligus memindahkan sedimen ke arah alur Selat Sempu di sebelah selatan TPI
dan sebagian tertinggal di dalam alur Selat Sempu.
2.1.9 Gelombang
Lautan Hindia pada umumnya memiliki tinggi gelombang antara 0,50 – 1,00 m dalam periode 10 – 12 detik dan tinggi gelombang tersebut
dapat dikatakan moderat. Arah gelombang dominan pada saat
pengamatan musim timur berasal dari pantai selatan laut lepas dan menuju ke pantai sebelah Barat Daya membentur dinding pantai Pulau
Sempu dan Karang Bokor. Lebih Jelasnya dapat dilihat pada Peta No. 2.4. Akibat gelombang ini tidak menghasilkan gelombang yang besar di
alur Selat Sempu karena sudah membentur di tebing Timur Pulau Sempu terutama di titik Tanjung Harapan hanya refraksi gelombang.
Dari data angin yang direkam di stasiun Banyuwangi dan Cilacap dapat dibuat ramalan tinggi gelombang yang akan ditimbulkan oleh angin
tersebut sebagai berikut : • Periode ulang 5 tahunan
= 2,20 – 2,40 m • Periode ulang 10 tahunan
= 2,40 – 2,55 m • Periode ulang 15 tahunan
= 2,55 – 2,70 m • Periode ulang 25 tahunan
= 2,70 – 2,80 m Pada musim barat dan periode ulang tertentu tinggi gelombang di
Pantai Sendangbiru dapat mencapai 3,0 m. Berdasarkan bentuk konfigurasi morfologi garis pantai, batimetri dasar perairan, maka refraksi
gelombang yang terbentuk pada musim barat menyebabkan sisi barat pantai Utara dan Selat Sempu merupakan daerah hempasan gelombang
daerah konvergen dan arus menyusur pantai bergerak ke arah timur laut. Demikian juga dengan transportasi sedimen di sepanjang Selat Sempu
Pantai Sendangbiru juga bergerak ke arah Timur Laut. Sedangkan pada musim timur, hempasan gelombang terarah ke
pantai Tamban kemudian bergerak ke arah alur Selat Sempu. Pergerakan massa air menyebabkan terjadinya abrasi pada pantai Timur Sendangbiru
kawasan wisata pantai dan bergerak ke arah Selatan.
2.2 Tata Guna Lahan
Luas lahan Desa Tambakrejo sebesar 3.551,44 Ha yang dikelilingi oleh hutan produksi milik perhutani, namun setelah terjadi penebangan
hutan besar-besaran secara ilegal pada tahun 1997 lahan tersebut telah menjadi lahan ladang yang dikelola oleh masyarakat sekitar Desa
Tambakrejo dengan tanaman pisang dan padi Gogo sebagai tanaman dominan. Lahan tersebut terbesar di Desa Tambakrejo seluas 1.630,01
Ha, kemudian lahan terbesar kedua yaitu hutan lindung yang terletak di Pulau Sempu seluas 962,78 Ha yang merupakan hutan cagar alam yang
dihuni oleh beberapa satwa liar antara lain macan kumbang, babi hutan, rusa, monyet, burung rangkok, elang laut, ayam hutan, jenis burung
berkicau, dan tanaman hutan lainnya. Lebih jelasnya sebaran flora dan fauna dapat dilihat pada Peta No. 2.5. Penggunaan lahan yang lain dapat
dilihat pada Tabel 2.1. dan Peta No. 2.6. Tabel 2.1 :
Pola penggunaan lahan Desa Tambakrejo Tahun 2003
No Penggunaan Lahan
Luas l ahan ha Luas l ahan ha 1 sawah t adah huj an
121, 90 3, 43
2 perumahan 132, 38
3, 73 3 l adang
1. 630, 01 45, 90
4 kebun 456, 32
12, 85 5 rawa-rawa
25, 10 0, 71
6 hut an rawa-rawa 69, 68
1, 96 7 padang rumput
3, 14 0, 09
8 bel ukar 11, 26
0, 32 9 hut an l indung
962, 78 27, 11
10 hut an produksi 126, 05
3, 55 11 t ambak
12, 82 0, 36
Tot al 3. 551, 44
100, 00 Sumber : Pet a Rupabumi Digit al Indonesia
2.3 Fisik Binaan