3.4 Analisa Kegiatan Sosial Ekonomi Industri Perikanan Laut
Jumlah unit penangkapan dan pengolahan ikan laut sesuai potensi lestari perikanan laut Kabupaten Malang dari hasil perhitungan di atas
dapat menjadi dasar gambaran dari besaran kegiatan sosial ekonomi yang berlangsung di Sendangbiru.
3.4.1 Sektor Usaha Penangkapan Ikan Laut 3.4.1.1 Ketenagakerjaan
Ambang batas jumlah unit usaha penangkapan ikan laut dari perhitungan di atas telah diketahui, maka jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan dapat dihitung dengan menggunakan jumlah pendega rata- rata tiap jenis perahu. Perhitungan jumlah tenaga kerja dilihat tabel 3.6.
Angka pengangguran Desa Tambakrejo tidak diketahui dan struktur penduduk menurut usia dan jenis kelamin tidak diketahui maka
penghitungan jumlah penduduk yang dapat diserap oleh usaha penangkapan ikan laut tidak dapat dianalisa. Ketersediaan tenaga kerja
usaha penangkapan ikan laut masih tergantung oleh nelayan pendatang dan nelayan andon.
Jumlah perahu nelayan lokal masih bisa terus meningkat, namun jumlah tenaga kerja usaha penangkapan ikan laut masih tergantung dari
luar daerah.
3.4.1.2 Lahan tambatan perahu, pembuatan rumpon dan perbaikan
jaring
Lahan tambatan perahu berfungsi untuk menampung perahu ketika tidak melaut maupun untuk perawatan perahu secara rutin. Nelayan
melakukan pengelompokkan areal tambatan perahu sesuai dengan jenis perahu, karena untuk menghindari kerusakan yang ditimbulkan oleh
benturan antar perahu yang tidak seimbang ukurannya. Luas tambatan perahu ini harus sesuai dengan jumlah perahu
ketika seluruh perahu tidak melaut yang disebabkan oleh cuaca yang tidak
memungkinkan atau menunggu musim ikan tiba. Luas lahan perahu dihitung dari lebar dikalikan panjang perahu rata-rata sejumlah perahu
total. Hasil perhitungan luas lahan tambatan perahu dapat dilihat pada tabel 3.30 berikut.
Tabel 3.30 : Kebutuhan Lahan Tambatan Perahu Sendangbiru
No Jenis perahu Unit
Panj ang m
Lebar m
Luas Lahan m
2
1 Mayang 35 14
4 1. 960
2 Sekoci 260 14
3 10. 920
3 Jaringan 50 13
3 1. 950
4 Jukung 60 9
4 2. 160
Tot al 405
16. 990 Sumber : Hasil Perhit ungan
Lahan tambatan perahu eksisting menempati wilayah Pantai Sendangbiru dan Pantai Sempu yang memberikan dampak pada wilayah
tersebut. Pantai Sendangbiru merupakan kawasan pariwisata menjadi penuh sesak oleh perahu nelayan sehingga mengurangi kenyamanan
wisatawan untuk melakukan aktivitasnya. Wisata Pantai Sendangbiru yang memberikan fasilitas tempat
berenang dan berperahu menjadi sempit dan kurang nyaman karena bercampur dengan perahu nelayan yang sedang berlabuh. Lokasi wisata
yang ada di darat bercampur dengan aktivitas nelayan yang sedang membuat rumpon.
Pantai Sempu merupakan kawasan cagar alam yang menjadi habitat berbagai macam satwa menjadi terusik oleh tingginya aktivitas
yang ada di Selat Sempu oleh kegiatan nelayan dan wisatawan. Satwa yang mencari makan di Selat Sempu seperti elang laut, burung bangau
dan monyet yang berkeliaran di sekitar Pantai Sempu tidak lagi dapat mencari makan di lokasi tersebut.
Selat Sempu yang bertepatan dengan kawasan wisata dan pelabuhan memiliki lebar 400 m sehingga terlalu sempit untuk menjadi
lokasi tambatan perahu dan lintasan perahu yang hilir-mudik. Aktivitas yang masih sesuai untuk kawasan pelabuhan adalah bongkar muat
perahu dan setelah selesai perahu di tempatkan di lokasi tambatan perahu di luar lokasi tersebut untuk melakukan perawatan rutin dan
mengisi akomodasi persiapan melaut. Kawasan pantai Sendangbiru tetap menjadi lokasi wisata namun harus dijaga agar tidak mengusik habitat
satwa di Pulau Sempu. Lokasi
pembuatan rumpon dan perbaikan jaring ditempatkan
berdekatan dengan lokasi tambatan perahu sehingga memudahkan untuk menurunkan dan menaikkan rumponjaring dari atas perahu dengan luas
lahan yaitu 36 x 100 m atau 3.600 m
2
. Lahan tersebut dapat digunakan secara bergantian karena frekuensi kerusakan jaring rata-rata per unit
perahu 1 tahun sekali atau 35 kali untuk perahu mayang. Pembuatan rumpon dilakukan pada waktu menjelang musim ikan yaitu pada bulan
April dan Mei sejumlah 3 x 52 kelompok atau 156 kali. Lahan tersebut masih bisa menampung perakitan rumpon 2 – 3 kali setiap hari selama
dua bulan karena perakitan rumpon memakan waktu 3 – 4 jam.
3.4.1.3 Fasilitas dan lahan Pom BBM