Air Pasang Pelagis
Oceanik Neritik
Subl Litoral
itoral atau Paparan
Batial
Abisal
Hadal Bentik
Air Surut
Hadal Pelagis Abisal Pelagis
Batipelagis Mesopelagis
Epipelagis
10.000 m
Fotik
100 m 700 m
sampai 1.000 m
a f
o t
i k
2.000 m sampai
4.000 m
6.000 m
Gambar 1.1 : Zonasi Wilayah Pesisir Lautan Secara Horisontal dan
Vertikal
Pembagian zona dasar laut atau bentik berkaitan erat dengan ketiga zona pelagis pada daerah afotik yang telah diuraikan diatas. Zona batial adalah
daerah dasar yang mencakup lereng benua sampai kedalaman 4.000 m. Zona abisal termasuk dataran abisal yang luas dari palung laut dengan kedalaman
antara 4.000 – 6.000 m. Zona hadal adalah zona pada palung laut dengan kedalaman antara 6.000–10.000 m.
Zona bentik di bawah zona neritik pelagis pada paparan benua disebut sublitoral atau zona paparan. Zona ini dihuni oleh berbagai organisme dan terdiri
dari berbagai komunitas seperti padang lamun, rumput laut dan terumbu karang. Daerah pantai yang terletak di antara pasang tertinggi dan surut terendah disebut
zona intertidal atau litoral . Zona litoral merupakan daerah peralihan antara kondisi lautan ke kondisi daratan sehingga berbagai macam organisme terdapat
dalam zona ini.
1.7.3 Kebijaksanaan Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan
18
Sasaran pembangunan kelautan dalam Pelita VI dititikberatkan pula pada penguatan, pendalaman, peningkatan, perluasan, dan
18
Ibid. hal. 120
penyebaran industri dan usaha kelautan ke seluruh wilayah Indonesia. Selengkapnya sasaran pembangunan kelautan dalam Pelita VI adalah :
1. Produksi penangkapan dan budi daya perikanan laut adalah 3,4 juta tontahun atau rata-rata pertumbuhan sebesar 5,2tahun dengan
pemanfaatan potensi lestari sumber daya perikanan sebesar 45. 2. Sektor
pariwisata diperkirakan
dapat menghasilkan devisa negara sebesar US 8,9 milyar dengan kunjungan wisatawan asing sebanyak 6,5 juta orang
per tahun atau pertumbuhan rata-rata 12,9tahun. 3. Peningkatan kemampuan produksi industri galangan kapal khususnya di KTI
sampai 10.000 DWT, kemampuan rancang bangun dan perekayasaan serta industri komponen penunjang. Sementara itu, untuk KBI kemampuan fasilitas
industri perkapalan ditingkatkan sampai 100.000 DWT dengan tingkat pemakaian bahan baku dan komponen lokal mencapai 80.
4. Peningkatan industri bangunan lepas pantai, rancang bangun dan perekayasaan, serta pengembangan industri penunjangnya untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri dan untuk kebutuhan ekspor. Selain itu, peningkatan kemampuan produksi anjungan dengan kedalaman mencapai
300 m.
5. Penyelesaian peta batas wilayah perairan Indonesia di ZEE dan peta landas kontinen.
6. Peningkatan ketersediaan data dan informasi kelautan yang dipadukan dalam suatu jaringan sistem informasi geografis kelautan.
Dalam rangka mendayagunakan potensi laut dan dasar laut, kebijaksanaan yang ditempuh adalah :
1. Mengembangkan industri pengelolaan ikan pada pusat pengumpulan untuk menampung hasil tangkapan dan budi daya ikan yang disesuaikan dengan
kebijaksanaan industri tentang penetapan zona industri dan aglomerasi industri dalam kawasan pertumbuhan ekonomi.
2. Memanfaatkan dan mengembangkan teknologi penangkapan dan budi daya ikan, udang, rumput laut, mutiara serta teknologi eksploitasi dan eksplorasi
potensi dasar laut secara efektif, efisien dan yang ramah lingkungan; 3. Meningkatkan jumlah dan kualitas sumber daya manusia untuk
merencanakan, mengelola, dan memanfaatkan sumber daya laut secara lintas sektoral dan multidisiplin di tingkat nasional dan daerah;
4. Menggali, mengumpulkan, mengolah data dan informasi mengenai cekungan minyak dengan memperhatikan batas-batas eksploitasi sesuai potensi
lestari; mendorong pemanfaatan dan pengembangan IPTEK kelautan untuk meningkatkan kemampuan mengolah potensi air laut menjadi air bersih dan
energi alternatif bagi kesejahteraan masyarakat di daerah terpencil, dan mendorong penyelenggaraan survai, inventarisasi, dan evaluasi agar sejauh
mungkin menggunakan kemampuan nasional dalam rangka penyediaan data hasil survai dan penelitian kelautan.
Beberapa kebijaksanaan yang ditempuh untuk meningkatkan harkat dan taraf hidup nelayan adalah :
1. Mendorong usaha peningkatan hasil tangkap nelayan kecil melalui penyediaan wilayah penangkapan yang bebas dari persaingan dengan kapal
penangkap ikan berteknologi canggih. 2. Meningkatkan produksi usaha nelayan kecil dan membina industri kecil
pengolahan hasil laut; 3. Penyempurnaan pola hubungan kerja antara KUD dan nelayan dengan
pengusaha dalam rangka meningkatkan keandalan sistem distribusi; 4. Mengembangkan sentra produksi perikanan dalam upaya meningkatkan
produktivitas dan peran serta masyarakat desa pantai;
5. Meningkatkan kesejahteraan dan kemampuan masyarakat desa pantai melalui pemantapan organisasi dan pemerintah desa pantai, pengembangan
prasarana sosial untuk menggerakkan kehidupan ekonomi, dan pencarian alternatif kesempatan kerja di musim paceklik.
Beberapa kebijaksanaan yang ditempuh untuk mengembangkan potensi industri kelautan adalah :
1. Mengembangkan industri kelautan secara bertahap dan terpadu melalui keterkaitan antara industri kelautan dan sektor industri pembangunan
lainnya, terutama dengan sektor ekonomi yang memasok bahan baku industri;
2. Mendorong iklim yang kondusif bagi penanaman modal untuk penyebaran pembangunan industri kelautan di berbagai daerah terutama KTI, sesuai
dengan potensi masing-masing dan pola tata ruang nasional dan mendorong pengembangannya agar lebih efisien dan mampu bersaing, baik di tingkat
regional maupun global;
3. Mendorong peningkatan kapasitas produksi galangan kapal kayu dan fiber glass untuk menunjang pemenuhan kebutuhan armada pelayaran rakyar,
perikanan, dan wisata; 4. Mewujudkan pola pengembangan industri kelautan melalui kebijaksanaan
wilayah terpadu dan kebijaksanaan pengembangan aglomerasi industri dan zona industri.
5. Mengembangkan sistem transportasi laut nasional untuk meningkatkan aksesibilitas dengan pusat-pusat pengembangan ekonomi regional dan
nasional serta mengembangkan jalur lalu lintas antarsamudera, seperti jalur Singapura-Biak, Laut Cina Selatan-Australia, dan mengupayakan akses jalur
lintas tersebut ke pelabuhan samudera lokal dan mengembangkan jalur pelayaran antarpulau yang berdekatan;
6. Meningkatkan kapasitas daya tampung pelabuhan, pergudangan, dan lapangan penumpukan serta meningkatkan mutu pelayanan jasa
kepelabuhan; 7. Mengembangkan potensi kawasan yang cepat tumbuh yang dapat
mempercepat pembangunan ekonomi, seperti pembentukan kawasan segitiga pertumbuhan dengan negara tetangga khususnya di KTI;
8. Meningkatkan keselamatan pelayaran melalui peningkatan pelayanan navigasi dan kegiatan pemetaan laut di lokasi yang padat lalu lintas
pelayarannya. Untuk memenuhi kebutuhan data dan informasi kelautan serta
memadukannya, maka kebijaksanaan yang ditempuh adalah : 1. Meningkatkan koordinasi antarsektor, antarlembaga maupun antardisiplin
ilmu yang didukung oleh tersedianya perangkat hukum yang dapat mengatur pemanfaatan data dan informasi sumber daya laut;
2. Mengembangkan sistem kelembagaan kelautan yang berfungsi
mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan kegiatan pemanfaatan sumber daya laut, dan mengamankan kepentingan nasional di
laut serta mengkoordinasikan penyelesaian masalah penggunaan wilayah laut dan pesisir, dan mendorong terbentuknya jaringan sistem informasi
geografis kelautan di berbagai lembaga kelautan pemerintah, baik perguruan tinggi, lembaga penelitian maupun swasta untuk digunakan bagi
perencanaan pemanfaatan sumber daya laut.
Beberapa kebijaksanaan yang ditempuh untuk mempertahankan daya dukung dan kelestarian fungsi lingkungan laut adalah :
1. Menanamkan budaya kelautan dan cinta bahari sedini mungkin, pola anak- anak di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat melalui kegiatan
yang mendukung penyebarluasan informasi produk kelautan, wisata bahari, serta tentang fungsi ekosistem laut dan keragaman hayati;
2. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan laut dan pesisir melalui pemahaman fungsi ekosistem pantai dan keragaman hayati seperti
terumbu karang, hutan mangrove dan nipah sehingga fungsinya sebagai penghalang gelombang, habitat dan pembiakan ikan sekaligus sebagai
potensi wisata dapat terjamin;
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan besarnya manfaat pengolahan hasil-hasil sumber daya laut agar bangsa Indonesia dapat hidup dari laut,
dan menyadari hak dan kewajiban penggunaan kekayaan di wilayah laut nasional yang juga berfungsi sebagai wahana pemersatu;
4. Mengembangkan daerah yang memiliki potensi wisata bahari melalui pengembangan sarana dan prasarana, promosi, pelayaran dengan tetap
memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup; 5. Meningkatkan upaya pembinaan, pengawasan, dan penegakkan peraturan
sebagai produk perangkat hukum di lapangan; 6. Melakukan pengkajian untuk mengembangkan alternatif cara pemanfaatan
potensi laut yang lebih akrab lingkungan; 7. Menyusun dan menetapkan tata ruang laut yang berwawasan lingkungan
untuk dijadikan pedoman bagi perencanaan pembangunan agar penataan lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya laut dapat dilakukan secara
aman, tertib, efisien, dan efektif; 8. Menetapkan klasifikasi kawasan laut menjadi kawasan kritis, kawasan
perlindungan atau konservasi. Kawasan kritis merupakan kawasan tertentu yang kegiatannya perlu dibatasi atau dihentikan apabila terjadi gangguan
keseimbangan ekosistem. Kawasan konservasi merupakan kawasan yang kelestariannya dilindungi sehingga kegiatan eksplorasi dan eksploitasi tidak
diizinkan. Kawasan produksi dan budi daya merupakan wilayah penyelenggaraan pemanfaatan kekayaan laut dan dasar laut. Kawasan
khusus merupakan zona untuk kegiatan pertahanan keamanan.
1.7.4 Kewenangan Pengelolaan Perspektif Otonomi Daerah