6. Jumlah unit usaha pengolahan ikan maksimum Jumlah unit usaha pengolahan ikan laut maksimum sesuai potensi
lestari perikanan laut Kabupaten Malang diperoleh dari hasil membagi potensi lestari per jenis ikan laut dengan kebutuhan ikan laut per unit
usaha pengolahan :
Jumlah unit usaha pengolahan perjenis = Pl
1
x B
pl1
+ Pl
…
x B
pl…
+ Pl
n
x B
pln
: A
tot
jenis pengolahan dimana :
Pl
n
= Potensi lestari jenis ikan No ke n B
pln
= Komposisi kebutuhan ikan laut No ke n per unit usaha ikan asin terhadap kebutuhan per jenis ikan laut per unit usaha total seluruh
jenis pengolahan A
tot
= Kebutuhan ikan laut total per tahun per unit usaha pengolahan
7. Luas lahan usaha pengolahan dan jumlah pekerja maksimum Penghitungan luas lahan usaha diperoleh dengan menggunakan
rumus :
maksimum pengolahan
unit jumlah
x usaha
lahan luas
usaha lahan
Luas =
Penghitungan jumlah pekerja maksimum yang dibutuhkan sektor pengolahan ikan laut diperoleh dengan menggunakan rumus :
maksimum pengolahan
unit jumlah
x rata
- rata
pekerja jumlah
pekerja Jumlah
=
1.8.2.5 Analisa kelayakan lahan
Klasifikasi kelayakan
lahan land suitability classification adalah
penilaian dan pengelompokan atau proses penilaian dalam arti kesesuaian relatif lahan atau kesesuaian absolut penggunaan tertentu.
Variabel yang dianalisa adalah :
a Kemiringan Lereng dinyatakan dalam satuan persen :
Peta tematik kontur lahan di lokasi studi dianalisa untuk menghasilkan lahan yang memiliki kelas lahan menurut
kelerengannya. Kelas lahan tersebut adalah sebagai berikut : Kelas I
= 0 – 8
Datar Nilai Skor 20
Kelas II =
8 – 15 Landai
Nilai Skor 40 Kelas III
= 15 – 25 Agak Curam
Nilai Skor 60 Kelas IV
= 25 – 45 Curam
Nilai Skor 80 Kelas V
= 45
Sangat curam NilaiSkor 100
Kelerengan lahan dapat dianalisa dengan menggunakan rumus :
D K
ik ∆
=
K = kelerengan ∆ ik = interval kontur
D = diameterjarak antar kontur Klasifikasi lahan dibedakan menurut diameter atau jarak antar
kontur sesuai diameter dari tiap kelas lahan di atas. Hasil dari analisa ini adalah berupa peta kelerengan lahan yang terdiri dari
lima kelas lahan dengan nilai skor seperti disebutkan diatas. b Faktor jenis tanah menurut kepekaannya terhadap erosi :
Peta tematik jenis tanah di lokasi studi dianalisa dengan mengklasifikasikan lahan sesuai jenis tanah yang terkandung.
Klasifikasi lahan tersebut adalah : Kelas I
= Aluvial, tanah Glei, Nilai Skor 15
Planosol, Hidromorf Kelabu, Laterik Air Tanah
Tidak peka Kelas II
= Latosol Agak peka Nilai Skor 30
Kelas III = Brown Forest Soil,
Nilai Skor 45 Non Caleic Brown,
Mediteran Agak
peka. Kelas IV
= Andosol Laterek, Grumosol, Nilai Skor 60
Podsoil, Podsolic Peka
Kelas V = Regosol, Litosol, Atnogosol,
Nilai Skor 75 Renzine
Sangat Peka
Hasil dari analisa tersebut adalah peta kelas lahan yang terdiri dari lima kelas dengan nilai skor seperti disebutkan diatas.
c Faktor Intensitas Hujan Harian : Peta tematik curah hujan di lokasi studi dianalisa dengan
mengklasifikasikan daerah yang memiliki curah hujan sesuai klasifikasi dibawah ini :
Kelas I = sd 13,6 mmhari sangat rendah
Nilai Skor 10 Kelas II
= 13,6 – 20,7 mmhari rendah
Nilai Skor 20 Kelas III
= 20,7 – 27,7 mmhari sedang
Nilai Skor 30 Kelas IV
= 27,7 34,8 mmhari tinggi
Nilai Skor 40 Kelas V
= 34,8 mmhari Sangat tinggi Nilai Skor 50
Hasil dari analisa tersebut adalah peta kelas lahan yang terdiri dari lima kelas dengan nilai skor seperti disebutkan diatas.
Ketiga peta tematik hasil analisa tiga variabel di atas, dilakukan superimpose untuk menghasilkan luasan lahan yang memiliki nilai skor
yang berbeda-beda sesuai jumlah nilai skor yang terkandung pada lahan tersebut. Jumlah nilai skor lahan dapat diklasifikasikan menurut Sistem
Klasifikasi Kemampuan Lahan Menurut SK Mentan No. 837KptsUM1980 dan No. 683KptsUMII1981 dan Sistem Klasifikasi Kemampuan Lahan
Menurut Keppres No. 32 Tahun 1990 sebagai peta kemampuan lahan.
1.8.3 Metode Analisa Kualitatif