Keterbatasan Lahan yang Ditunjukkan oleh Fisik Binaan

Wisatawan yang dulu tidak boleh membawa peralatan elektronik atau peralatan yang menimbulkan suara berisik sehingga mengusik ketenangan satwa, sekarang tidak ada petugas yang mengawasi sehingga Pantai Sempu menjadi ramai oleh aktivitas wisatawan. Keberadaan macan kumbang yang ada di Pulau Sempu perlu dipertimbangkan untuk dipindahkan ke habitat yang lebih baik karena luas Pulau Sempu yang relatif kecil untuk wilayah jelajahnya. Ketersediaan hewan buruan binatang ini cepat habis bahkan dapat memunahkan binatang rusa yang ada di Pulau Sempu. Jika macan kumbang ini dipindahkan dan terjadi ledakan populasi rusa, kelebihan tersebut dapat di jadikan komoditi untuk memasok hewan untuk tempat-tempat rekreasi yang membutuhkan seperti kebun binatang dan taman safari yang ada di Jawa Timur. Keterbatasan areal pembangunan kota dapat dilihat pada peta 3.3.

3.5.3 Keterbatasan Lahan yang Ditunjukkan oleh Fisik Binaan

Areal pembangunan kota, di Dukuh Sendangbiru terdiri dari dua areal besar dimana salah satunya zona A berada di pusat pelayanan dengan kegiatan fungsi primer yaitu pelabuhan; dan kegiatan fungsi sekunder yaitu pemukiman, perkantoran, perdagangan, pendidikan, peribadatan, dan kesehatan. Areal pembangunan kota ini lebih cocok digunakan untuk pengembangan dari fungsi primer dan sekunder tersebut, sehingga untuk lahan industri perikanan tidak cocok untuk ditempatkan di lokasi tersebut. Hal tersebut akan menimbulkan kepadatan lalu-lintas barang dan manusia yang akan melampaui daya tampung jalan dengan lebar 4 m di lokasi tersebut yang biasa digunakan oleh pergerakan penduduk, angkutan hasil tangkapan dan pergerakan wisatawan dari tempat wisata Pantai Sendangbiru ke dermaga. Di Dukuh Tambakrejo terdapat tiga areal besar pembangunan kota, salah satu zona D areal berada di sub pelayanan Dukuh Tambakrejo dengan kegiatan fungsi sekunder yaitu pendidikan, perkantoran, kesehatan dan pemukiman. Areal ini merupakan lahan yang cocok untuk pengembangan kota di sub pelayanan Dukuh Tambakrejo tersebut dengan penggunaan eksisting yang ada sebagai lahan pemukiman, ladang, dan sawah tadah hujan. Areal ini tidak cocok untuk pengembangan industri perikanan laut, karena terlalu dekat dengan pemukiman. Zona F adalah lahan pemukiman yang memiliki jarak 6 km dari TPI dan pemukiman dan zona E memiliki jarak 2,5 km dari pantai, tidak cocok sebagai lahan industri pengolahan ikan maupun pemukiman nelayan karena jarak dengan pemukiman terlalu jauh bagi pergerakan pekerja dan pergerakan nelayan menuju lahan tambatan perahu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta no. 3.4.

3.6 Kesesuaian Lahan Industri Perikanan Laut

Areal pembangunan kota Desa Tambakrejo yang ditunjukkan oleh ambang batas lahannya telah menyisakan lahan yang sesuai dengan industri perikanan laut yang berada di zona B seluas 107,9 Ha dan zona C seluas 70,92 Ha serta lahan tambatan perahu seluas 54,06 Ha. Pedoman teknis pengembangan kawasan industri memberikan dasar pemilihan bagi Zona B untuk lokasi industri pengolahan ikan laut, yaitu : • jarak dengan pemukiman, sub pusat pelayanan Desa Tambakrejo memiliki fungsi kegiatan sebagai pemukiman, pendidikan, pelabuhan, perkantoran dan TPI, memiliki jarak tempuh 3.742 m dari zona B. Pedoman teknis pengembangan kawasan industri memiliki jarak ideal minimal lokasi industri terhadap pemukiman sejauh 2 km. • Aksesibilitas, lokasi industri berada di jaringan jalan lintas Selatan Jawa sehingga memberikan kemudahan pergerakan mobil angkutan pabrik untuk mengangkut bahan baku dan hasil produksi ke lokasi pemasaran. Lahan industri terjauh dari jalan lintas Selatan Jawa sejauh 1.245 m.