Nilai Investasi Analisa Jenis Industri Pengolahan yang akan Dikembangkan

Dimana penilaian untuk kriteria daerah pemasaran ditentukan oleh luasnya daerah pemasaran dan besarnya volume perdagangan dengan penilaian sebagai berikut : • Pasar lokal : nilai 1 • Pasar regional : nilai 2 • Luar Negeri : nilai 3 Adapun volume tiap industri dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.9 : Daya Serap Pasar Industri Pengolahan Ikan Laut No Jenis Indust ri 1 Pengasinan 58, 5 t on 2 Pemindangan 2. 562 t on 3 Ikan segar 2. 562 t on 4 Pengal engan 14. 460 t on 5 Bedak ikan 73, 2 t on 6 Pet is 5, 2 t on 7 Terasi 52 t on Sumber: Hasil Anal isa Vol ume Produksi Daya Serap Pasar t hn Kriteria daya serap pasar dengan penilaian sebagai berikut : • Daya serap pasar 0,1 – 4.855 tontahun = 1 • Daya serap pasar 4.856 – 9.658 tontahun = 2 • Daya serap pasar 9.659 – 14.462 tontahun = 3

3.3.1.6 Nilai Investasi

Bobot variabel adalah 30 poin, karena nilai investasi tidak memiliki pengaruh secara langsung terhadap keberlangsungan industri dan resiko terhadap sumberdaya alam. Nilai investasi tiap industri dapat dilihat pada tabel 3.10 berikut. Tabel 3.10 : Nilai Investasi Industri Pengolahan Ikan Laut No Jenis Indust ri Nil ai Invest asi Rp 1 Pengasinan 53. 250. 000 2 Pemindangan 62. 900. 000 3 Ikan segar 66. 500. 000 4 Pengal engan 5. 000. 000. 000 5 Bedak ikan 1. 500. 000 6 Pet is 1. 000. 000 7 Terasi 1. 000. 000 5. 186. 150. 000 Sumber: Hasil Anal isa Dimana penilaian untuk kriteria nilai investasi ditentukan oleh besar investasi yang ditanamkan dengan penilaian sebagai berikut : • Investasi = Rp. 1.000.000 - 1.667.333.333 : nilai 1 • Investasi = Rp. 1.667.333.333 - 3.333.666.666 : nilai 2 • Investasi = Rp. 3.333.666.666 - 5.000.000.000 : nilai 3 Penilaian terhadap jenis industri yang akan dikembangkan ditunjukkan pada tabel 3.11 berikut dengan menggunakan metode skoring. Hasil skoring menunjukkan bahwa industri yang berpotensi untuk dikembangkan pada urutan ketiga adalah pengasinan ikan laut dengan jumlah skor 470 poin, didukung poin tertinggi dari variabel volume minimum bahan baku yang kecil, tingkat pendidikan minimum tenaga kerja yang dibutuhkan tanpa ijasah, volume limbah yang kecil dan tidak memerlukan penanganan limbah. Industri pemindangan ikan laut pada urutan ketiga juga dengan jumlah skor 470 poin, didukung poin tertinggi dari variabel tingkat pendidikan minimum tenaga kerja yang dibutuhkan tanpa ijasah, volume limbah kecil dan tidak memerlukan penanganan limbah, bahkan air kaldu ikan pindang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan petis ikan. Bedak penjualan ikan laut pada urutan ketiga juga dengan jumlah skor 470 poin, didukung poin tertinggi dari variabel tingkat pendidikan minimum tenaga kerja yang dibutuhkan tanpa ijasah, volume limbah tidak ada. Kemudian pada urutan kedua adalah perdagangan ikan segar dengan jumlah skor 480 poin, didukung poin tertinggi dari variabel tingkat pendidikan minimum tenaga kerja yang dibutuhkan tanpa ijasah, volume limbah hampir tidak ada dan tidak memerlukan penanganan limbah. Urutan pertama adalah pengalengan ikan laut dengan jumlah skor 680 poin, didukung poin tertinggi dari variabel daya jangkau asal pembelian bahan baku yang mampu mencapai propinsi lain, luas lapangan pekerjaan atau jumlah tenaga kerja yang dapat ditampung besar, volume limbah besar –dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan tepung ikan oleh pabrik tersebut dan air kaldu ikan laut digunakan sebagai bahan baku pembuatan petis oleh industri petis– dan tidak memerlukan penanganan limbah, teknologi yang digunakan efisien dan canggih dengan kapasitas besar, daya serap pasar yang tinggi, daerah pemasaran yang luas sampai ke luar negeri, dan variabel nilai investasi yang besar mampu menggerakkan perekonomian lokal. Industri pengolahan petis dan terasi memiliki skor terkecil yaitu 440 poin, didukung oleh variabel yang berhubungan dengan kelestarian lingkungan namun kurang mendukung pada variabel yang berhubungan dengan faktor ekonomi. Hasil skoring juga menunjukkan industri pengolahan ikan laut secara keseluruhan memiliki nilai terendah atau kelemahan secara umum pada variabel daya jangkau asal bahan baku yang tidak dapat menyerap hasil ikan laut dari daerah lain yang disebabkan oleh biaya transportasi yang tidak dapat ditanggung oleh hasil penjualan. Variabel jumlah tenaga kerja yang masih kecil daya serapnya. Variabel daya serap pasar yang masih kecil karena kecilnya konsumsi ikan laut perkapita dan variabel volume investasi yang masih kecil. Tabel 3.11 : Metode Skoring Industri yang Berpotensi Untuk Dikembangkan 3.3.2 Skala Industri Perikanan Laut 3.3.2.1 Jumlah unit usaha penangkapan ikan laut maksimum