Perahu Sekoci Teknologi dan Jenis Usaha Penangkapan Ikan Laut

2.7.2.2 Perahu Sekoci

A. Konstruksi Perahu yang disebut sekoci adalah perahu yang terbuat dari papan- papan kayu dengan bahan sama yang dibuat untuk perahu mayang. Lunas terbuat dari kayu ulin setebal 20 cm dengan panjang 13 – 16 m. Tulangan terbuat dari kayu kara-kara setebal 5 – 6 cm sebagai tulang rusuk perahu. Untuk menghubungkan antar tulangan yaitu linggi yang dipasang sejajar dengan lunas terbuat dari kayu bakau atau kayu ulin setebal 5 – 6 cm. Sedangkan papannya terbuat dari kayu bungur setebal 2 – 3 cm dengan panjang 4 m dan lebar 20 cm. Papan-papan ini disatukan dengan menggunakan pasak dari kayu ulin. Panjang perahu rata-rata 12 – 17 m dengan lebar 2,5 – 4 m dan tinggi 2 meter. Bentuk perahu ini menyerupai sekoci yang terbuat dari fiberglass ada yang memiliki rumah-rumahan dibagian buritan, tetapi kebanyakan tidak memakai atap permanen. Geladak perahu terbuat dari kayu yang tidak dipasak sehingga mudah untuk dibuka. Bagian buritan terdapat tempat duduk untuk pengemudi dan bagian tengah terdapat dua sampai tiga boks ikan dengan kapasitas 2 – 3 ton. Bagian depan dibuat tertutup agar air ombak dari depan tidak masuk dan juga digunakan nelayan sebagai kabin untuk istirahat atau memasak. Peralatan yang dibawa melaut antara lain lima jirigen berkapasitas 35 liter untuk menampung air tawar, lima jirigen lagi untuk bahan bakar, peralatan memasak, peralatan pancing dan GPS genggam untuk menentukan posisi perahu dan posisi rumpon yang dituju. Mesin yang digunakan jenis diesel satu silinder dengan kekuatan 30 HP untuk mesin utama yang diletakkan di dalam perahu tepat di tengah-tengah diatas lunas. Mesin bantu yang diletakkan di sisi kanan atau kiri perahu dengan kekuatan 23 – 27 HP. Mesin utama ditambah Gearbox sehingga perahu dapat bergerak maju, mundur dan netral. Mesin bantu gunanya untuk menambah kecepatan perahu dan sebagai cadangan bila mesin utama rusak sehingga aman untuk melaut. Jika kedua-duanya rusak maka menggunakan layar darurat untuk mendarat. Pembuatan perahu sekoci ini kebanyakan dari daerah Balikpapan Kalimantan Timur dan Pulau Sulawesi daerah Sinjai, Bugis dan Makasar karena di sana mudah mendapatkan kayu dengan harga murah dan memiliki konstruksi yang sama persis. Perahu sekoci tersebut dibawa dari Kalimantan dan Sulawesi beserta para pendeganya, setelah beberapa musim ikan perahu tersebut dijual kepada nelayan Sendangbiru. Para nelayan Kalimantan dan Sulawesi tersebut kembali ke tempat asal melalui darat dan diteruskan dengan naik kapal Pelni, kemudian kembali ke Sendangbiru dengan membawa perahu sekoci yang baru lagi. Demikian seterusnya sehingga nelayan Kalimantan dan Sulawesi tersebut sambil berdagang perahu. Jadi kebanyakan perahu sekoci yang ada di Sendangbiru buatan nelayan Kalimantan dan Sulawesi. Jumlah perahu sekoci yang ada di Sendangbiru sekitar 210 buah dengan kepemilikan nelayan Sendangbiru, Kalimantan dan Sulawesi. B. Jenis alat tangkap Perahu sekoci ketika melaut menggunakan alat tangkap pancing dengan bermacam-macam konstruksi. Hal ini dilakukan karena jenis ikan atau kondisi yang berbeda-beda sehingga metode memancingpun berbeda-beda. Jenis pancing tersebut antara lain pancing rawai, pancing tonda, pancing coping, pancing layang-layang, C. Metode mengumpulkan ikan Alat bantu untuk mengumpulkan ikan dengan menanam rumpon di tengah laut sejauh 40 – 200 mil laut, sehingga sekoci dari darat langsung menuju rumpon yang dituju. Ada juga rumpon yang ditanam oleh Dinas Perikanan Sendangbiru sejauh 40 mil laut dan dapat digunakan oleh semua nelayan secara gratis. Rumpon yang ditanam oleh nelayan- nelayan Kalimantan dan Sulawesi dilakukan secara gotong-royong dengan biaya ditanggung bersama secara iuran. Tiap kelompok terdiri dari 5 – 6 perahu, menanam rumpon sebanyak 1 – 3 buah. Jika rumpon tersebut hilang atau hanyut maka kelompok tersebut iuran lagi untuk membuat rumpon baru. Sekoci dengan kepemilikan nelayan Sendangbiru dapat menggunakan rumpon milik nelayan Kalimantan dan Sulawesi atau Dinas Perikanan secara gratis. Konstruksi pembuatan rumpon adalah menggunakan tali rami sepanjang 1.000 – 3.000 m sesuai kedalaman perairan. Bagian bawah tali menggunakan beton semen cor seberat 35 – 40 kg perbuah sebanyak 10 – 15 buah sebagai pemberat. Bagian permukaan diberi pelampung yang terbuat dari besi berbentuk kubus dua buah dengan panjang 2 – 3 m, lebar 1 m dan tinggi 1 m, agar tali dapat berdiri tegak dan diberi bendera sebagai tanda kepemilikan rumpon. Tali bagian permukaan dari pelampung sampai sepanjang 100 m diberi daun-daun kelapa atau rumbai-rumbai dari tali rafia sepanjang 1 meter disusun membentuk sisir dengan jarak satu meter untuk tempat berlindung ikan-ikan kecil yang menjadi makanan ikan-ikan pelagis besar, sehingga di sekitar rumpon berkumpul ikan-ikan pelagis besar. Ketika nelayan istirahat perahu ditambatkan ke pelampung rumpon tersebut sedang perahu lainnya ditambatkan secara berenteng ke perahu pertama. Tiap rumpon mampu menampung 5 – 6 perahu untuk ditambatkan, kemudian esok harinya ketika waktu memancing tiba perahu-perahu tersebut berjalan mengelilingi rumpon memancing ikan-ikan di sekitar rumpon. Walaupun di rumpon ada ikan tetapi tidak selalu memakan pancing para nelayan. Ada masa-masa tertentu ikan dapat dipancing. Para nelayan memiliki pengetahuan kapan ikan dapat dipancing, biasa ketika ada arus, ikan baru mau makan; jika tidak ada arus, ikan tidak makan. D. Daya jelajah Daya jelajah melaut nelayan-nelayan sekoci ini mencapai 60 – 200 mil laut ke arah lepas pantai sesuai lokasi rumpon yang ditanam. Tiap rumpon ditanam dilokasi yang berbeda-beda kemudian lokasi tersebut tercatat pada GPS yang nantinya digunakan untuk menunjukkan arah lokasi rumpon. Lama melaut 7 – 10 hari, jika dalam tiga sampai empat hari perahu sudah penuh ikan maka nelayan dapat mendarat dan jika dalam tujuh hari perahu belum penuh maka nelayan melaut sampai persediaan konsumsi habis, biasanya dalam 10 hari konsumsi sudah habis dan nelayan harus mendarat. Dalam satu bulan nelayan sekoci dapat melaut sebanyak empat kali trip, 7 – 10 melaut dan mendarat 2 – 3 hari istirahat sambil mengisi perbekalan kemudian berangkat melaut kembali.

2.7.2.3 Perahu PakisJaringan