Santri Madrasah Diniyyah An-Nawawi
73
Selain itu mereka juga dibantu ustadz pembantu atau sering disebut ―Badal‖. Ustadz pembantu ini hanya mengajar sewaktu-waktu,
misalnya ada ustadz yang berhalangan, maka ustadz pembantu inilah yang bertugas menggantikannya. Ustadz pokok dan Badal adalah para
santri senior yang telah menyelesaikan pendidikan madrasah dan dipandang cukup memiliki kemampuan untuk menghindari kekosongan
pelajaran dan sekaligus sebagai ajang pengkaderan dan juga sebagai wahana latihan sebelum mereka terjun di masyarakat.
Jumlah ustadz di Madrasah Diniyyah An-Nawawi mencapai antara 100 ustadz, jumlah tersebut sudah termasuk ustadz dari luar yang
sengaja didatangkan untuk melengkapi pendidik di Madin An-Nawawi selain dari ustadz lulusan asli dari Madin An-Nawawi. Pendidik di Madin
An-Nawawi tetap didominasi oleh pendidik dari lulusan asli Madin An- Nawawi yang hampir mencapai 90 dari keseluruhan pendidik.
Sementara sisanya adalah ustadz yang didatangkan dari luar pondok. Dikuatkan oleh Bapak MJ selaku kepala pondok sebagai berikut.
―Itu juga kami lihat loyalitas yang mereka pendidik dari luar tunjukan. Itu pun juga biasanya karena yang sudah menetap di
Purworejo. Atau pun yang dulu santri Madin An-Nawawi lalu keluar untuk meningkatkan ilmu, lalu kembali lagi. Misal ada
yang dahulu pernah madrasah disini lalu melanjutkan belajar di Perguruan Tinggi di Lirboyo Surabaya, kemudian kembali
mengajar di Madin An-Nawawi lagi. Namun pendidik di sini, sekitar 90 alumni dan 10 dari luar
‖ Kamis, 11 Desember 2014.
Hal senada juga dituturkan oleh Bapak FM yang menyatakan bahwa pendidik di Madin An-Nawawi berjumlah sekitar 97 ustadz, itu
74
sudah termasuk yang dari luar antara 20 santri Kamis, 18 Desember 2014, tetapi banyaknya jumlah pendidik dari lulusan Madin An-Nawawi
sendiri yang menjadi ustadz di Madrasah bukanlah sebuah kewajiban atau paksaan dari pihak madrasah pada lulusannya, melainkan itu adalah
kehendak dari masing-masing pribadi untuk membantu pengasuh dalam menjalankan roda pembelajaran di madrasah. Bapak MJ menambahkan
sebagai berikut. ―Itu secara otomatis dari teman-teman kehendak untuk
mengajar. Walaupun melakukan pengaturan untuk mereka ustadz lulusan Madin An-Nawawi di tempatkan di bagian apa
itu adalah putusan dari pondok, tapi mereka setelah tamat tetap disini atau tidak, itu dari temen-temen tamatan sendiri yang
memilih
‖ Kamis, 11 Desember 2014. Karena kemauan para ustadz untuk membatu mengajar di
madrasah diniyyah dilandasi dengan kemauan untuk berkhitmah mengabdikan diri. Secara tidak langsung berkhitmah menjadi tradisi
dari tahun ke tahun di Madin An-Nawawi, walaupun hal tersebut juga tidak menjadi sebuah kewajiban bagi para lulusan. Dijelaskan oleh Bapak
MJ sebagai berikut. ―Pada dasarnya, dalam pendidikan di pesantren itu ada istilah
berkhitmah. Berkhitmah itu melayani atau mengabdi. Kita percaya, jika pembelajaran di pesantren belum disempurnakan
dengan berkhitmah, ilmu belum akan sempurna. Istilahnya berkhitmah itu membersihkan diri. Dalam rangka menurunkan
ilmu, menurunkan apa yang telah kita dapat setelah di madrasah. Tidak hanya dapat berceramah dan tahu saja, tapi bagaimana ilmu
yang sudah didapat dan mengamalkannya. Ada menerima ada memberi. Beda saat kita pernah menerima tapi tidak
mengamalkan memberi karena kadang paham cepat tapi untuk melekatkan itu susahnya
‖ Kamis, 11 Desember 2014.
75
Oleh sebab tersebut, untuk menjadi pendidik di Madrasah An- Nawawi, tidak mengharuskan kriteria-kriteria tertentu, tetapi dalam
penempatan masing-masing ustadz di setiap fanpelajaran, pihak madrasah tetap melakukan pertimbangan-pertimbangan. Pertimbangan-
pertimbangan tersebut didapat dari pengamatan pihak pondok serta pengasuh selama lulusan masih menjadi santri di Madrasah An-Nawawi.
Pengamatan tersebut akan mengindikasikan kecenderungan pelajaran apa yang menonjol dari setiap lulusan. Pelajaran-pelajaran yang menonjol
itulah yang akan ditugaskan pada lulusan untuk dibawakan dalam pembelajarang di Madrasah Diniyyah An-Nawawi. Paparan tersebut
dikuatkan oleh Bapak MJ sebagai berikut. ―Untuk itu kita atur penempatan pendidik, kita sesuaikan
dengan kemampuan masing-masing pendidik atau keahlian dari masing-masing ustadz. Rata-rata yang mengajar adalah alumni.
Seperti saya juga tamatan Madin An-Nawawi. Dulu guru-guru saya juga pasti melihat, ketika saya mulai masuk madrasah saya
punya nilai lebih dimana. Itulah yang kita gunakan sebagai bahan pertimbangan saat dia mengajar maka dia akan mengisi pos
tersebut, jadi sudah kita pantau sejak dia masuk madrasah
‖ Kamis, 11 Desember 2014.
Meskipun motivasi para lulusan Madin An-Nawawi bukanlah
berorientasi pada materi dan mengajar adalah untuk berkhitmah, tapi pihak madrasah tetap menggunakan perhitungan yang profesional dalam
masalah gaji ustadz, walaupun jika diukur secara nominal masih dibawah upah untuk guru disekolah formal. Paparan ini dituturkan oleh Bapak FM
sebagai berikut.
76
―Motivasinya jika di pesantren tidak ke materi tapi itu berdasar hormat pada guru atau pengasuh, sebuah kehormatan dapat
diperintah oleh pengasuh untuk mengajar, tetapi per jam pelajarannya tetap ada hitungannya, tetapi jika kita menghitung
secara kita ditugaskan tetap masih rugi, tetapi sudah dibuat seprofesional mungkin, hitungannya tidak jauh dari pendidikan
formal. Misal jika pendidikan formal satu jamnya adalah Rp. 25.000,00 jika madin dikurangi sedikit dibawahnya. Sudah dibuat
seperti itu, tetapi untuk rincinya sudah dihitung dari transportasi dan masa khikmat lama mengabdi dan jika sudah bersifat senior
ada tunjangan. Tetapi prinsipnya, hitungan antara yang dari luar dan alumni sama, yang membedakan tingkatkan kelas yang
diampu. Semakin tinggi jenjang kelas semakin tinggi yang diterima
‖ Kamis, 18 Desember 2014. Walaupun motivasi sebagaian para pengajar adalah berkhitmah
mengabdi namun tetap ada hitungan dan mekanisme upah seprofesional mungkin, meskipun jika dibandingkan dengan upah di sekolah formal
masih dibawahnya.