Bagaimana terkait kurikulum, KD, silabus untuk pembelajaran di

212 11. Jadi berkesinambungan antara madin dan pend, luar madrasah? Jawaban: Ohh iya. Termasuk kegiatan musyawaroh kan kegiatan untuk itu. musyawaroh adalah pengembangan apa yang telah disampaikan dikelas. Karena dikelas hanya terbatas waktu, waktu satu jam yang sangat singkat, Makanya dilengkapi di musyawaroh itu. 12. Bagaimana terkait Pemenuhan santri terhadap target materi? Sudah bisa memenuhi target permateri? Terkait juga yang tinggal kelas? Jawaban: Pertama nilainya kurang. Dimanhaj juga telah disebutkan ketentuan- ketentuan nilai minimal. Minimal kalau yang kuragn dari 4, ketika kurang dari standar itu, maka pertimbangannya adalah ada yang nilai pertimbangan, ketika misal nilai 5 itu masuk pertimbangan keranah rodek tinggal kelas. Ketika sudah masuk ranah itu maka yang menjadi pertimbangan adalah ahklak, kesungguhan dan semangat dalam belajar. Karena kita bisa mengklaim karena dia tidak mencapai target nilai atau alasan lain sesuai target, karena prinsipnya: kita tidak bisa membuat mereka pandai, yang membuat mereka pandai adalah Allah, kita tidak bisa menyalahkan, kamu pinter atau kamu tidak. Tapi jika dia misal secara nilai tidak memenuhi target, tapi dalam belajar dia semangat, sungguh-sungguh. Oke kita pinggirkan aspek kognitifnya, kita menilai akhlaknya. Kita akan selalu beranggapan oke dia sungguh-sungguh, kita naikan, dan itu tidak akan disia-siakan oleh Allah. Kita mau ndak mau menggunkan pendekatan-pendekatan seperti itu. 13. Bagaimana terkait Kasus tinggal kelas karena hapalan? Jawaban: Sebenarnya tidak, pertama banyak yang beralasan mereka banyak kegiatan. Tapi ada kecenderungan bahwa yang rodek karena hapalan adalah yang mampu menghapalkan naum malas atau dll. Itu pun kita kaji ulang, ketika tidak lulus hapalan karena IQ nya rendah itu tetap kita toleransi, karena hal itu tidak akan berubah, karena memang kemapuannya seperti itu. Walaupun kita naikan sampai 5 kali tidak akan berubah, perhargaan dari sisi yang lain. Namun berbeda ketika ada santri yang secara kemampuan sebenarnya dia mampu, karena dia juga cerdas, tapi kok ndak mau menghapalkan dengan terkesan meremehkan. 14. Apakah tiap tahun ada yang tinggal kelas? Jawaban: Ya ada. Prosentasenya beda tiap-tiap kelas, tapi 1-2 mesti ada. Itupun, dimanapun ponpes berbasis salafiah mesti ada hal-hal tersebut. Karena kita juga berbepegang pada prinsip dalam kitab salaf, bahwa hapal ini bukan tujuan, hapal adalah media, alat perantara untuk bisa memahami. Maka ketika ada yang mengatakan di pondok buat apa hanya untuk memami kitab. Itu karena tidak tahu secara persis. Itu bukan tujuan, makanya ketika belum selesai dipondok tapi sudah pulang itu akan membawa kesimpulan yang salah. Menghapalkan hapalan itu hanya 213 sebagai proses, sebagi alat. Tujuannya pemahan itu. Ya itu terbukti, bahwa hapal satu kitab. Misal kita mendalami fiqh, maka hapalkan satu kitab fiqh, maka kitab-kitab fiqh yang lain akan mudah dipamahi untuk selanjutnya. Itu salah satu pendekatan yangkita gunakan.

15. Didapat dari manakah prinsip-prisip pendekatan-pendekatan pendidikan

Madrasah Diniyyah An-Nawawi? Jawaban: Itu didapat dari pembalajaran terdahulu, untuk kurikulum itu tidak terlepas dari kitab alim mutak alim kitab tentang pendidikan. Alimmutak alim dalam kurikulum medrasah dan mengaji itu mengtakan: ketika kita ingin memahami suatu disiplin ilmu tertentu, pahami satu bukuliteratur dalam disiplin ilmu tersebut. Paham dan hapalkan. Nanti literatur-literatur lain akan mengikuti. misalnya ingin mengusai ilmu fiqh. Maka hapalkan satu kitab dasar tentang fiqh maka ilmu lain terkait fiqh akan mengikuti sebagai pengembangannya dan itu akan lebih mudah daripada saat menghapalkan satu kitab pertama. Maka jika ada paradigma bahwa mondok di an-nawawi untuk menghapalkan kitab. Itu salah. Hapalan bukan tujuannya.

16. Setiap tahun bisa mencapai berapakah persen yang rodek karena

hapalan? Jawaban: Kita berproses, artinya saat awal-awal diterapkan aturan wajib setoran banyak yang tidak lulus. Lalu kita perbaiki penanganan, kita perbaiki sistem, dala artian target tetep sama tapi sistemnya kita rubah. Pendampingan lebih kita perbaiki. Tahun demi tahun mulai berkurang, tahun kemarin pun sudah hampir tidak ada. 17. Bagaimana terkait dengan sistem penilaian ujian? Jawaban: Saat imtihan ujian soal hanya delapan dan essay semua. Awwaliyah sampai Wustho kelas 2 itu bahasa masih menggunakan bahasa indonesia. Tapi tulisannya tulisan arab. Kelas tiga Wustho sampai Ulya tingkat tiga. Itu menggunakan bahasa arab. Dan itu memang kita sengaja membuat nilai maksimal adalah delapan. Karena sepuluh hanya nilai untuk Allah. Kita cukup delapan saja cukup. Orang-orang dulu mengatakan begitu. Kemudian nilai maksimal ya delapan itu. 18. Apakah setiap pendidik menngajar satu pelajaran saja? Jawaban: Untuk itu kita atur, kita sesuaikan dengan kemampuan masing-masing pendidik. Atau keahlian dari masing-masing ustad. Kan rata —rata yang mengajar adalah alumni sini. Seperti saya juga tamatan sini juga. Dulu guru-guru saya jugapasti melihat. Ketika saya mulai masuk madrasah saya punya nilai lebih dimana. Itu lah yang kita gunakan sebagai bahan pertimbangan saat dia mengajar maka dia kan akan mengisi pos tersebut. Jadi sudak kita pantau sejak dia masuk madrasah.

19. Siapa yang merancang konsep-konsep pelaksanaan pendidikan Madrasah

Diniyyah An-Nawawi?