Mutu proses pendidikan berdasar hasil pembelajaran madrasah

134 tingkat MA. Masalah yang masih terus dialami ponpes An-Nawawi adalah tidak sinkronnya perjenjangan tahun antara pendidikan nonformal madrasah Diniyyah dan pendidikan formal, membuat setiap kelas terakhir atau Ulya kelas 3 hanya menyisakan santri kisaran 20 santri setiap tahunnya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh kepala pondok maupun kepala madrasah mengakui bahwa ketidak sinkronan tersebut menjadi salah satu kendala dan masih dipersiapkan solusinya. Namun sejauh ini, hal tersebut masih terus berlangsung. Fokus pembelajaran yang ditetapkan oleh madin untuk tingkat Ulya terkait pemahaman, pola pikir, pengembangan adalah hal yang sesuai dengan umur santri. setidaknya pada umur 17 ke atas sudah dapat menggunakan logika berpikir secara baik, sementara metode yang digunakan walaupun terkesan monoton namun karena kajian utamanya adalah ilmu agama yang memang memiliki ruang debat yang tidak seluas pembelajaran akademik maka metode menerangkan diterangkan masih relevan dengan pendidikan di kelas Ulya. Hal tersebut didukung dengan pengecekan kitab yang dilakukan diujung masa ajar yang membuat santri sangat konsentrasi dalam mencatat apa yang dikatakan saat KBM. Jika didapati catatan dalam kitab masing- masing santri tidak sesuai dengan apa yang dituliskan dalam kitab tersebut maka santri itu akan rodek tinggal kelas. Metode ini sangat efektif untuk membuat santri tetap memperhatikan selama pembelajaran berlangsung. 135 Pendidik pada kelas ini adalah pendidik senior karena ranah materi yang berat yaitu terkait pemahan dan tafsir yang dikatakan oleh MJ sebagai ilmu tersulit dalam pembelajaran di Madin. Pendidik ada yang didatangkan dari luar dan ada yang lulusan madin An-Nawawi sendiri. Dalam pembelajaran, pendidik punya karakteristik sendiri- sendiri tapi telah melakukan langkah-langkah pembelajaran yang meliputi pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. 2 Madrasah Diniyyah Wustha Banin Banat An – Nawawi Kelas Wustho menurut data tahun ajaran 2014 adalah tingakat dengan kelas terbanyak yaitu 10 kelas. Hal ini disebabkan banyak santri yang menumpuk di tingkat ini karena tinggal kelas. Tinggal kelas banyak terjadi pada kelas Wustho tingkat 2 dimana pada waktu yang sama santri juga berkonsentrasi pada sekolah fomal yang akan mengadakan ujian nasional. Setidaknya itu hal yang sering menjadi alasan. Fokus tingkat Wustho adalah nahwu-shorof atau terkait gramatika Arab. Dampaknya adalah pada sistem pembelajaran yang lebih beragam dari pada kelas Ulya. Keberagaman seperti belajar berkelompok, sering menulis di papan tulis adalah ragam kegiatan yang sering ditemui pada tingkat Wustho. Ini dinilai sesuai jika merujuk pada fokus pembelajarannya yaitu tentang gramatika menulis Arab. Hal baik lain yang terjadi pada pembelajaran yang ada di tingkat Wustho adalah apapun pelajaran yang dipelajari, maka hal itu selalu 136 dikaitkan dengan gramatika Arabnya dan sangat baik bagi keberhasilan santri menguasai apa yang menjadi fokus pembelajaran. 3 Madrasah Diniyyah Awaliyyah Banin Banat An – Nawawi Awwaliyah sebagai tingkat paling awal, memang diperuntukan bagi santri beradaptasi dengan aktivitas pondok yang padat. Oleh karena itu banyak toleransi yang diperoleh oleh santri Awwaliyah, seperti didiamkan saat tidur dikelas asal tidak berkelanjutan, mendapat jam yang lebih longgar dari pada dua tingkat di atasnya saat pengajian luar madrasah, dll. Oleh karena kelas tersebut merupakan kelas adaptasi maka tingkat ini hanya mempunyai satu tingkatan kelas saja di dalamnya, tidak seperti Wustho dan Ulya yang masing-masing punya 3 tingkatan kelas. Terkait fokus tingkat Awwaliyah yaitu tentang ibadah ubudiyyah, baca tulis Al- Qur’an telah dilakukan dengan metode yang sesuai, yaitu banyak melakukan aktivitas tulis menulis untuk santri saat KBM untuk memperlancar teknik menulis Arab, memperbanyak mencongak membaca Al- Qur’an dalam kelas. Hal itu juga disesuaikan dengan cara mengajar yang sesuai dengan anak usia antara 13 tahun, yaitu dengan metode yang lebih interaktif antara santri dan pendidik, sering ada tanya jawab saat akan pulang pun sering dilakukan kuis untuk memacu daya ingat santri terhadap materi yang telah diajarkan. Terkait pendidik, walaupun diampu oleh pendidik yang terhitung junior dalam pendidik di Madin An-Nawawi, namun