Materi pokok, identitas pelajaransub tema dan alokasi waktu

86 Tabel 6. Alokasi Waktu FanPelajaran Madrasah Diniyyah Ulya MDU Kls No Fan Nama Kitab JPLM gg I M DU 1 Ilmu Tafsir Ilmu Tafsir 1 2 Hadits Bulughul Maron 1 3 M. Hadits Baiquniyyah 1 4 Tauhid Kifayatul ‗Awam 1 5 Ushul Fiqh Mabadi Awwaliyah 1 6 Nahwu Alfiyyah Ibnu Malik 4 7 Qiro‘atul Kitab Fatchul Qorib I 1 8 Tafsir Tafsir Jalalain 1 9 Fiqh Fatchul Mu‘in 1 Jumlah JPLMinggu 12 II MD U 1 Hadits Abi Jamroh 1 2 Mustholah Hadits Manhalul Lathif 2 3 Tauhid Ummul Barohin I 1 4 Ushul Fiqh Waroqot 1 5 Nahwu Alfiyyah Ibnu Malik 5 6 Qiro‘atul Kitab Fatchul Qirob II 2 Jumlah JPLMinggu 12 III MD U 1 Tauhid Ummul Barohin II 1 2 Q. Fiqhiyyah Mawahibus Saniyyah 2 3 Faroidl Rohabiyyah 2 4 Balaghoh Hilyatu Lubbil Mashun 2 5 Mantiq Idlochul Mubham 2 6 Falak Sullamun Nayyiroin 1 7 Arudl ‗Arudl 1 8 Qiro‘atul Kitab Fatchul Mu‘in 1 Jumlah JPLMinggu 12 Sumber: Madrasah Diniyyah Banin An-Nawawi

c. Kelassemseter

Madrasah Diniyyah An-Nawawi dilaksanakan dengan sistem klasikal atau kelas. Periode pembelajaran madrasah diniyyah dibagi menjadi dua, yaitu nisfu sanahsemester awal dan akhirus sanahsemester akhir, tetapi jumlah santri dalam tiap kelasnya sangat bervariatif. 87 Bervariatif disini, berarti belum adanya konsistensi jumlah santri dari kelas Awwaliyyah sebagai kelas paling rendah sampai tingkat Ulya kelas III sebagai kelas tertinggi. Polanya semakin tinggi kelas semakin sedikit jumlah santri didalamnya. Tabel 7. Komparasi dan Gradasi Jumlah Santri Putra untuk Tahun Pengajaran 1435-1436 H.2014-2015 Tingkat MDA I MDW II MDW IIII MDW I MDU II MDU III MDU Pend. Formal MTS 1 MTS 2 MTS 3 MA 1 MA 2 MA 3 Perguruan Tinggi Jumlah Kelas 6 5 3 2 1 1 1 Santri 244 218 120 56 39 40 25 Sumber: Diolah dari Data Primer Dari data tersebut dapat kita ketahui, jumlah santri dari kelas Awwaliyah sampai pada kelas Ulya III mengalami kemerosotan yang signifikan. Santri kelas Awwaliyah mencapai 244 santri yang disebar dalam 6 kelas yang masing-masing diisi oleh sekitar 37 santri per kelas, sangat berbeda secara jumlah jika dibanding dengan santri kelas III Ulya yang hanya mempunyai 1 kelas dengan 25 santri didalamnya. Kemerosotan jumlah santri secara bertahap juga terjadi diantara jenjang kelas tertinggi dan terendah tersebut yaitu dari MDW I, MDW II, MDW III, MDU I, serta MDU II. Secara bertahap mulai mengerucut dari 218, 120, 56, 39, dan 40 santri, secara otomatis juga mengurangi jumlah kelas tiap tingkatakannya. 88 Terkait sistem klasikal yang diwujudkan dalam wujud pengkelasan dalam pembelajarannya, kenaikan kelas juga menjadi hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran di Madrasah Diniyyah An-Nawawi karena untuk dapat naik kelas santri harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Kenaikan kelas untuk santri tidak hanya didapat dari nilai kognitif namun juga nilai afektif didalamnya. Aspek- aspek yang dinilai meliputi nilai Imtihan, kelulusan muhafadhoh, keaktifan, hingga akhlaq santri. Terkait hal tersebut, proses penentuan naik tidaknya santri menjadi hal yang tidak mudah diputuskan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Pak MJ sebagai berikut. ―Hal yang dapat membuat santri tidak naik kelas pertama karena nilainya kurang. Dalam Manhaj juga telah disebutkan ketentuan- ketentuan nilai minimal. Minimal jika yang kurang dari 4, ketika kurang dari standar itu, maka pertimbangannya adalah ada yang nilai pertimbangan, ketika misal nilai 5 itu masuk pertimbangan keranah rodek tinggal kelas. Ketika sudah masuk ranah itu, maka yang menjadi pertimbangan adalah ahklaq, kesungguhan dan semangat dalam belajar. Kita dapat mengklaim karena dia tidak mencapai target nilai atau alasan lain sesuai target. Prinsipnya kita tidak dapat membuat mereka santri pandai, yang membuat mereka pandai adalah Allah SWT, kita tidak dapat menyalahkan pandai atau tidak, tetapi jika dia misal secara nilai tidak memenuhi target, tapi dalam belajar dia semangat, sungguh- sungguh. Kita dapat pinggirkan aspek kognitifnya, kita menilai akhlaqnya. Kita akan selalu beranggapan jika dia sungguh- sungguh, kita naikan dan itu tidak akan disia-siakan oleh Allah SWT. Kita mau tidak mau menggunakan pendekatan-pendekatan seperti itu‖ Kamis, 11 Desember 2014. Oleh karena itu, dalam penentuan kenaikan kelas tiap santri, pihak madrasah mengadakan rapat pleno dengan pihak-pihak terkait dengan santri secara langsung mulai dari mustahiq wali kelas, ustadz 89 pendidik, hingga yang tertinggi adalah kepala pondok. Berikut adalah rincian dan ketentuan kenaikan kelas Madrasah Diniyyah An-Nawawi: 1 Kenaikan kelas ditetapkan dalam rapat pleno kenaikan kelas, dilaksankan setelah Imtihan akhirus sanah serta diiukti oleh: a Kepala, sekretaris, dan bendahara pondok pesantren; b Kepala dan sekretaris Madrasah Diniyyah An-Nawawi; c Kepala tingkatan; d Mustahiq; e Pengurus bagian KAMTIB pondok pesantren; f Ustadz fan, meliputi: Al- Qur’an, tajwid, akhlaq, nahwu, dan shorof; g Panitia Imtihan ketua, sekretaris, bendahara h Pihak lain yang dianggap perlu 2 Santri dinyatakan naik kelas apabila memenuhi beberapa syarat sebagai berikut: a Nilai 1 Nilai rata-rata tidak kurang dari 4,6 empat koma enam; 2 Nilai rata-rata 5,5 sampai 4,6 menjadi nilai pertimbangan; 3 Nilai ujian praktek minimal 6. 90

b Akhlaq

Akhlaq menjadi pertimbangan naik tidaknya santri apabila nilai rata-rata dibawah 5,5 atau nilai rata-rata diatas 5,5 tetapi akhlaq sudah diluar batas kewajaran, maka dapat tinggal kelas. c Keaktifan 1 Alpha dalam satu semester tidak melebihi 15 hari; 2 Catatan bolos dalam satu semester tidak melebihi 10 kali.

d Muhafadhoh

Muhafadhoh menjadi persyaratan naik kelas sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan untuk masing-masing tingkatan. Muhafadhoh adalah hal penting yang harus dijalani oleh santri Madrasah Diniyyah An-Nawawi. Pasalnya untuk dapat naik ke kelas selanjutnya, santri harus lulus muhafadhoh sesuai tingkatan masing-masing. Muhafadhoh adalah setoran wajib berupa hafalan kitab atau bacaan tertentu yang diwajibkan setiap tingkatan kelas madrasah diniyyah. Tingkat kesulitan dan fokusnya disesuaikan tingkatan kelas santri. Muhafadhoh merupakan syarat wajib agar santri dapat naik ke kelas berikutnya, walaupun secara nilai ujian santri lulus jika muhafadhohnya tidak lulus atau hafal maka santri itu tidak dapat naik kelas dan dinyatakan rodek tinggal kelas. Muhafadhoh menjadi syarat wajib santri untuk naik kelas merupakan salah satu metode yang diterapkan madrasah diniyyah dalam memberikan pengetahuan keagamaan pada santri. Madrasah