Kebijakan Proses Pendidikan Madrasah Diniyah
17
Madrasah adalah tempat pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran yang berada di bawah naungan Departemen Agama, madrasah ini
meliputi lembaga pendidikan: Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah, Mu’allimin,
Mu’allimat serta Diniyyah. Madrasah tidak lain adalah kata Arab untuk sekolah, artinya tempat belajar. Istilah madrasah ditanah Arab ditujukan untuk
semua sekolah umum, namun di Indonesia ditujukan untuk sekolah-sekolah Islam yang mata pelajaran dasarnya adalah mata pelajaran Islam. Lahirnya
lembaga ini merupakan kelanjutan sistem di dunia pesantren yang di dalamnya terdapat unsur-unsur pokok dari suatu pesantren. Unsur-unsur tersebut ialah:
kyai, santri, pondok, masjid, dan pengajaran mata pelajran agama Islam. Sementara dalam sistem madrasah tidak harus ada pondok, masjid dan
pengjian kitab-kitab Islam klasik. Unsur yang diutamankan dalam madrasah adalah pimpinan, guru, siswa, perangkat keras, perangkat lunak dan mata
pelajaran agama Islam. Lahirnya lembaga ini merupakan kelanjutan sistem pendidikan
pesantren gaya lama, yang dimodifikasikan menurut model penyelenggaraan sekolah umum dengan sistem klasikal. Di samping memberikan pengetahuan
agama, diberikan juga pengetahuan umum sebagai pelengkap. Hal ini merupakan ciri khas pada mula berdirinya di Indonesia sekitar akhir abad ke-
19 atau awal abad ke-20. Sesuai dengan falsafah negara Indonesia, maka dasara pendidikan madrasah adalah ajaran agama Islam, falsah negara
Pancasila, dan UUD 1945.
18
Madrasah dari waktu ke waktu selalu mengalami pembenahan dan kontroversi dalam perkembangannya. Namun jika ditinjau dari segi jenis
madrasah berdasar kurikulumnya dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Madrasah diniyah, yakni suatu bentuk madrasah yang hanya mengajarkan
ilmu-ilmu agama diniyyah. 2. Madrasah SKB 3 Menteri yakni madrasah yang menganut putusan dari SKB
3 Menteri dimana bidang studi umum lebih mendominasi daripada bidang studi keagamaan.
3. Madrasah pesantren yakni madrasah yang memakai sistem pondok pesanten namun tetap berpegangan pada keputusan SKB 3 menteri skaligus
menandakan bahwa ijazah madrsaah ini tetap mempuyai civil effect dan mempunyai nilai yang sama dengan ijazah sekolah umum yang setingkat.
Namun madrasah jenis ini masih dibedakan lagi menjadi dua macam: Pertama, seluruh kurikulum diprogramkan oleh pondok pesantren sendiri, contohnya
Pondok Pesantren Gontor Ponorogo. Kedua, mata pelajaran umum sesuai dengan kurikulum madrasah SKB 3 Menteri, sementara pelajaran agamanya
diprogramkan dan diatur oleh pondok, dengan tetap memperhatikan kurikulum madrasah SKB 3 Menteri. Oleh karena itu mereka diikutkan ujian negara
contohnya Pondok Pesantren Tebuireng Ridlwan Nasir, 2005: 90-99. Madrasah diniyah, yakni suatu bentuk madrasah yang hanya
mengajarkan ilmu-ilmu agama. Jadi madrasah ini difokuskan pada masalah keagamaan saja, dengan kata lain merupakan wujud baru dari pendidikan
19
pondok pesantren tradisional. Secara umum Madrasah ini terbagi menjadi 3 jenjang pendidikan seperti yang telah dijelaskan diawal.
Namun perihal tentang durasi waktu santri menempuh tiap-tiap jenjang itu sangat tergantung pada kebijakan pondok pesantren, karena perlu diingat
bahwa keadaan serta idealisme tiap-tiap pesantren selalu berbeda. Keberadaan madrasah ini dibentuk berdasarkan keputusan Menteri
Agama 1964, dan materi pelajaran yang diberikan pada madrasah ini adalah seluruh ilmu-ilmu Agama Islam. Ijazah madrasah ini tidak memiiki civil effect,
karena itu orrang tua murid maupun muridnya sendiri tidak terlalu mementingkannya. Ada pun jam belajaranya adalah sore hari, dan pagi hari
pagi mereka yang ikut sekolah umum pada sore hari. Namun perkembangan berikutnya pada dewasa ini, sebagian sudah memasukan materi diniyah masuk
ke dalam jam pelajaran sekolah, hanya saja diberikan pada jam pertama dan kedua Ridlwan Nasir, 2005: 95-96.
Sementara menurut Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1983 Tentang Kurikulum Madrasah Diniyah, disebutkan
dalam BAB 1 pasal 1 bahwa: 1. Madrasah diniyah ialah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam,
yang berfungsi terutama untuk memenuhi hasrat orang tua agar anak-anak lebih banyak mendapat pendidikan Agama Islam.
2. Madrasah Diniyah Awwaliyah ialah madrasah diniyah tingkat permulaan dengan masa belajar 4 empat tahun dari kelas 1 sampai IV dengan jumlah
jam belajar sebanyak 18 jam pelajaran dalam satu minggu;
20
3. Madrasah Diniyah Wustha ialah madrasah diniyah tingkat menengah pertama dengan masa belajar 2 dua tahun dari kelas 1 sampai II jumlah
jam belajar sebanyak 18 jam pelajaran dalam satu minggu; 4.
Madrasah Diniyah „Ulya ialah madrasah diniyah tingkat menengah atas dengan masa belajar selama 2 dua tahun dari kelas 1 sampai II dengan
jumlah jam belajar sebanyak 18 jam pelajaran dalam seminggu. 5. Garis-garis besar Program Pengajaran GBPP ialah ikhtisar daripada
keseluruhan program pengajaran yang terdiri atas tujuan-tujuan kulikuler, tujuan intruksional, dengan ruang lingkup bahan-bahan pengajaran yang
diatur dan disusun Secara berurutan menurut catur wulansemester dan kelas yang bertujuan memberikan pedoman terhadap tenaga teknis, kepala
sekolah dan guru-guru dalam rangka peningkatan kegiatan belajar-mengajar dalam kelas untuk mencapai tujuan pendidikan Departemen Agama Islam
RI, 19831984: 1-3. Fungsi Madrasah Diniyah sendiri menurut Departemen Agama Islam RI
adalah sebagai berikut: 1. Membina perkembangan kepribadian anak anatara lain:
a. Memberi kesempatan kepada anak untuk memenuhi kebutuhan jasmani maupun rohaninya, sesuai dengan ajaran Islam, serta memberi
kesempatan kepada anak di dalam hal pengembangan kodrat manusia seutuhnya.
21
b. Memberi bimbingan yang seksama agar anak memilki sifat-sifat luhur, dapat menghargai dan mengamalkan nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan
yang berlaku dalam agama Islam dan masyarakat sekitarnya. 2. Memberi tuntunan dan pembinaan kesejahteraan anak yang diperlukan pada
masa mudanya, untuk mencegah timbulnya akibat negatif di kemudian hari. 3. Memberi pendidikan agama pada anak, untuk diamalkan bagi diri sendiri
dan dicontohkan pada orang lain dan masyarakat sekitarnya. 4. Membantu rumah tanggakeluarga untuk memenuhi kebutuhan anaknya
yang sangat diperlukan dalam proses pengembangan kepribadian yang utuh. 5. Membantu meningkatkan serta memajukan keluarga dan masyarakat antara
lain: a. Membantu membangun dasar yang kuat bagi pembangunan kepribadian
manusia Indonesia seutuhnya. b. Menbntu menciptakanmencetak warga Indonesia yang taqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, dan menghargai keyakinan orang lain. 6. Membantu peningkatan pendidikan agama pada sekolah umum.
7. Memberi pendidikan dan tuntutan kepada anak dalam hal kependudukan dan lingkungan hidup Departemen Agama Islam RI, 19831984: 15-16.
22