Pertempuran di Jakarta Peristiwa Merah Putih di Manado

Black 47 C y a n 4 7 47

F. Pertempuran di Jakarta

Sama seperti yang terjadi di Bandung, orang- orang NICA dan KNIL terus melakukan provokasi- provokasi bersenjata sehingga memancing kema- rahan masyarakat. Orang-orang KNIL sendiri dimanfaatkan oleh NICA demi kepentingan Belanda dengan cara mempersenjatai mereka. Keadaan di Jakarta pun menjadi kacau dan sulit dikendalikan. Tentara Belanda kian merajalela. Sementara itu, pendaratan pasukan marinir Belanda di T anjung Priok pada tanggal 30 Desember 1945 membuat ke- adaan menjadi tambah gawat. Mengingat situasi keamanan yang semakin memburuk di Jakarta, Presiden dan Wakil Presiden pada tanggal 4 Januari 1946 pindah ke Yogyakarta, dan kemudian ibukota Republik Indonesia pun turut pindah ke Yogyakarta Lihat: 30 Tahun Indo- nesia Merdeka. 1945-1949: hlm. 79.

G. Peristiwa Merah Putih di Manado

Seperti di tempat-tempat lain, pasukan Sekutu yang mendarat di Sulawesi Utara juga membon- cengi orang-orang NICA. Orang-orang NICA kemudian mempersenjatai bekas tentara KNIL yang ditawan Jepang. Sejak akhir tahun 1945, pasukan Sekutu menyerahkan Sulawesi Utara kepada pasukan NICA. Pasukan NICA bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat. Rakyat Sulawesi Utara bereaksi dengan mem- bentuk Pasukan Pemuda Indonesia PPI. PPI berencana menyerang pasukan NICA. Akan tetapi, rencana tersebut bocor sehingga para pemimpin PPI di- tangkap dan dipenjarakan. Pada tanggal 14 Februari 1946, para pejuang PPI menyerbu markas NICA di Teling. Mereka ber- hasil membebaskan pimpinan PPI dan menawan komandan NICA beserta pasukannya. Selanjutnya, para pejuang merobek bendera merah putih biru Belanda dan menjadikannya bendera merah putih. Bendera itu kemudian dikibarkan di markas Belan- da di Teling. Oleh karena itu peristiwa itu dikenal dengan nama peristiwa merah putih di Manado. Para pejuang dapat mengusir NICA dari Sula- wesi Utara. Pada tanggal 16 Februari 1946, peme- rintah sipil terbentuk. Pemerintahan sipil itu di- pimpin oleh B. W. Lapian sebagai residen.

H. Bandung lautan api