116
Black 116 Cyan 116
F. Nilai uang
Uang merupakan salah satu benda ekonomi. Setiap benda ekonomi mempunyai nilai. Masya-
rakat memberikan nilai kepada suatu benda, ka- rena benda tersebut memberikan manfaat. Hanya
benda yang mempunyai manfaat bagi masyara- katlah yang mempunyai nilai. Uang mempunyai
nilai, karena uang memberi manfaat. Ada tiga macam nilai uang, yaitu nilai intrinsik,
nilai nominal, dan nilai riil atau nilai tukar. a.
a. a.
a. a. Nilai instrinsik
Nilai instrinsik Nilai instrinsik
Nilai instrinsik Nilai instrinsik
Nilai instrinsik adalah nilai atau harga nyata da- ri bahan yang digunakan untuk membuat uang.
Kalau uang dibuat dari emas, maka nilai intrinsik- nya adalah emas yang terkandung di dalam mata
uang tersebut. Sehingga, uang yang terbuat dari emas atau perak mempunyai nilai lebih tinggi dari
nilai uang yang terbuat dari benda lain seperti ku- ningan dan tembaga.
b. b.
b. b.
b. Nilai nominal Nilai nominal
Nilai nominal Nilai nominal
Nilai nominal Nilai nominal adalah nilai yang tercantum pada
tiap mata uang baik logam maupun kertas. Jadi, nilai yang tertulis pada mata uang erat hubungan-
nya dengan fungsi uang sebagai satuan hitung. Con- toh: Pada sebuah mata uang tertulis Rp 500; atau
Rp 1.000; berarti nilai nominalnya adalah lima ra- tus rupiah atau seribu rupiah walaupun bahan un-
tuk membuatnya sama. c.
c. c.
c. c.
Nilai riilnilai tukar Nilai riilnilai tukar
Nilai riilnilai tukar Nilai riilnilai tukar
Nilai riilnilai tukar Nilai riilnilai tukar uang adalah nilai uang yang
diukur dengan daya beli atau kemampuan uang tersebut untuk membeli berbagai barang dan jasa
sesuai dengan harga yang berlaku. Daya beli ter- gantung pada tingkat harga yang berlaku. Contoh:
pada musim panen harga gabah Rp 250,00kg. Bila kita mempunyai uang Rp 10.000,00; maka kita da-
pat membeli 40 kg gabah. Tetapi pada musim pace- klik harga gabah Rp 400,00kg, sehingga kita hanya
mampu membeli 25 kg gabah. Jadi, nilai tukar Rp 10.000,00 sama dengan 40 kg gabah pada musim
panen dan 25 kg gabah pada musim paceklik. Ber- dasarkan daya belinya uang dibedakan menjadi:
Nilai internal uang, yaitu daya beli uang dalam hubungannya dengan sejumlah barang atau
jasa dalam negeri. Nilai ekternal uang, yaitu nilai uang dalam ne-
geri terhadap nilai uang luar negeri kurs mata uang asing.
Nilai internal uang berbanding terbalik dengan harga barang. Artinya, jika harga barang dan jasa
naik, maka nilai internal uang akan turun sehingga menyebabkan inflasi. Inflasi adalah keadaan di
mana harga barang mengalami kenaikan terus- menerus karena jumlah uang yang beredar melebi-
hi kebutuhan. Kebalikan dari inflasi adalah deflasi. Deflasi adalah keadaan yang menunjukkan harga
barang di masyara kat cenderung turun karena uang yang beredar terlalu sedikit.
G. Standar uang
Standar uang adalah satuan perbandingan un- tuk uang. Yang menentukan standar uang adalah
pemerintah. Ada negara yang menggunakan stan- dar uang emas dan perak atau hanya salah satu di
antaranya. Suatu negara yang menggunakan satu macam
logam sebagai standar uang berarti negara tersebut menggunakan standar tunggal monometalisme.
Jika emas digunakan sebagai standar, maka disebut standar emas. Jika perak digunakan sebagai stan-
dar, maka disebut standar perak. Suatu negara yang menggunakan dua macam
logam emas dan perak sebagai standar uang, maka negara tersebut menggunakan standar kembar bi-
metalisme. Dalam praktik ada negara yang menetapkan
satu macam logam sebagai standar uang, misalnya emas. Tetapi di samping mata uang emas tersebut,
juga beredar jenis logam lain yaitu perak sebagai alat pembayaran yang sah untuk jumlah yang ter-
batas. Pembuatan perak sebagai alat pembayaran yang sah biasanya sangat terbatas. Dalam situasi
semacam ini, mata uang perak hanya sebagai mata uang tanda, yaitu sebagai alat bayar yang sah da-
lam jumlah yang terbatas. Apabila emas dipakai sebagai standar mata
uang dan sekaligus perak beredar sebagai alat ba- yar yang sah, maka yang demikian disebut standar
pincang. Di Indonesia sistem keuangan berasas pa-
da sistem a-metalistis atau bahan bukan logam,
yaitu sistem bahan kertas yang pengeluarannya dibatasi oleh suatu ikatan bahan emas yang disebut
jaminan emas bagi peredaran.
H. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai uang
Beberapa faktor yang mempengaruhi naik tu- runnya nilai uang ialah permintaan, penawaran,
uang yang beredar, dan kebijakan pemerintah. 1. Faktor permintaan
Bila permintaan akan uang meningkat, maka nilai uang tersebut akan naik. Sebaliknya, jika per-
mintaan akan uang itu sedikit, nilai uang dapat di- lihat dari cepat atau lambatnya peredaran uang.
Besar kecilnya permintaan terhadap uang ditentu- kan olah: jumlah kekayaan, tingkat tabungan, dan peru-
bahan harga-harga masa depan.
Di unduh dari : Bukupaket.com
117
Black 117 Cyan 117
2. Faktor penawaran
Bila uang yang ditawarkan meningkat, maka nilai uang itu akan turun. Sebaliknya, bila uang
yang ditawarkan turunsedikit, maka nilai uang akan naik. Misalnya, jumlah uang rupiah banyak
ditawarkan untuk membeli dolar, maka perminta- an terhadap dolar meningkat sedangkan nilai un-
tuk rupiah menurun. 3. Faktor uang yang beredar
Uang beredar adalah semua jenis uang yang beredar di masyarakat. Semakin besar uang yang
beredar di masyarakat, harga barang akan semakin naik sehingga nilai uang akan turun. Apabila jum-
lah uang yang beredar di masyarakat semakin ber- kurang, harga barang akan turun dan nilai uang
naik. 4. Faktor kebijakan pemerintah
Pemerintah dan Bank Indonesia akan senan- tiasa mengeluarkan kebijakan untuk menjaga ke-
stabilan uang yang beredar di masyarakat. Jumlah uang yang beredar di masyarakat sangat erat hu-
bungan dengan nilaiharga uang. Peredaran uang yang tidak diimbangi dengan arus barang dan jasa
akan menimbulkan inflasi. Kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan uang disebut kebijakan
moneter.
I. Motif seseorang menyimpan uang
Orang sibuk bekerja siang dan malam tanpa mengenal lelah karena terdorong oleh keinginan
mengumpulkan uang sebanyak mungkin. Menurut J. M. Keynes, orang senang memegang uang secara
tunai karena tiga alasan, yaitu: motif transaksi, mo- tif berjaga-jaga, dan motif spekulasi.
1. Motif transaksi transactional motive
Orang memegang uang untuk memenuhi dan melancarkan transaksi-transaksi yang dilakukan
dengan orang lain. Permintaan akan uang dari ma- syarakat untuk tujuan ini dipengaruhi oleh penda-
patan nasional dan tingkat bunga. S emakin besar pendapatan nasional, semakin besar pula transaksi
yang dilakukan masyarakat dan semakin besar pu- la kebutuhan akan uang untuk memenuhi tujuan
transaksi tersebut. 2. Motif berjaga-jaga precautionary motive
Orang biasanya berjaga-jaga karena tidak tahu pasti peristiwa apa yang akan menimpanya di
masa depan. Orang akan lebih siap untuk mengha- dapi hal-hal yang tidak dapat diduga sebelumnya
bila mempunyai uang. Misalnya, kecelakaan lalu lintas, kebakaran dan lain-lain. Untuk membiayai
peristiwa yang tidak terduga tersebut, diperlukan tabungan. S elain i tu, o rang j uga b erpikir a kan
mendapatkan banyak keuntungan dari menyim- pan uang atau tabungan, karena sifat uang itu li-
kuid, yaitu mudah ditukarkan dengan barang- barang lain dan dapat dipergunakan setiap saat.
3. Motif spekulasi speculative motive
Motif spekulasi bertujuan untuk memperoleh keuntungan dengan mengetahui secara baik situasi
pasar yang akan terjadi di masa yang akan datang. Keuntungan itu akan diperoleh, jika yang diramal-
kan itu benar-benar terjadi. Banyaknya uang yang ditahan atau disimpan tergantung sekali pada ting-
kat bunga yang berlaku.
J. Faktor-faktor yang mempengaruhi peredaran uang di masyarakat