Krisis multidimensi smp9ips IPS RatnaSukmawati
240
Faktor demografi dan sosial budaya. Faktor geografi, hidrografi, geologi dan topo-
grafi. Faktor klimatologi.
Faktor flora dan fauna. Faktor kemungkinan pengembangan.
Pola pembangunan nasional, sebagaimana telah dituangkan dalam GBHN, yaitu Pola Pembangun-
an Nasional Jangka Pendek 5 tahun yang dikenal dengan Repelita dan Pola Pembangunan Jangka
Panjang 25 Tahun. Pada tanggal 1 April 1969, dimulai pelaksanaan Rencana P embangunan Lima T ahun
Tahap Pertama Repelita I. Setiap R epelita dalam Pembangunan Jangka
Panjang Tahap Pertama yang menjadi perhatian khusus adalah sektor pertanian. Pembangunan na-
sional Indonesia dari Repelita ke Repelita berikutnya terus mengalami peningkatan keberhasilan pemba-
ngunan. Hal itu dapat dilihat dari fakta empiris, bahwa pendapatan per kapita bangsa Indonesia te-
rus meningkat dan masyarakat miskin terus menga- lami penurunan sampai tahun 1996.
Pada awal Repelita I, pendapatan per kapita negara Indonesia adalah 70 dolar Amerika. Pada
akhir Repelita V, pendapatan per kapita telah men- capai 920 dolar Amerika. Pada tahun 1970 di antara
100 orang Indonesia terdapat 60 orang yang tergo- long miskin dan pada tahun 1993 di antara 100
orang terdapat 14 orang yang miskin. Bersamaan dengan dimulainya Repelita VI pa-
da tanggal 1 April 1994, Indonesia memasuki Pemba- ngunan Jangka Panjang Tahap Kedua. Tahun 1999 -
2004 merupakan P embangunan Lima T ahun Ke-7 dari Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua.
7 .1 .4 Menat a K ehid u pan Polit ik
Setelah berkuasa, pemerintah Orde Baru meng- ambil langkah-langkah penting untuk menjalan-
kan roda pemerintahan. Beberapa langkah penting yang diambil pemerintah Orde Baru adalah seba-
gai berikut. Mendasarkan seluruh kebijakan pemerintah
pada UUD 1945 dan Pancasila. Untuk memurnikan dan menertibkan hukum
yang berlaku sesuai dengan ketetapan MPRS, pemerintah Orde Baru membentuk undang-
undang yang menghapuskan semua produk Orde Lama yang tidak sesuai dengan Pancasila
dan UUD 1945. Produk-produk Orde Lama itu berbentuk penetapan presiden dan peraturan
presiden. Yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 dicabut. Sebagian lagi yang tidak
bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 dipertahankan.
Menjadikan MPR sebagai lembaga tertinggi, bu- kan presiden. Dalam hal ini, presiden bertang-
gung jawab kepada MPR. Melaksanakan pemilihan umum. Sejak berku-
asa hingga runtuh, pemerintah Orde Baru telah melaksanakan enam kali pemilu. Pemilu perta-
ma dilaksanakan pada tahun 1971. Selanjutnya pemilu dilaksanakan setiap lima tahun sekali
1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Melakukan penyederhanaan partai politik. Pa-
da masa Orde Lama, terjadi ketidakstabilan politik karena ada banyak partai politik. Peme-
rintah Orde Baru mengambil kebijakan untuk mengurangi jumlah partai-partai di Indonesia.
Partai-partai yang ada tidak dibubarkan, tetapi diminta untuk diga bung fusi berdasarkan
persamaan program. Penggabungan itu meng- hasilkan tiga kekuatan social politik, yaitu: Par-
tai Persatuan Pembangunan PPP, Golongan Karya, dan Partai Demokrasi Indonesia.
Mensosialisasikan Panca sila sebagai sa tu- satunya asas partai dan organisasi massa.
Pemerintah Orde Baru juga menggalakkan pro- gram penataran P4 Pedoman Penghayatan,
dan Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Tujuan dari penataran P4 ini adalah untuk
mencapai kesamaan cara pandang bernegara untuk mencapai persatuan dan kesatuan bang-
sa. Untuk mengembangkan demokrasi Pancasila,
lembaga-lembaga perwakilan rakyat DPR dan MPR memainkan peran penting. Melalui lem -
baga-lembaga perwakilan rakyat itu, keinginan dan pengawasan rakyat terhadap pemerintah
diusahakan agar bisa disalurkan.
7 .1 .5 Kejat uhan Pem er int ahan Or d e B ar u
Orde Baru yang muncul sebagai koreksi total terhadap Orde Lama ternyata hanya dalam ucap-
an. Dalam perjalanan waktu, ternyata selama Or- de Baru berkuasa banyak terjadi penyimpangan
yang membawa Indonesia ke dalam krisis multi dimensi.