Tindak lanjut pengemban Supersemar Sidang MPRS 1966

236 pemerintah. Presiden Soekarno memerintahkan Brigjen Sabur Komandan Resimen Cakrabirawa untuk menyusun konsep surat perintah kepada Letjen Soeharto. Supersemar ini diberikan untuk memulihkan keamanan dan ketertiban serta men- jaga wibawa pemerintah. Dalam menjalankan tu- gas, penerima mandat diharuskan melaporkan se- gala sesuatu kepada Presiden sebagai pemberi mandat. Tanggal 11 Maret 1966 dianggap sebagai titik awaltonggak sejarah la hirnya Orde Baru. Supersemar mengandung beberapa pokok pi- kiran sebagai berikut.  Mengambil segala tindakan yang dianggap per- lu, untuk terjaminnya keamanan dan ketertib- an serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya Revolusi, serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan Presiden Panglima TertinggiPemimpin Besar Revolusi Mandataris MPRS demi keutuhan Bangsa dan Negara Republik Indonesia.  Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan panglima-panglima angkatan lain de- ngan sebaik-baiknya.  Supaya melaporkan segala sesuatu yang ber- sangkutan dalam tugas dan tanggung jawab- nya seperti tersebut di atas. Surat perintah tersebut malam itu juga diteri- ma oleh Letjen Soeharto. Dengan surat perintah ter- sebut Soeharto bebas untuk bertindak mengatasi keadaan.

B. Tindak lanjut pengemban Supersemar

Pengemban Supersemar terlebih dahulu me- nandatangani Surat Keputusan Presiden No .13 1966, tertanggal 12 Maret 1966 atas nama Presiden Panglima Tertinggi ABRIMandataris MPRSPBR, yakni sebagai berikut.  Membubarkan PKI beserta ormas-ormasnya dan menyatakannya sebagai partai terlarang, terhitung sejak 12 Maret 1966.  Mengamankan menteri yang terlibat ataupun mendukung G 30 SPKI di antaranya Dr. Suban- drio dan Chairul Saleh.  Memurnikan MPRS dan lembaga negara lain- nya dari unsur PKI dan menempatkan peranan lembaga-lembaga itu sesuai dengan UUD 1945. Presiden Soekarno tetap menjabat sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Pada tang- gal 22 Juni 1966, Presiden Soekarno mengucapkan pidato pertanggungjawaban di depan Sidang MPRS. Pidato Presiden yang dikenal dengan nama Pidato Nawaksara ini ditolak oleh MPRS.

C. Sidang MPRS 1966

Pasca Supersemar, MPRS mulai membangun citranya sebagai lembag a tertinggi negara y ang mampu menjalankan fungsinya berdasarkan UUD 1945. MPRS mengadakan sidang yang dipimpin ketuanya, Jenderal A. H. Nasution. Sidang berlang- sung antara tanggal 20 Juni–5 Juli 1966. Gambar 7.1.1 Sidang Umum MPRS tanggal 20 Juni - 5 Juli 1966 meng-hasilkan beberapa keputusan penting yang mempengaruhi jalannya negara Indonesia pasca G 30 SPKI. Sum ber: 30 T ahu n In do ne sia M er de ka . Di unduh dari : Bukupaket.com 237 Keputusan-keputusan penting yang diambil dalam sidang tersebut adalah sebagai berikut.  Tap No. IXMPRS1966 berisi pengukuhan Su- persemar sehingga Presiden Soekarno tidak da- pat mencabutnya.  Tap No. XMPRS1966 berisi pengukuhan ke- dudukan MPRS sebagai MPR berdasarkan UUD 1945.  Tap No. XIMPRS1966, menetapkan penyeleng- garaan Pemilu paling lambat tanggal 5 Juli 1968.  Tap No. XIIIMPRS1966, berisi pemberian ke- kuasaan kepada Jenderal Soeharto untuk mem- bentuk Kabinet Ampera.  Tap No. XVIIIMPRS1966, berisi pencabutan Tap No. IIIMPRS1963 yang berisi pengangkatan Soekarno sebagai presiden seumur hidup.  Tap No. XXVMPRS1966, berisi pengukuhan atas pembubaran PKI dan ormas-ormasnya serta melarang penyebaran ajaran ma rxisme dan komunisme di Indonesia.

D. Kepemimpinan nasional