Agresi Militer Belanda II

Black 49 C y a n 4 9 49 Sasaran utama Agresi Militer Belanda I adalah Jawa dan Sumatera. J awa dan S umatera menjadi sasaran utama dengan alasan untuk mempersem- pit wilayah RI dan ingin menduduki kota-kota yang strategis dan penting. Dalam Agresi Militer I ini, Belanda berhasil me- nguasai Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah sebelah utara, sebagian Jawa Timur, Madura, dan sebagian Sumatera Timur. Di daerah-daerah tersebut Belan- da mendirikan negara-negara bagian. Belanda melancarkan agresi militer dengan tu- juan sebagai berikut.  Mengepung ibu kota RI dan menghapuskan ke- daulatan RI tujuan politik.  Merebut pusat-pusat penghasil makanan dan bahan ekspor tujuan ekonomi.  Menghancurkan TNI tujuan militer. Agresi Militer I ini mendapat reaksi dari dunia internasional. Inggris dan Amerika Serikat tidak menyetujui tindakan agresi ini. India dan Austra- lia mengajukan usul agar soal Indonesia dibahas dalam Dewan Keamanan. Pada tanggal 1 Agustus 1947, Dewan Keamanan PBB mendesak Indonesia dan Belanda untuk meng- adakan gencatan senjata. Pada tanggal 4 Agustus 1947, Republik Indonesia dan Belanda mengu- mumkan gencatan senjata. Dengan demikian, berakhirlah Agresi Militer Belanda yang pertama. Meskipun secara resmi telah ada gencatan senjata, Belanda masih berusaha memperluas wi- layahnya. Batas terakhir perluasan wilayah yang dikuasai Belanda itulah yang dituntut sebagai garis demarkasi. Garis demarkasi ialah garis khayal yang kemudian dikenal sebagai “Garis van Mook”. Untuk mengawasi pelaksanaan gencatan sen- jata dibentuk Komisi Konsuler. Anggota komisi ber- asal dari beberapa Konsul Jenderal di Indonesia. Komisi ini diketuai oleh Dr. Walter Foote Konsul Jenderal Amerika Serikat. Anggotanya terdiri dari Konsul Jenderal Cina, Belgia, Perancis, Inggris, dan Australia. Dalam laporannya kepada Dewan Kea- manan PBB, Komisi Konsuler menyatakan bahwa:  sejak tanggal 30 Juli - 4 Agustus 1947, pasukan Belanda masih mengadakan gerakan-gerakan militer;  pemerintah Indonesia menolak garis demarkasi Garis van Mook yang dituntut Belanda; dan  perintah penghentian tembak-menembak dira- sakan tidak memuaskan.

L. Agresi Militer Belanda II

Pertikaian yang terjadi di kalangan Republik akibat dari perjanjian Renville, kegoncangan di kalangan TNI, serta penumpasan pemberontakan PKI di Madiun menyita kekuatan Republik Indo- nesia. Situasi itu memberi kesempatan bagi Belanda untuk menekan Republik Indonesia. Perundingan-perundingan yang dilakukan di bawah pengawasan KTN selalu menemui jalan buntu. Pada tanggal 13 Desember 1948, Mohammad Hatta meminta kembali KTN untuk menyelengga- rakan perundingan dengan Belanda. Pada tanggal 18 Desember 1948, Dr. Beel me- nyatakan bahwa pihak Belanda tidak mengakui dan tidak terikat lagi dengan perjanjian Renville Oleh karena itu Belanda merasa bebas melaksana- kan agresi terhadap Republik Indonesia. Belanda dengan seluruh kekuatan melakukan Agresi Militer II pada tanggal 19 Desember 1948 dengan menyerbu Yogyakarta. Lapangan terbang Maguwo dapat dikuasai Belanda. Serangan Belanda ke Yogyakarta dilakukan sangat mendadak. Dalam waktu yang relatif singkat, Yogyakarta dapat diku- asai Belanda. Para pimpinan RI ditangkap Belanda. Para pemimpin RI yang ditangkap Belanda antara lain Soekarno, Hatta, Syahrir, Agus Salim, Mohammad Roem, dan A.G. Pringgodigdo. Mereka diterbangkan ke Prapat, Sumatera. Presiden Soe- karno sebelum ditawan memberi kuasa kepada Safruddin Prawiranegara yang berada di Sumatera untuk membentuk pemerintahan darurat Peme- rintah Darurat Republik IndonesiaPDRI di Bukit Tinggi Sumatera Barat. Dengan Agresi Militer II dapat dikatakan bahwa Belanda memperoleh kemenangan besar , karena dapat menangkap semua pucuk pimpinan RI. Akan Gambar 2.1.6 Tentara Belanda ber gerak memasuki kota Yogyakarta dalam agresi militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948. Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1 Di unduh dari : Bukupaket.com 50 Black 50 C y a n 5 tetapi, dengan aksi penawanan oleh Belanda ter- sebut ternyata RI tidak lenyap. Belanda harus berhadapan dengan pasukan g erilya yang kerap menyulitkan pihak Belanda. Kontak senjata dan di- plomasi terus dilakukan. Serbuan Belanda atau Agresi Militer II menda- pat reaksi masyarakat internasional. Pada tanggal 7 Februari 1949, suara simpati kepada Indonesia atas terjadinya serbuan Belanda datang dari Ame- rika Serikat. Rasa simpati Amerika Serikat terhadap Indonesia diwujudkan dengan pernyataan-per- nyataan sebagai berikut.  Amerika Serikat menghentikan semua bantuan kepada Belanda sampai negeri ini menghenti- kan permusuhannya dengan Indonesia.  Mendesak pihak Belanda supaya menarik pasu- kannya ke belakang garis status quo Renville.  Membebaskan pemimpin-pemimpin Indonesia yang ditawan sejak 18 Desember 1948.  Mendesak Belanda untuk membuka kembali perundingan yang jujur dengan Indonesia atas dasar persetujuan Renville. Rasa simpati dunia internasional tidak hanya datang dari Amerika Serikat, tetapi juga dari Ru- sia, Cina, Kolumbia, dan negara-negara anggota PBB lainnya. Karena tekanan politik dan militer itulah akhir- nya Belanda mau menerima perintah Dewan Kea- manan PBB untuk menghentikan agresinya.

M. Serangan Umum 1 Maret 1949