Kesatuan aksi dalam menumbangkan Orde Lama

227 Dalam rangka menyelesaikan Gerakan 30 Sep- tember, pada tanggal 6 Oktober 1965 Presiden Soekar- no mengadakan sidang paripurna Kabinet Dwikora. Dalam sidang tersebut Presiden Soekarno menyata - kan sikapnya demikian: “PresidenPanglima Tertinggi ABRIPemimpin Besar Revolusi, Bung Karno menandaskan bahwa mengutuk pembunuh-pembunuh buas yang dilakukan oleh petu- alang-petualang kontra revolusi dari apa yang menama- kan diri Gerakan 30 September. Tidak membenarkan pem- bentukan apa yang dinamakan Dewan Revolusi. Hanya saya yang bisa mendemisioner kabinet dan bukan orang lain.”

D. Kesatuan aksi dalam menumbangkan Orde Lama

Aksi yang dilakukan oleh Gerakan 30 Septem- ber segera mendapat perlawanan dan reaksi keras dari masyarakat yang menemukan bukti keterli- batan PKI dalam gerakan tersebut. Akhir Oktober 1965, persatuan aksi yang di- bentuk para mahasisw a, pelajar, dan berbagai or - ganisasi lainnya menuntut pemerintah untuk mem- bubarkan PKI dan organisasi pendukungnya. Peme- rintah tidak segera menanggapi tuntutan masyara- kat dan Na sakom tetap dijad ikan prinsip kegi atan politik nasional. Kesatuan aksi pada tanggal 26 Oktober 1965 membentuk satu front, yaitu “Front Pancasila”. Ge- lombang demonstrasi menuntut dibubarkannya PKI di berbagai daerah. Hal itu menjurus ke arah konflik politik yang mengakibatkan korban jiwa yang besar di dalam masyarakat, terutama di Jawa, Bali, dan Sumatera Utara. Pada tanggal 10 Januari 1966, kesatuan aksi yang tergabung dalam “Front Pancasila” melakukan de- monstrasi di muka gedung DPR-GR. Mereka menga- jukan tiga tuntutan hati nurani rakyat yang dikenal dengan nama “Tritura” Tiga Tuntutan Rakyat. Isi Tritura adalah sebagai berikut .  Bubarkan PKI.  Bersihkan kabinet dari unsur-unsur G 30 SPKI.  Turunkan harga barang. Aksi menentang PKI ditunjukkan saat pelantik- an anggota Kabinet Dwikora yang disempurnakan pada tanggal 24 Februari 1966. Para demonstran menggelar aksi untuk menggagalkan peresmian kabinet. Dalam bentrokan di depan Istana Merdeka, seorang mahasiswa yang bernama Arief Rachman Hakim gugur terkena tembakan resimen Cakrabi- rawa. Pada tanggal 25 Februari 1966, Presiden Soe- karno membubarkan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia KAMI. Gambar 6.2.12 Tank prajurit TNI melintas di sebuah jalan di daerah Surakarta dalam rangka menumpas gerakan PKI pada tahun 1965. sum ber: In do ne sia in the S oe ha rto Y ea rs Gambar 6.2.14 Para mahasiswa mengadakan demonstrasi menyerukan Tritura di jalan-jalan ibu kota Jakarta sum ber: In do ne sia in the S oe ha rto Y ea rs Gambar 6.2.13 Nyono salah seorang anggota polit biro PKI sedang menjalani persidangan. Ia adalah Ketua Komite Daerah Jakarta Raya dan anggota DPR GRMPRS. Sum ber: In do ne sia in the S oe ha rto Y ea rs Di unduh dari : Bukupaket.com 228 RANGKUMAN 1. Ancaman dan gangguan dapat merusak ha- sil perjuangan bangsa Indonesia yang ber- satu dan berdaulat. Ancaman ini tidak hanya datang dari pihak luar , tetapi juga datang dari dalam negeri. 2. Pemberontakan PKI Madiun terjadi pada bu- lan September. Tokoh-tokoh yang mengge- rakkan pemberontakan adalah Muso dan Amir Syarifuddin. 3. Saat itu, Madiun berhasil dikuasai. Meski demikian, operasi penumpasannya berhasil Desember 1948. 4. Pemberontakan DITII di Jawa Barat dipim- pin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo. Pemberontakan dimulai dengan pernyataan berdirinya Negara Islam Indonesia pada tang- gal 4 Agustus 1949. 5. Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo ditang- kap di Gunung Geber tahun 1962, lantas dihukum mati. 6. Pemberontakan DITII di Kalimantan Selat- an dipimpin oleh Ibnu Hadjar pada bulan Oktober 1950. Pasukannya dinamakan “Ke- satuan Rakyat Tertindas”. 7. Pemberontakan DITII di Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kahar Muzakar . Pemberon- takan dimulai pada bulan Agustus 1952 dan berakhir pada bulan Juli 1965. 8. Pemberontakan DITII di Jawa Tengah dipim- pin oleh Amir Fatah, Moh. Mahfudz Abdul Rachman Kyai Somalangu. Pemberontakan dapat dihancurkan pada tahun 1954. 9. Pemberontakan DITII di Aceh dipimpin oleh Tengku Daud Beureueh. Pemberontakan di- mulai pada tanggal 20 September 1953. Pem- berontakan dapat dipatahkan pada tanggal 21 Desember 1962. 10. Pemberontakan di Aceh dimotori karena perasaan kecewa diturunkannya keduduk- an Aceh dari daerah istimewa menjadi ka- residenan di bawah provinsi Sumatera Uta- ra. 11. Salah satu peristiwa s ejarah p enting yang dialami bangsa Indonesia adalah Gerakan 30 September 1965, tragedi nasional yang di- kenal sebagai G 30 SPKI atau Gerakan 30 September Gestapu. Pemberontakan dige- rakkan oleh Letkol Untung dari Cakrabira- wa. 12. Para perwira yang diculik dan dibunuh ada- lah: Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayor Jen- deral R. Suprapto, Mayor Jenderal M. T. Har- yono, Mayor Jenderal S. Parman, Brigadir Jenderal D.I. Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, Letnan Satu Piere A. Tendean, Brigadir Polisi Karel Satsuit Tubun. Sementara itu di Yogyakarta yang menjadi korban adalah Kolonel Katamso dan Letkol Sugiyono. 13. Operasi penumpasan Gerakan 30 Septem- ber 1965PKI segera dilakukan dengan Mayjen Soeharto sebagai komando Angkat- an Darat. 14. Akhir Oktober 1965, persatuan aksi menun- tut pemerintah membubarkan PKI dan segala pendukungnya. Rakyat menuntut Tritura Tri Tuntutan Rakyat yang berisi: a bubarkan PKI, b bersihkan kabinet dari unsur PKI, c turunkan harga barang. Di unduh dari : Bukupaket.com 229 I. Jawablah “B” jika pernyataan BENAR dan “S” jika pernyataan SALAH 1. Pemberontakan DITII di Aceh disebabkan oleh rasa kekecewaan warga Aceh karena di- turunkannya kedudukan Aceh dari Daerah Istimewa menjadi karesidenan di bawah provinsi Sumatera Utara. 2. Salah satu tiga tuntutan raky at dalam T ri- tura adalah untuk membubarkan PKI.

II. Salinlah di buku tugasmu dan lengkapi dengan jawaban yang tepat

1. Pemimpin pemberontakan PKI di Madiun adalah ... . 2. PKI mengumumkan terbentuknya pemerin- tah baru di Madiun pada tanggal ... . 3. Pemimpin pemberontakan DITII di Jawa Ba- rat adalah ... . 4. Pemberontakan DITII di Aceh pada tahun 1953 dipimpin oleh ... . 5. Kahar Muzakar menyatakan daerah Sulawe- si Selatan sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia pada bulan ... . 6. Pemberontakan PKI pada tahun 1965 terke- nal dengan sebutan ... . 7. Panglima Kostrad yang memimpin operasi penumpasan terhadap G 30 SPKI adalah ... . 8. Jenazah para jenderal korban G 30 SPKI di- temukan di ... . 9. Tempat pembuangan jenazah para jenderal korban G 30 SPKI diketemukan berkat infor- masi dari ... . 10. Yang termasuk pahlawan revolusi adalah ... . III.Jawablah dengan singkat dan tepat 1. Mengapa PKI melancarkan pemberontakan pada tanggal 8 September 1948? Jelaskan 2. Apa yang kamu ketahui tentang Pemberon- takan DITII di Aceh? Berilah penjelasan se- lengkap mungkin 3. Bagaimana cara PKI memperoleh simpati dan dukungan luas dari pemerintah dan ma- syarakat? 4. Siapakah Letkol Untung yang terkenal da- lam Gerakan 30 September 1965? 5. Apa saja isi dari T ritura? 6. Bagaimana reaksi masyarakat yang mene- mukan bukti keterlibatan PKI dalam Gerak- an 30 September 1965? UJI KOMPETENSI DASAR 7. Berilah penjelasan tentang pemberontakan yang dilakukan Ibnu Hadjar di Kalimantan Selatan 8. Adakah persamaan dan perbedaan pembe- rontakan PKI pada tahun 1948 dan pembe- rontakan PKI tahun 1965?

IV. Studi Kasus

Bacalah baik-baik artikel di bawah ini dan jawablah perta- nyaan-pertanyaan yang diberikan “KAMI INGIN BERTANYA...” Wajah ke-60 perempuan itu telah dipenuhi ke- riput. Tak sulit menangkap keletihannya. Tetapi juga tak sulit menangkap semangat pantang menyerah dari pancaran mata mereka. Para perempuan sepuh dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur itu berada di Jakarta untuk menemui Komisi III Bidang Hukum, Perundang-undangan dan Hak Asasi Manu- sia DPR, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, dan untuk kedua kalinya secara formal menemui Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan Kom- nas Perempuan. Para perempuan itu adalah wakil korban peristiwa tahun 195. Mereka mengalami penyiksaan dan dike- nai sejumlah tuduhan y ang tak pernah d ibuktikan di pengadilan. Stigma sebagai “perempuan amoral”, “tak ber-Tuhan”, “bahaya laten”, stigma khusus bagi Gerakan Wanita Indonesia Gerwani, organisasi pe- rempuan yang selalu dikaitkan dengan PKI, tak per- nah diklarifikasi. Stigma yang diciptakan oleh suatu rezim itu lantas seperti menjadi bagian dari tubuh. Mereka memiliki fakta bahwa sebagian anggota masyarakat sipil yang melakukan kekerasan setelah malam tanggal 30 S eptember 1965 itu mengalami teror dan intimidasi dari penguasa militer untuk mem- bunuh atau dibunuh. Oleh karena itu, mereka meng- akui usaha Syarikat Masyarakat santri untuk Advokasi Rakyat Indonesia mempertemukan mereka dengan masyarakat lainnya menjadi penting untuk memba- ngun proses klarifikasi atas Tragedi 1965. Hasil klari- fikasi itu menjadi pijakan untuk mendorong negara bertanggung jawab. Para relawan Syarikat Indonesia adalah saksi yang sering secara tak terduga menemukan fakta-fakta yang melibatkan keluarga terdekat mereka. Upaya rekonsiliasi dengan korban kerapkali menjadi upaya rekonsiliasi dengan diri sendiri. Namun dalam per- kembangannya, proses rek onsiliasi kul tural itu mengalami intimidasi dan teror dari aparat keamanan maupun kelompok- kelompok p aramiliter. Situasinya kembali sesak, setback,” ujar Imam Azis dari Syarikat Indonesia. Pertemuan sesama kor- ban selalu diawasi, b ahkan dibubarkan kalau sudah Di unduh dari : Bukupaket.com 230 agak formal. Rumekso Setiadi dari Syarikat Indonesia pernah dikejar-kejar ketua RT ketika sedang menyia- pkan acara terkait dengan upaya rekonsiliasi tersebut. Agung Putri dari Lingkar Tutur Perempuan, dalam di- alog nasional yang diselenggarakan Komnas Perem- puan m engenai p erempuan pembela hak- hak asasi manusia, mengatakan, perem-puan aktivis yang mela- kukan advokasi terkait de-ngan peristiwa 1965 men- dapat j ulukan “G erwani m uda” d engan s tigma-stig- manya. Tanpa UU KKR, lalu apa? Pada tahun 2000, se sungguhnya pernah ditetapkan Ketetapan MPR Nomor V, Tahun 2000 mengenai Per- satuan dan Kesatuan Nasional. Hal ini ditindaklanjuti DPR dengan menyusun suatu mekanisme penyele- saian pelanggaran hak-hak asasi manusia di masa lalu, melalui UU No 272004 tentang Komisi Kebenar- an dan Rekonsiliasi KKR. Dua produk kebijakan itu membuka ruang bagi mereka untuk menyuarakan kekerasan yang pernah dialami. Namun, kelegaan itu tak berumur panjang. UU KKR dica but oleh Mahkamah Konstitusi pada awal Desember 2006 dengan alasan bertentangan dengan konstitusi. Oleh karena itu, mereka memper- tanyakan langkah dan kebijakan apa yang telah dan akan dilakukan Parlemen dalam memperjuangkan pe- menuhan tanggung jawab negara atas Tragedi 65 sebagai bagian pelanggaran HAM masa lalu. Sejarawan Dr Baskara T Wardaya dari Pusat seja- rah dan Etika Politik Universitas Sanata Dharma, Yog- yakarta, yang dihubungi Jumat 92, mengatakan, perjuangan korban bukan untuk balas dendam atau meminta kompensasi finansial. “Mereka hanya butuh pengakuan atas apa yang terjadi di masa lalu,” ujar- nya. Keengganan mengakui pelanggaran hak-hak asasi manusia berat di masa lalu, menurut Baskara, banyak terkait dengan berbagai kepentingan khusus- nya posisi politik. Perjuangan merebut pengakuan itu tampaknya akan semakin berat. Seruan korban “Kami Ingin Bertanya...” barangkali untuk bertahun- tahun ke depan akan tinggal sebagai seruan tanpa jawaban. Disarikan dari: “Kami Ingin Bertanya...” oleh: Maria Hartiningsih pada Harian Kompas, Senin, 12 Februari 2007.

A. Menjawab Pertanyaan