Pola pembangunan nasional Asas, modal dasar, dan faktor dominan pembangunan nasional

238 1965 keluar dari keanggotaan PBB. Ketika Orde Ba- ru memegang pemerintahan, DPR-GR mendesak pemerintah supaya Indonesia masuk kembali men- jadi anggota PBB sebelum persidangan umum ta- hun 1966. Indonesia kembali aktif di PBB pada tanggal 28 September 1966. Sejak tahun 1967, politik luar negeri bebas aktif telah diterapkan secara konkret dalam menanggapi masalah-masalah internasional. Politik luar negeri dilakukan sesuai dengan maksud dan tujuan Pancasila dan UUD 1945. Keaktifan Indonesia dalam PBB secara nyata tampak dengan terpilihnya Menteri Luar Negeri Indonesia, Adam Malik, menjadi Ketua Majelis Umum PBB untuk masa sidang tahun 1974.

B. Mengakhiri konfrontasi dengan Malaysia

Konfrontasi dengan Malaysia terjadi karena Indonesia menganggap bahwa Malaysia adalah su- atu proyek neokolonialis Inggris yang membahaya- kan Revolusi Indonesia dan merupakan pangkalan asing yang ditujukan antara lain kepada Indone- sia. Hal ini berarti menentang Indonesia dan menen- tang New Emerging Forces di Asia Tenggara. Di sam- ping itu, Indonesia menentang Malaysia yang akan membentuk Federasi Malaysia. Konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia di- selesaikan melalui jalan damai, yakni jalan diplo- masi. Perundingan-perundingan antara Indonesia dan Malaysia terus dilaksanakan untuk menyele- saikan konfrontasi tersebut. Penyelesaian konfron- tasi Indonesia dengan Malaysia diprakarsai oleh Filipina. Pada tanggal 31 Juli–5 Agustus 1966, keti- ga negara, yaitu Indonesia, Filipina, dan Malaysia mengadakan pertemuan, yang menghasilkan tiga dokumen, yaitu Deklarasi Manila, Persetujuan Manila, dan Komunike Bersama. Untuk mempererat hubungan ketiga negara, di- bentuklah Forum Maphilindo Malaysia, Philippine, Indo- nesia yang dapat digunakan untuk memecahkan persoalan yang menyangkut kepentingan ketiga negara. Pihak Indonesia memanfaatkan forum ini untuk memecahkan masalah-masalah yang diha - dapinya, terutama konfrontasi dengan Malaysia. Pada tanggal 11 Agustus 1966, ditandatangani persetujuan normalisasi hubungan Malaysia– In- donesia. Malaysia diwakili Tun Abdul Razak, In- donesia diwakili Adam Malik. Persetujuan tersebut merupakan hasil dari perundingan di Bangkok pada tanggal 29 Mei–1 Juni 1966. Perundingan di Bangkok itu dikenal sebagai “Persetujuan Bangkok”. Persetujuan Bangkok mengandung tiga hal pokok, yakni sebagai berikut.  Rakyat Sabah dan Serawak akan diberi kesem- patan menegaskan lagi keputusan yang telah mereka ambil mengenai kedudukan mereka di Malaysia.  Kedua pemerintah Malaysia dan Indonesia menyetujui pemulihan hubungan diplomatik.  Menghentikan tindakan-tindakan permusuhan. Dengan ini berakhirlah politik konfrontasi yang tidak sesuai dengan dasar politik luar negeri bebas- aktif. Politik yang dilaksanakan selanjutnya adalah politik bertetangga dan bersahabat baik serta hidup berdampingan secara damai . 7 .1 .3 Pr og r am Pem b ang u nan N asional B er enc ana Pemerintah Orde Baru membuat program pem- bangunan nasional berencana. Program itu meliputi pola pembangunan nasional, asas, modal dasar, dan faktor dominan pembangunan nasional.

A. Pola pembangunan nasional

Tujuan pembangunan nasional adalah mencipta- kan masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan nasional dilaksanakan dengan mengikuti pola dasar tertentu. Pola dasar pembangunan nasional adalah pemb angunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia secara bertahap dan berencana. Pelaksanaan pembangunan tersebut bertumpu kepada Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan. Trilogi Pembangunan Indonesia adalah sebagai berikut.  Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju terciptanya keadilan sosial bagi selu- ruh rakyat.  Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.  Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. Delapan Jalur Pemerataan dari pembangunan nasional adalah sebagai berikut. Gambar 7.1.3 Kunjungan Presiden Soeharto ke Malaysia pada tahun 1970. Pemerintah Orde Baru memulihkan hubungan diplomatik dengan Malaysia. Sum ber: In do ne sia in the S oe ha rto Y ea rs Di unduh dari : Bukupaket.com 239  Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rak- yat, khususnya pangan, sandang, dan peru- mahan.  Pemerataan kesempatan mem peroleh pendi- dikan dan layanan kesehatan.  Pemerataan pembagian pendapatan.  Pemerataan kesempatan kerja.  Pemerataan kesempatan berusaha.  Pemerataan kesempatan berpartisipasi ambil bagian dalam pembangunan, khususnya bagi generasi muda dan kaum wanita.  Pemerataan penyebaran pembangunan di se- luruh wilayah tanah air.  Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.

B. Asas, modal dasar, dan faktor dominan pembangunan nasional

Pembangunan nasional Indonesia dilaksana- kan dengan memerhatikan asas pembangunan, modal dasar, dan faktor dominan pembangunan yang ada. Asas pembangunan nasional yang dimak-sud adalah sebagai berikut.  Asas manfaat. Pembangunan yang dilakukan ha- rus memberikan hasil guna bagi seluruh rakyat.  Asas usaha bersama dan kekeluargaan. Pembangun- an dilakukan secara gotong-royong dan dijiwai oleh semangat kekeluargaan.  Asas demokrasi. Masalah pembangunan nasional diatasi dengan cara musyawarah untuk men- capai mufakat.  Asas adil dan merata. Hasil pembangunan, baik materiil maupun spiritual harus dinikmati se- cara menyeluruh oleh rakyat.  Asas kehidupan dalam keseimbangan. Pembangunan perlu memperhatikan keseimbangan antara ke- pentingan rohani dan jasmani, kepentingan pribadi dan masyarakat, serta kepentingan na- sional dan internasional.  Asas kesadaran hukum. Pembangunan mengan- dalkan kesadaran warga serta menjamin ke- pastian hukum.  Asas kepercayaan kepada diri sendiri. Pembangunan terlaksana berdasarkan kemampuan, kekuatan, serta kepribadian bangsa. Adapun Modal Dasar Pembangunan Nasional adalah sebagai berikut.  Kemerdekaan dan kedaulatan bangsa. Kedaulatan memungkinkan bangsa Indonesia melaksana- kan pembangunan dalam rangka mengisi ke- merdekaan.  Jiwa dan semangat persatuan. Semangat Bhinneka Tunggal Ika menumbuhkan kesadaran melak- sanakan pembangunan secara bersama dan untuk kepentingan bersama.  Kedudukan geografis. Letak strategis di antara dua benua dan dua samudra memungkinkan Indo- nesia berperan penting dalam kancah politik dan ekonomi internasional dalam rangka me- nunjang pembangunan nasional.  Sumber-sumber kekayaan alam. Sumber daya alam Indonesia yang berlimpah ruah dapat dimanfa- atkan semaksimal mungkin demi lancarnya pembangunan di berbagai sektor kehidupan. Gambar 7.1.4 Pembangkit listrik tenaga uap di Muara Karang merupakan salah satu contoh pemanfaatan sumber kekayaan alam demi kesejahteraan masyarakat Indonesia. sum ber: M aj al ah T em po , 3-9 D es em be r 2007  Jumlah penduduk. Jumlah penduduk Indonesia yang besar merupakan sumber daya manusia yang potensial dan produktif sebagai pelaksana pembangunan.  Modal rohaniah dan mental. Ketakwaan dan kei- manan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kebu- latan tekad berdasarkan Pancasila memupuk kesiapan jiwa dan kesatuan sikap untuk bahu- membahu melaksanakan pembangunan.  Modal budaya. Keanekaragaman budaya Indone- sia yang dinamis memampukan bangsa mem- bangun sesuai dengan kepribadian sendiri.  Potensi efektif bangsa. Stabilitas nasional yang te- lah tercipta memungkinkan terciptanya keta- hanan nasional yang merupakan syarat pen- ting bagi kelangsungan pembangunan.  Angkatan bersenjata. TNI berperan aktif memeli- hara stabilitas nasional demi kelancaran pem- bangunan. Sedangkan faktor-faktor yang dominan dalam pembangunan nasional adalah sebagai berikut. Di unduh dari : Bukupaket.com 240  Faktor demografi dan sosial budaya.  Faktor geografi, hidrografi, geologi dan topo- grafi.  Faktor klimatologi.  Faktor flora dan fauna.  Faktor kemungkinan pengembangan. Pola pembangunan nasional, sebagaimana telah dituangkan dalam GBHN, yaitu Pola Pembangun- an Nasional Jangka Pendek 5 tahun yang dikenal dengan Repelita dan Pola Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun. Pada tanggal 1 April 1969, dimulai pelaksanaan Rencana P embangunan Lima T ahun Tahap Pertama Repelita I. Setiap R epelita dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama yang menjadi perhatian khusus adalah sektor pertanian. Pembangunan na- sional Indonesia dari Repelita ke Repelita berikutnya terus mengalami peningkatan keberhasilan pemba- ngunan. Hal itu dapat dilihat dari fakta empiris, bahwa pendapatan per kapita bangsa Indonesia te- rus meningkat dan masyarakat miskin terus menga- lami penurunan sampai tahun 1996. Pada awal Repelita I, pendapatan per kapita negara Indonesia adalah 70 dolar Amerika. Pada akhir Repelita V, pendapatan per kapita telah men- capai 920 dolar Amerika. Pada tahun 1970 di antara 100 orang Indonesia terdapat 60 orang yang tergo- long miskin dan pada tahun 1993 di antara 100 orang terdapat 14 orang yang miskin. Bersamaan dengan dimulainya Repelita VI pa- da tanggal 1 April 1994, Indonesia memasuki Pemba- ngunan Jangka Panjang Tahap Kedua. Tahun 1999 - 2004 merupakan P embangunan Lima T ahun Ke-7 dari Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua. 7 .1 .4 Menat a K ehid u pan Polit ik Setelah berkuasa, pemerintah Orde Baru meng- ambil langkah-langkah penting untuk menjalan- kan roda pemerintahan. Beberapa langkah penting yang diambil pemerintah Orde Baru adalah seba- gai berikut.  Mendasarkan seluruh kebijakan pemerintah pada UUD 1945 dan Pancasila.  Untuk memurnikan dan menertibkan hukum yang berlaku sesuai dengan ketetapan MPRS, pemerintah Orde Baru membentuk undang- undang yang menghapuskan semua produk Orde Lama yang tidak sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Produk-produk Orde Lama itu berbentuk penetapan presiden dan peraturan presiden. Yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 dicabut. Sebagian lagi yang tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 dipertahankan.  Menjadikan MPR sebagai lembaga tertinggi, bu- kan presiden. Dalam hal ini, presiden bertang- gung jawab kepada MPR.  Melaksanakan pemilihan umum. Sejak berku- asa hingga runtuh, pemerintah Orde Baru telah melaksanakan enam kali pemilu. Pemilu perta- ma dilaksanakan pada tahun 1971. Selanjutnya pemilu dilaksanakan setiap lima tahun sekali 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.  Melakukan penyederhanaan partai politik. Pa- da masa Orde Lama, terjadi ketidakstabilan politik karena ada banyak partai politik. Peme- rintah Orde Baru mengambil kebijakan untuk mengurangi jumlah partai-partai di Indonesia. Partai-partai yang ada tidak dibubarkan, tetapi diminta untuk diga bung fusi berdasarkan persamaan program. Penggabungan itu meng- hasilkan tiga kekuatan social politik, yaitu: Par- tai Persatuan Pembangunan PPP, Golongan Karya, dan Partai Demokrasi Indonesia.  Mensosialisasikan Panca sila sebagai sa tu- satunya asas partai dan organisasi massa. Pemerintah Orde Baru juga menggalakkan pro- gram penataran P4 Pedoman Penghayatan, dan Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Tujuan dari penataran P4 ini adalah untuk mencapai kesamaan cara pandang bernegara untuk mencapai persatuan dan kesatuan bang- sa.  Untuk mengembangkan demokrasi Pancasila, lembaga-lembaga perwakilan rakyat DPR dan MPR memainkan peran penting. Melalui lem - baga-lembaga perwakilan rakyat itu, keinginan dan pengawasan rakyat terhadap pemerintah diusahakan agar bisa disalurkan. 7 .1 .5 Kejat uhan Pem er int ahan Or d e B ar u Orde Baru yang muncul sebagai koreksi total terhadap Orde Lama ternyata hanya dalam ucap- an. Dalam perjalanan waktu, ternyata selama Or- de Baru berkuasa banyak terjadi penyimpangan yang membawa Indonesia ke dalam krisis multi dimensi.

A. Krisis multidimensi