Kompetensi Kewaganegaraan Analisis Hakikat Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

26

e. Komitmen Kewarganegaraan

Perpaduan antara kecakapan dengan watak kewarganegaraan menumbuhkan komitmen. Komitmen menunjuk pada suatu sikap seseorang berdasarkan nilai-nilai yang dimiliki dan diwujudkan melalui perilaku. Komiten mengandung makna adanya: 1 keyakinan kepercayaan; 2 kemauan; 3 kesetiaan loyalitas 4 kebanggaan. Komitmen adalah suatu rasa identifikasi, keterlibatan, dan loyalitas kesetiaan atau derajat, dan kepercayaan serta penerimaan yang kuat terhadap nilai-nilai.

f. Keteguhan

Perpaduan antara pengetahuan dengan watak kewarganegaraan menumbuhkan keteguhan. Keteguhan merupakan kekuatan atau ketetapan hati, iman, niat; atau kekukuhan hati dan ketabahan jiwa yg beginilah yg menunjukkan sifat keperwiraannya; kesetiaannya tidak diragukan lagi. Keteguhan dapat juga diartikan kuat untuk tetap pada pendiriannya, ketika kata hati menuntutnya.

1. Analisis Asumsi Normatif dan Asumsi Positif PPKn

Asumsi normatif dan asumsi positif mengenai Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalahsebagai berikut. a. Bahwa selama Negara Indonesia berdiri, Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 tidak akan berubah karena diterima sebagai inti komitmen nasional kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia, dan NKRI merupakan bentuk final ketatanegaran RI, sebagaimana komitmen MPR. b. Bahwa tatanan kehidupan demokrasi Indonesia pada dasarnya merupakan sistem kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia yang bersumber dari dasar negara Pancasila sebagaimana tersurat pada alinea keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945. c. Bahwa pembangunan demokrasi konstitusional Indonesia mengandung missi pembangunan ide, nilai, prinsip dan konsep demokrasi melalui instrumentasi demokrasi dalam berbagai latar kehidupan dan pendidikan demokrasi untuk generasi muda sebagai pewaris bangsa di masa depan. d. Bahwa pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan merupakan wahana psiko-pedagogis pada domain kurikuler, sosio-andragogis pada domain PPKn SMP KK H 27 sosial-kultural, dan epistemologis pada domain akademik, dalam pendidikan demokrasi konstitusional Indonesia. e. Bahwa sebagai wahana pendidikan demokrasi, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berfungsi mewujudkan kesatuan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak yang koheren dari konsepsi pendidikan tentang demokrasi, pendidikan melalui demokrasi, pendidikan untuk membangun demokrasi. f. Bahwa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai muatan wajib kurikulum pendidikan dasar dan menegah memiliki fungsi sebagai pendidikan untuk membangun karakter bangsa, yang secara substansial dirancang secara nasional, dan diwujudkan sebagai praksis pendidikan yang konsisten dan koheren dengan komitmen kebangsaan Indonesia pada tingkat satuan pendidikan. g. Bahwa pendidikan untuk kewarganegaraan Indonesia yang demokratis yang menjadi missi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, tidak bersifat chauvenistik, melainkan berwawasan kosmopolit guna menghasilkan warganegara Indonesia yang baik dan cerdas, dan sekaligus menjadi warga dunia yang toleran.

2. Analisis Substansi kebijakan Nasional

Bertolak dari ke 7 tujuh asumsi tersebut, ada beberapa substansi kebijakan nasional tentang kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah sebagai berikut. a. Sebagai sumber ide dan norma inti dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, perlu kajian mendalam terhadap ide, dan nilai yang secara substantif terkandung dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, dalam konteks historis dan sosio-politis tumbuh dan berkembangnya komitmen nasional kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI merupakan bentuk final ketatanegaran RI. b. Sebagai instrumentasi dari ide dan norma inti Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945, perlu kajian mendalam secara komprehensif terhadap tatanan kehidupan demokrasi Indonesia sebagai sistem kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia yang bersumber dari dasar negara Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.