Rangkuman Modul PKB 2017 PPKn SMP KK H

158 G. Umpan Balik Tindak Lanjut: Jika Anda memperkirakan bahwa pencapaian Anda sudah melebihi 85, silakan Anda terus mempelajari modul berikutnya yaitu “Analisis keberagaman yang Berbhinneka Tunggal Ika dan Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia”, namun jika Anda menganggap pencapaian Anda masih kurang dari 85, sebaiknya Anda ulangi kembali kegiatan belajar dalam modul ini. PPKn SMP KK H 159 Kegiatan Pembelajaran 10 Analisis Keberagamaan yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika dan Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia

A. Tujuan

1. Dengan mencermati materi modul peserta diklat mampu mendiskripsikan dan menganalisis Keberagamaan yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika dan Analisis Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia toleransi 2. Dengan tugas kelompok peserta diklat dapat memberi contoh Keberagamaan yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika dan Analisis Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia toleransi 3. Dengan berdiskusi peserta diklat mampu menganalisis contoh Keberagamaan yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika dan Analisis Toleransi AntarUmat Beragama di Indonesia menjaga kekayaan budaya bangsa

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Peserta Diklat Mampu mendiskripsikan dan menganalisis Keberagamaan yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika dan Analisis Toleransi AntarUmat Beragama di Indonesia toleransi 2. Peserta Diklat Mampu memberi contoh Keberagamaan yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika dan Analisis Toleransi AntarUmat Beragama di Indonesia toleransi 3. Peserta Diklat Mampu menganalisis contoh Keberagamaan yang Ber- Bhinneka Tunggal Ika dan Analisis Toleransi AntarUmat Beragama di Indonesia menjaga kekayaan budaya bangsa 160 C. Uraian Materi

1. Analisis Keberagamaan yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan negara Indonesia. Secara konstitusional, tertuang dalam pasal 36A Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi “Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika’. Semboyan ini tertulis di dalam lambang negara Indonesia Garuda Pancasila. Istilah “Bhinneka Tunggal Ika” dipetik dari Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. Istilah tersebut tercantum dalam bait 5 pupuh 139. Istilah Bhinneka Tunggal Ika semula menunjukkan semangat toleransi keagamaan, kemudian menjadi semboyan bangsa Indonesia. Sebagai semboyan bangsa konteks permasalahannya bukan hanya menyangkut toleransi beragama tetapi jauh lebih luas seperti yang umum disebut dengan istilah suku, agama, ras, dan antar golongan SARA. Lambang negara Indonesia lengkap dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 1951 tentang Lambang Negara. Dianalisis secara etimologi Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Sansekerta itu terdiri dari kata Bhinneka, Tunggal, dan Ika. Kata Bhinneka berasal dari kata Bhinna dan Ika. Bhinna artinya berbeda-beda dan Ika artinya itu. Jadi, kata Bhinneka berarti yang berbeda beda itu. Analisa lain menunjukkan bahwa kata bhinneka terdiri dari unsur kata bhinn-a-eka. Unsur a artinya tidak, dan eka artinya satu. Jadi, kata bhinneka juga dapat berarti yang tidak satu. Kata “Tunggal” artinya satu, dan Ika artinya itu. Berdasarkan analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa semboyan “Bhinneka Tunggal Ika berarti yang berbeda-beda itu dalam yang satu itu atau beranekaragam namun satu jua. Pursika, 2009 Kebhinnekaan atau yang berbeda-beda itu menunjuk pada realitas objektif masyarakat Indonesia dengan keanekaragaman tinggi. Keanekaragaman masyarakat Indonesia dapat ditemukan dalam berbagai bidang kehidupan. Makna kesatuan tunggal ika dalam Bhinneka Tunggal Ika merupakan cerminan rasionalitas yang lebih menekankan kesamaan daripada perbedaan. Kesatuan adalah upaya untuk menciptakan wadah yang mampu menyatukan perbedaan atau keanekaragaman. Pursika, 2009