Analisis Keberagamaan yang Ber-Bhinneka Tunggal Ika

PPKn SMP KK H 161 Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa Bhinneka Tunggal Ika merupakan pernyataan jiwa dan semangat bangsa Indonesia yang mengakui realitas bangsa yang majemuk, namun tetap menjunjung tinggi kesatuan. Bhinneka Tunggal Ika merumuskan dengan tegas adanya harmoni antara kebhinnekaan dan ketunggalikaan, antara keanekaan dan keekaan, antara keanekaragaman dan kesatuan, antara hal banyak dan hal satu, atau antara pluralisme dan monisme. Bhinneka Tunggal Ika adalah cerminan keseimbangan antara unsur perbedaan yang menjadi ciri keanekaan dengan unsur kesamaan yang menjadi ciri kesatuan Rizal Mustansyir, 1995: 52empati. Keseimbangan itu sendiri merupakan konsep filsafat yang selalu terletak pada ketegangan di antara dua titik ekstrim, yaitu keanekaan mutlak di satu pihak dan kesatuan mutlak di pihak lain. Setiap kali segi keanekaan yang menonjolkan perbedaan itu memuncak akan membawa kemungkinan munculnya konflik, maka kesatuanlah yang akan meredakan atas dasar kesadaran nasional. Demikian pula sebaliknya, manakala segi kesatuan yang menonjolkan kesamaan itu tampil secara berlebihan, maka keanekaan selalu mengingatkan bahwa perbedaan adalah kodrat sekaligus berkah yang tak terelakkan. Cita-cita keberagamaan dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah keberagamaan yang ber-bhinneka tunggal ika. Keberagamaan yang ber- bhinneka tunggal ika adalah kehidupan keberagamaan yang berkebudayaan, artinya setiap pemeluk agama di Indonesia dapat dengan leluasa menjalankan agama yang diyakininya, dan saling menghormati antar pemeluk agama yang lain. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 29 ayat 1 UUD NRI Tahun 1945 menegaskan bahwa ”Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”. Pasal ini menekankan pengakuan negara atas Tuhan Yang Maha Esa sebagai Causa Prima, tanpa terikat oleh definisi menurut salah satu agamaNoorsena, 2011.Negara berdasarkan atas kesadaran adanya Tuhan yang Maha Esa, tetapi tidak identik dengan salah satu agama. Jika disandingkan dengan ketentuan Pasal 29 UUD NRI Tahun 1945 ayat 2 yang berbunyi “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamnya dan kepercayaannya itu”menghargai perbedaan agama dan kepercayan. Pasal ini menegaskan bahwa konsep keberagamaan yang dianut negara bukan konsep keberagamaan tunggal tetapi beragam agama. 162 Keberagamaan yang ber-bhinneka tunggal ika memandang perbedaan dalam agama merupakan realitas, karena itu perbedaan agama tidak perlu lagi untuk dibeda-bedakan. Membeda-bedakan agama justru dapat menimbulkan bahaya disintegrasi. Perbedaan agama dalam kebhinnekaan perlu disinergikan atau dikelola dengan cara mendayagunakan aneka perbedaan menjadi modal sosial untuk membangun kebersamaan. Karena kesatuan dicirikan oleh adanya kesamaan, maka untuk mewujudkan cita-cita kesatuan di tengah-tengah kebhinnekaan diperlukan adanya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk melihat kesamaan pada sesuatu yang berbeda itu. Secara individu, setiap manusia adalah berbeda, baik dilihat dari segi fisiknya maupun mentalnya. Setiap manusia merupakan subjek yang otonom. Namun demikian, setiap manusia memiliki kesamaan, yaitu sama-sama manusia sesama manusia. Demikian juga dalam konteks keberagamaan, terdapat beragam agama, dan aliran kepercayaan yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda beda, tetapi semuanya memiliki kesamaan, yaitu sama-sama menyembah Tuhan Yang Maha Esa.

2. Analisis Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia

Peraturan bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 8 dan No. 9 tahun 2006, dalam pasal 1 menjelaskan yang dimaksud kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.empati Menurut Umar Hasyim 1979:23, toleransi mengandung segi-segi: 1 mengakui hak setiap orang yaitu sikap mental yang mengakui hak setiap orang didalam menentukan sikap dan nasibnya sendiripercaya diri; 2 menghonnati keyakinan orang lain, karena soal keyakinan adalah urusan pribadi masing-masing; 3 setuju dalam perbedaan, perbedaan tidak hams ada permusuhan, karena perbedaan selalu ada di dunia dan perbedaan tidak harus menimbulkan kekerasan empati; 4 saling pengertian; 5 kesadaran dan kejujuran serta 6 jiwa falsafah Pancasila menjamin adanya ketertiban dan kerukunan hidup beragama. Toleransi beragama bertolak dari keyakinan dan hati nurani manusia. Oleh karena itu keyakinan beragama tidak dapat dipaksakan. Kebebasan memeluk keyakinan PPKn SMP KK H 163 beragama merupakan salah satu perwujudan pelaksanaan hak asasi manusia. Oleh karena itu pengertian toleransi beragama adalah keyakinan adanya kebebasan setiap warga negara untuk memeluk suatu agama yang diyakininya dan kebebasan untuk menjalankan ibadahnya. Rudini. 1994:65menghargai perbedaan agama dan kepercayaan Dalam kehidupan toleransi beragama di Indonesia bisa dibedakan atas 3 toleransi yaitu toleransi intern umat beragama, toleransi antar umat beragama dan toleransi antara umat beragama dengan pemerintah. Kehidupan toleransi beragama dalam masyarakat perlu dikembangkan supaya tercipta suasana yang tenang, damai sehingga kebebasan dalam menjalankan ibadah menurut agama masing-masing dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu perlu dikembangkan sikap saling mengerti, saling menerima, saling hormat menghormati, saling harga menghargai dan toleransi menghendaki adanya kejujuran dan kebesaranjiwa empati Agama sebagai realitas sosial didalamnya tidak hanya tergantung aspek ajaran yang bersifat normatif doktrinal melainkan juga terdapat variabel pemeluknya, tafsir ajaran, lembaga keagamaan, tempat suci, serta bangunan ideologi yang dibangun dan dibela para pemeluknya. Dengan demikian, jika terjadi konflik antar agama maka terdapat berbagai variabel yang terlibat yang satu ikut memperkuat yang lain, meskipun ada juga aspek ajaran yang menjadi kekuatan pencegah yaitu doktrin agama untuk saling menghormati sesama manusia dan misi setiap agama untuk menegakkan kedamaian. Sebagai locusclassicus dan pluralisme, Indonesia tidak saja menjadi tempat berkembang suburnya berbagai macam keanekaragaman sosial budaya tetapi juga sangatrentan terhadap munculnya konflik sosial. Terjadinya konflik agama secara nyata menjadi cermin betapa wacana kerukunan di Indonesia masih belum berjalan ideal. Kerukunan antar umat beragama selama ini terkesan masih sekedar menjadi cita-cita, belum berjalan ideal karena belum menjadi kesadaran seluruh umat beragama. Disamping itu, konflik beragama juga disebabkan mengkristalnya ketidakpuasan masyarakat akibat diberlakukannya kebijakan politik pemerintah masa lalu yang diskriminatif. Jadi timbulnya friksi yang dapat merusak kerukunan antar umat beragama bisa terjadi karena kesalahpahaman yang bersumberkan dari kurangnya pemahaman agama yang