273 dibentuk sebagai kendaraan politik bagi organisasi Islam lainnya yang aspirasi
politiknya belum tersalurkan melalui organisasi politik yang ada pada saat itu. Seiring dengan pembentukan Parmusi, keanggotaan Mathla’ul Anwar di Sekber
Golkar secara otomatis berakhir. Keputusan Mathla’ul Anwar untuk kembali berpolitik mendapat reaksi negatif dari sebagian pengurus daerah yang berujung
pada konflik internal. Konflik tersebut dapat diatasi setelah Mathla’ul Anwar kembali menjadi organisasi independen meskipun aspirasi politiknya disalurkan
kepada Golongan Karya. Tahun 1986, Mathla’ul Anwar pun menerima Pancasila sebagai satu-satu azas dalam berorganisasi karena cita-citanya bukan mendirikan
negara Islam, melainkan menjadikan nilai-nilai Islam sebagai landasan berbangsa dan bernegara. Dengan keputusannya itu, hubungan dengan pemerintah Orde Baru
kembali mencair sehingga memberi kesempatan untuk menyebarluaskan pengaruhnya tidak hanya di Jawa Barat melainkan juga di seluruh Indonesia.
431
4. Persjarikatan Oelama
Persjarikatan Oelama PO didirikan oleh K.H. Abdul Halim sekitar pertengahan tahun 1917.
432
PO merupakan organisasi sosial keagamaan yang berupaya mengembangkan sistem pendidikan yang sesuai dengan ajaran Islam
dan melakukan dakwah dalam rangka menyiarkan ajaran Islam.
433
Eksistensi organisasi tersebut mendapat dukungan penuh dari H. O. S. Tjokroaminoto
dengan mengupayakan pengakuan secara hukum atas keberadaan organisasi tersebut. Gubernur Jenderal J. P. Graaf van Limburg Stirum memberikan status
badan hukum kepada PO pada akhir tahun 1917 berdasarkan Rechtspersoon
274 Pengesahan Pemerintah No. 43 tanggal 21 Desember 1917 dengan wilayah
operasional di Kabupaten Majalengka.
434
Dalam kurun waktu 1917-1924, PO berhasil membuka cabang di Jatiwangi, Maja, Talaga, Kadipaten, Dawuan,
Sukahaji, Bantarujeg, Rajagaluh, Jatitujuh, dan Leuwimunding.
435
Selain berusaha mendirikan cabang di luar Majalengka, PO pun memiliki beberapa organisasi pemuda dan perempuan. Organisasi onderbouw PO tersebut
dibentuk sebagai wadah mengembangkan potensi yang dimiliki oleh pemuda dan kaum perempuan. Terkait dengan hal itu, tahun 1929 PO mendirikan Hizbul Islam
Padvinders Organisatie HIPO, sebuah organisasi kepanduan yang menampung dan menyalurkan aktivitas para pemuda di lingkungan PO. Selain itu, pada 1932
PO pun mendirikan Perikatan Pemoeda Islam PPI yang kemudian diubah menjadi Perhimpoenan Pemoeda Persjarikatan Oelama Indonesia P3OI. Tidak
lama kemudian, PO pun membentuk Perhimpoenan Anak Perempoean Persjarikatan Oelama.
436
Untuk memberdayakan kaum perempuan, PO mendirikan Fatimiyah tahun 1930. Nama organisasi tersebut diambil dari nama Fatimah Az-Zahra, putri
Nabi Muhammad SAW yang terkenal dengan kegigihannya dalam menegakkan agama Islam. Nama tersebut menjadi inspirasi agar kaum perempuan di
lingkungan PO memiliki semangat perjuangan yang tinggi sebagaimana dicontohkan oleh Ibunda Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husen itu. Oleh
Hoofdbestuur PO, Fatimiyah ditugasi untuk mengelola rumah yatim piatu dan
275 tugas-tugas lainnya yang tidak bertentangan dengan harkat dan martabat
kewanitaan.
437
Untuk mendukung perjuangannya, PO menerbitkan majalah Soeara Persjarikatan Oelama SPO yang terbit untuk pertama kalinya tahun 1928 yang
kemudian beruba nama menjadi As-Sjuro.
438
Meskipun memiliki hubungan yang relatif baik dengan pemerintah kolonial, namun SPO pun tidak alergi untuk
mengkritik kebijakan pemerintah, khususnya yang menyangkut masalah agama, pendidikan, dan aspek kehidupan masyarakat lainnya. Misalnya, PO ikut serta
dalam rapat umum di Cirebon tahun 1931 yang mengkritik Gemeenteraad Cheribon karena telah mengeluarkan kebijakan menyerahkan pengelolaan rumah
sakit umum kepada Medische Zending. Penolakan tersebut disebabkan adanya kekhawatiran di kalangan rakyat bahwa proses pengobatan akan dikaitkan dengan
kepentingan penyebaran agama Kristen di kalangan penduduk pribumi.
439
Upaya PO memperjuangkan hak-hak umat Islam tidak hanya dilakukan dengan mempergunakan media massa, tetapi juga melakukan audiensi dengan
pemerintah kolonial. PO menunut agar pemerintah kolonial memasukkan pelajaran agama Islam ke dalam kurikulum sekolah umum dan mencabut keijakan
masalah warisan yang diatur oleh hukum adat. Pada 1940, para pengurus PO menyampaikannya secara langsung Adviseur voor Inlandsch Zaken di Batavia
Centrum untuk menyampaikan secara langsung kedua tuntutan tersebut.
440
Di bidang pendidikan, pada 1919 PO mendirikan Madrasah Mu’allimin Darul Ulum
yang berstatus sebagai kweekschool. Untuk menjadi seorang guru, santri di
276 madrasah ini harus menempuh pendidikan selama lima tahun.
441
Sementara itu, di bidang ekonomi, PO berupaya untuk mengoptimalkan peranan koperasi untuk
memperbaiki tingkat kehidupan ekonomi masyarakat. Koperasi dipilih oleh PO sebagai wadah pemberdayaan ekonomi umat karena di dalamnya terkandung jiwa
persaudaraan dan persatuan sesama anggotanya.
442
Foto 104: Surat Kabar Soeara Persjarikatan Oelama dan As-Sjoero
Sumber: Mohammad Akim. t.t. Kumpulan Majlah Artikel Soeara P.O. dan As-Sjoero. Madjalah Boelanan bagi Kaoem PO Choesoesnja dan Oemmat Islam Oemoemnja. Madjalengka.
Tahun 1942, Pemerintah Militer Jepang membekukan PO karena anggaran dasarnya dipandang tidak sejalan dengan tujuan politik Jepang. Hampir
dua tahun, PO tidak melakukan aktivitas apapun sampai K. H. Abdul Halim menerima dan memasukkan tujuan-tujuan Persemakmuran Asia Timur Raya ke
dalam anggaran dasar PO sekaligus mengubah nama organisasi menjadi Perikatan Oelama Indonesia POI. Perubahan-perubahan tersebut mendorong Pemerintah
277 Militer Jepang mengakui secara hukum eksistensi POI sejak tanggal 1 Februari
1944.
443
Pada 25 Mei 1944, POI diterima sebagai bagian dari Masjumi karena dipandang sebagai organisasi yang memiliki perbedaan dengan organisasi Islam
lainnya yang lebih dahulu duduk di Masjumi.
444
Eksistensi PO berakhir tahun 1952 seiring dengan keputusannya untuk melakukan fusi dengan organisasi
Persatoean Oemat Islam Indonesia POII yang sebelumnya bernama Al- Ittihadijatoel Islamijjah AII.
5. Al-Ittihadijatoel Islamijjah AII