H. Muhammad Dimyati Abuya Dimyati, 1925-2003 H. R. Totoh Abdul Fattah 1931-2008

143 MUI Propinsi jawa Barat, tepatnya pada 27 April 1985, setelah mengalami kecelakaan lalu lintas sepulang berdakwah dari Ciamis. 313

K. H. Muhammad Dimyati Abuya Dimyati, 1925-2003

Nama lengkap Abuya Dimyati adalah Muhammad Dimyati ibn H. Muhammad Amin. Ia lahir di Cidahu, Pandeglang, 1925. Dim kecil telah menunjukan kecerdasannya. Hal tersebut terlihat, ketika masuk di beberapa pesantren selalu menjadi santri yang menonjol. Mula-mula mondok di Cadasari, Kadupeseng, Plamunan, dan ke Plered, Cirebon. Setelah menginjak dewasa, Dim berguru kepada beberapa kiai sepuh di tatar Jawa. Di antara gurunya, adalah: Abdul Halim, Mukri Abdul Chamid, Mama Sempur, Mbah Dalhar Watucongol, Mbah Nawawi Jejeran, Yogyakarta, Mbah Khozin Bendo, Pare, Mbah Baidhowi Lasem dan Mbah Rukyat Kaliwungu. 314 Foto 54: K. H. Muhammad Dimyati Abuya Dimyati Sumber: Ulama-Ulama Nusantara. Diakses dari http:sachrony.files.wordpress.com. Tanggal 12 Maret 2011. 144 Setelah mondok ia mukim di Pandeglang. Dim dijuluki para muridnya Abuya, gurunya para guru, dan kiainya para kiai. Selain itu, para m,uridnya menyebut al-‘alim khas al-khas dan pakunya Banten. Namun demikian, dibalik kepopuleran namanya, ia tetap sederhana dan bersahaja. Terdapat informasi, Dim adalah seorang penganut tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah. Kesehajaannya terpatri dalam kehidupan sehari-hari; tawadhu’, istiqamah, zuhud, dan ikhlas. Dim adalah seorang qurra’ dengan lidah yang fasih. Kalau shalat tarawih di bulan puasa, tidak turun untuk sahur kecuali setelah mengkhatamkan al-Qur’an dalam shalat. Dibanding ulama kebanyakan, Dim menempuh jalan spiritual yang unik. Ia secara tegas mengatakan, Thariqah aing mah ngaji Abuya Dim wafat bersamaan dengan hari akan dilangsungkan pernikahan anaknya 2003 di Cidahu, Pandeglang, dalam usia 78 tahun. 315

K. H. R. Totoh Abdul Fattah 1931-2008

Totoh lahir di Balonggede, sebelah Selatan Masjid Agung Bandung, 1931. Ia anak K. H.R. Achmad Badruddin dan Hj. R. Siti Rahmah. Menurut sumber tradisi, ayahnya masih keturunan Sunan Haruman, syekh Mahwali Ja’far Shidiq. 316 Pendidikan formal di HIS Budi Harti Garut, MA Bandung, UNINUS, IKIP Bandung dan IDI Bandung. Ia pun pernah mondok di Situgede Monggor, Limbangan, Cikelepu Limbangan, Karangsari Leles, dan ke K. H. 145 Sudja’i Sindangsari, Cileunyi. Ia menikah dengan putri K. H. Sudja’i, bernama Hj. Siti Maryam. 317 Foto 55: K. H. R. Totoh Abdul Fattah Sumber: Mengenang Almarhum K. H. R. Totoh Abdul Fatah. Diakses dari http:alyimam. blogspot.com. Tanggal 12 Maret 2011. Sepanjang karirnya, Totoh pernah menjadi Guru Agama SLTA 1968, Penghulu Kota Madya Bandung 1969-1973, Kepala Kandepag Kota Bandung 1975-1980, Kabid Penais Kanwil Depag Jabar 1980-1982, Hakim Tinggi AgamaWakil Ketua PTA untuk Wilayah Jabar dan DKI Jakarta 1982-1985, Penatar BP7 Jawa Barat 1982-1985, Staf Ahli BAPPEDA Jabar 1982-1985, Dosen Hukum Islam APDN Bandung 1982-1985, Na’ib Amirul Hajj 1992, Anggota MPR RI dari FKP No.C.727 1992-1999. 318 Dalam bidang organisasi, Sekertaris MUI Jawa Barat 1958-1969, Ketua Sekber Golkar Kandepag Kodya Bandung 1969-1974, Rais Syuriah NU Cibeunying 1970, Ketua DKM Masjid Agung Bandung 1973-1980, Ketua Al- Washliyah Jawa Barat 1975, Pendiri Islamic CentrePusdai Jabar 1988, Pendiri RS. Al-Ihsan 1992, Dewan Penasehat DHD ’45 Jawa Barat 1989 -1990, Ketua Umum DMI Jabar 1983- 1993, Dewan Pertimbangan MUI Pusat 1990-2000, Dewan Pembina DMI Pusat 1993-2000, Wakil Ketua Ikatan Purnabhakti Hakim Agama Nasional 1992-1997, Wakil Ketua Panwaslu 146 Jawa Barat pada Pemilu 1999, Ketua Umum MUI Jabar 1985-2000, Ketua MUI Pusat Bidang Dakwah 2000-2005, Ketua Dewan Penasehat MUI Jabar 2005-2008, dan ia pun termasuk tim pemrakarsa pembuatan Al-Qur’an Mushaf Sundawi.128 K. H. Totoh wafat 1 September 2008. Ia dimakamkan di TPU Cileunyi Wetan, Bandung. 319

K. H. Djauharuddin A. R. 1933-1995