H. Mohammad Ma’sum Mama Ma’sum Bondongan, 1909-1997 H. A. Dimyati 1910-1971

127 anak seorang mukimin dari Ciparay Bandung. Anwar pun memperdalam ilmu agama Islam ke beberapa syekh dan ulama terkenal di Masjidil Haram. 267 Tahun 1941, Anwar kembali ke Garut. Aktivitas Anwar dimulai dengan masuk anggota Syu Sangi Kai Priangan, Ketua Masyumi Priangan, Kepala KUA Priangan pertama. Masuk Hisbullah bersama K. H. Yusuf Taujiri dan K. H. Khoer Affandi. Tahun 1950, mendirikan PTAIN di Yogyakarta dan menjadi dosen bahasa Arab dan Dakwah. Ia pernah menjadi sekretaris Fakultas Hukum UII. 268 Tahun 1960, mendirikan dan mengelola IAIN Sunan Gunung Djati di Bandung. Ia menjadi rektor pertama 1968. Ia pun ditunjuk menjadi anggota panitia penerjemahan Tafsir Quran dalam bahasa Indonesia dan Sunda. Di sela- sela kesibukannya, ia aktif di organisasi NU. Setelah pensiun, Anwar mendirikan pasantren Al-Musaddadiyah. Anwar wafat di Garut pada tanggal 21 Juli 2000. 269

K. H. Mohammad Ma’sum Mama Ma’sum Bondongan, 1909-1997

Mohammad Masum atau biasa disapa mama Ma’sum lahir di Sukabumi, 22 April 1909. 270 Ia adalah anak K. H. Ahmad Rifa’i dan Hj. Djuariah. Dasar- dasar pendidikan agama didapatnya langsung dari orang tuanya. Ma’sum muda masuk pesantren Gunung Puyuh dan dibina langsung oleh ajengan Sanusi. Setelah lulus, aktif di Al-Ittihadiyatul Islamiyah AII. 271 Setelah berkiprah lama di Sukabumi, tahun 1935 diutus K. H. Ahmad Sanusi untuk membawa misi AII ke Bogor. Ia menempati rumah di daerah Gardu Tinggi Siliwangi. Di sini Ma’sum menikah dengan Rd. Djamilah. Suami-isteri ini 128 kemudian pindah ke Pulo Empang, mengontrak rumah milik H. Hamzah. Di Pulo Empang, Ma’sum mulai merintis pembangunan Madrasah Al-Fuad 1936. 272 Semangat dakwah Ma’sum tidak pernah pudar. Ia terus merambah ke daerah- daerah di luar kota Bogor, seperti: Parung, Rumpin, Ciampea, Leuwiliang, Cariu, Jonggol, Cileungsi dan lain-lain. Tidak jarang ia harus berjalan kaki beberapa kilometer. Melalui dakwak itulah keberadaan Madrasah Al-Fuad menjadi terkenal dan banyak siswa disekolahkan di sana. 273 Sebagai kader AII dan PUII, Ma’sum masuk partai Masyumi dan terpilih menjadi anggota DPRD Bogor. Tahun 1952, ketika terjadi fusi peleburan antara Perikatan Ummat Islam K. H. Abdul Halim, Majalengka dengan Persatuan Ummat Islam Indonesia K. H. Ahmad Sanusi, Sukabumi, di Gedung Nasional Kota Bogor menjadi Persatuan Ummat Islam, Ma’sum turut serta dalam kegiatan tersebut. Ia pun kemudian ditunjuk sebagai Ketua Umum PUI untuk Kota dan Kabupaten Bogor. Pada tahun itu 1952, Ma’sum mendirikan Perguruan PUI Bondongan, Jl. Pahlawan No.57 B Kota Bogor, dengan dana yang dikumpulkan dari jamaah pengajiannya. Di masa senjanya, mama Ma’sum adalah ulama besar kota Bogor. Ia wafat tanggal 14 juli 1997 di Kota Bogor. 274

K. H. A. Dimyati 1910-1971

Ahmad Dimyati lahir di Bandung tahun 1910. Pada masa kanak-kanak mondok ke K. H. Abu Cijerah, K. H. Zarkasyi dan K. H. Moh. Nawawi Cibaduyut, K. H.R. Dimyati ajengan Gedong, Sukamiskin, K. H. Aon 129 Mangunreja, Tasik, Pesantrean Pejaten Cirebon, dan ke K. H. Hasyim Asy’ari Tebuireng, Jombang. 275 Gerak perjuangannya antara lain, Komandan Lasykar Hizbullah Bandung Selatan, anggota Konstituante 1955, dan anggota DPR GR. Selain itu, pernah menjadi Ketua Tanfidziah PW NU Jawa Barat 1950 dan Ketua Rois Syuriah PW NU Jawa Barat 1960. Tahun 1958, mewakili KMKB Bandung ia terpilih sebagai pengurus MUI Jawa Barat. Ahmad Dimyati juga pendiri Pesantren Sirnamiskin Kopo, Bandung. Ia wafat pada bulan April 1971 di Bandung. 276

K. H. Ruhiat 1911-1977