Al-Ittihadijatoel Islamijjah AII Organisasi Keislaman pada Masa Kolonial

277 Militer Jepang mengakui secara hukum eksistensi POI sejak tanggal 1 Februari 1944. 443 Pada 25 Mei 1944, POI diterima sebagai bagian dari Masjumi karena dipandang sebagai organisasi yang memiliki perbedaan dengan organisasi Islam lainnya yang lebih dahulu duduk di Masjumi. 444 Eksistensi PO berakhir tahun 1952 seiring dengan keputusannya untuk melakukan fusi dengan organisasi Persatoean Oemat Islam Indonesia POII yang sebelumnya bernama Al- Ittihadijatoel Islamijjah AII.

5. Al-Ittihadijatoel Islamijjah AII

Sekitar tahun 1931, para ulama melakukan pertemuan di Pesantren Babakan Cicurug, Sukabumi yang menghasilkan kesepakatan bahwa mereka akan mendirikan sebuah organisasi yang akan diberi nama Al-Ittihadjatoel Islamijjah AII. Organisasi ini akan berasaskan Islam dengan tujuan menjalankan ajaran Islam secara konsisten berdasarkan atas mazhab Ahlus Sunnah wal Jamaah untuk memperoleh kebahagian dunia dan akhirat. Kesepakatan para ulama itu diterima oleh K. H. Ahmad Sanusi yang sedang ditahan di Batavia Centrum sekaligus mengesahkannya sebagai sebuah organisasi sosial keagamaan pada awal November 1931. Pada saat disahkan, AII berkantor pusat di Tanah Tinggi No. 191, Kramat, Batavia Centrum meskipun pengurus besarnya belum terbentuk. 445 Dari tanggal 20 – 21 November 1931 para ulama penggagas AII berhasi menyusun Hoofdbestur AII yang terdiri dari K. H. Ahmad Sanusi Ketua, A. H. Wignjadisastra Wakil Ketua; R. Muhammad Busro SekretarisBendahara; dan 278 H. Rafe’i, H. Ahmad Dasoeki, H. Siroj, Muhammad Sabih, R. Suradibrata, serta H. Komaruddin Komisaris. 446 Untuk menyebarluaskan tujuannya, PB AII berusaha untuk mendirikan cabang organisasi tersebut di berbagai daerah. Tahun 1934, AII hanya memiliki sekitar empat belas cabang yang tersebar di daerah Sukabumi, Cianjur, dan Bogor. Satu tahun kemudian, Tahun 1935, AII berhasil mendirikan beberapa cabang di daerah Bandung dan Tasikmalaya. 447 Meskipun resminya AII sebagai organisasi sosial keagamaan, namun acapkali masuk juga ke ranah politik dengan tujuan untuk menggugah kesadaran politik nasionalisme di kalangan para jamaah atau anggota AII. Pada 1932, AII mengeluarkan pernyataan bahwa Bangsa Indonesia harus memperjuangkan tanah airnya demi harga diri sebagai sebuah bangsa. Tanpa perjuangan, bangsa Indonesia tidak akan pernah menjadi sebuah bangsa mandiri yang bisa menjaga dan mempertahankan harga diri dan martabatnya. 448 Selain membuka cabang di berbagai daerah, AII mendirikan Barisan Islam Indonesia BII tahun 1937 sebagai wadah bagi para pemuda yang kemudian menjadi inti dari laskar perjuangan Hizbullah. 449 Sementara itu, untuk memberdayakan kaum perempuan, AII mendirikan Zainabiyah yang pada 1941 dipimpin oleh Siti Kobtijah dari Tipar, Sukabumi. 450 Cabang kedua organisasi ini terdapat di setiap daerah yang telah memiliki cabang AII. Foto 105: Pengurus Besar AII Tahun 1941 279 Sumber: Miftahul Falah. 2009a. Riwayat Perjuangan K. H. Ahmad Sanusi. Bandung: MSI Cabang Jawa Barat dan Pemkot Sukabumi. Hlm. 108. Pada masa Pendudukan Militer Jepang 1942-1945, eksistensi dan aktivitas AII dibekukan karena Gunsheirekan memandang AII belum sejalan dengan tujuan politik Jepang. Tanggal 1 Februari 1944, eksistensi dan aktivitas AII dihidupkan kembali oleh Pemerintah Militer Jepang setelah tujuan politik yang akan diperjuangkan Jepang melalui konsep Lingkungan Bersama Kemakmuran Asia Raya diterima dan dimasukkan ke dalam anggaran dasar AII. Sejalan dengan itu, nama organisasi pun diubah menjadi Persatoean Oemmat Islam Indonesia POII. 451 Tahun 1952, organisasi ini melakukan fusi dengan Perikatan Oelama Indonesia POI yang sebelumnya bernama Persjarikatan Oelama.

6. Nahdlatul Ulama