Front Pembela Islam FPI

301 Dari kegiatan tersebut, terbentuklah Hizbut Tahrir Indonesia sebagai bagian dari Hizbut Tahrir Internasional. Bagi Hizbut Tahrir Indonesia, kota-kota besar di Jawa Barat merupakan salah satu basis bagi organisasi yang memiliki tujuan akhir terwujudnya sistem Kekhalifahan Islamiyah. Untuk menyebarkan gagasannya itu, para aktivis HTI menerbitkan jurnal bulanan Al-Wa’ie dan buletin mingguan Al-Islam serta mendirikan Yayasan As-Salam. Untuk mewujudkan Khalifah Islamiyah itu, HTI menggagas lima cara yang harus dilaksanakan oleh umat Islam. Pertama, membentuk kesadaran politik umat Islam dengan berlandaskan pada ideologi atau mabda’ Islam sesuai Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma’, dan Qiyas. Kedua, memberikan solusi untuk kebaikan umat Islam dengan menekan penguasa agar menetapkan syari’at Islam secara menyeluruh. Ketiga, membuka rahasia makar internasional yang akan menghancurkan Islam dan umatnya melalui kapitalisme, komunisme, dan penjajahan kebudayaan. Keempat, melakukan pergulatan pemikiran atau shira’ul fikr dengan memahami Islam sekaligus non-Islam agar dapat memenangkan argumentasi atas nama Islam. Kelima, perjuangan politik tidak hanya di parlemen karena parlemen sebagai produk demokrasi padahal kedaulatan tertinggi hanya milik Allah SWT. 524191

2.5 Front Pembela Islam FPI

Front Pembela Islam FPI dideklarasikan tanggal 17 Agustus 1998 di hadapan apel akbar umat Islam yang berasal dari Bogor, Tangerang, Bekasi, Ciamis, Garut, Tasikmalaya, Cirebon, Madura, Banten, dan Lampung. FPI 302 dibentuk dengan tujuan untuk melindungi dan membebaskan umat Islam dari kemaksiatan dengan cara membina akhlak umat sekaligus memberantas sumber kemaksiatannya. Alam deklarasi itu, hadir beberapa tokoh antara lain Habib Rizieq Shihab, K.H. Misbahul Anam, K. H. Zuhri Yakub, K. H. Cecep Bustomi, Habib Idrus Jalalullail, Habib Al Muchdor, dan K. H. Maksum. Dalam deklarasi itu, disepakati bahwa FPI akan dipimpin oleh Habib Rizieq Shihab Ketua Umum dan Ahmad Sabri Lubis Sekretaris Jenderal. 525 Secara struktural, FPI menaungi beberapa divisi antara lain Front Mahasiswa Islam untuk bidang intelektual, Front Bantuan Hukum untuk advokasi, Front Mujahidah untuk perempuan muslimah, Front Investigasi untuk tugas intelijen, dan satu lembaga kajian strategis. FPI juga memiliki Serikat Pekerja Karyawan di lima pabrik yang terletak di Tangerang. FPI pun mendirikan cabang hampir di setiap kabupatenkota di Jawa Barat karena kemaksiatan tidak hanya terjadi di ibu kota negara, melainkan juga di daerah-daerah. 526 Dalam kurun waktu empat tahun 1998-2002, FPI berhasil merekrut anggota dan simpatisan sekitar tiga juta orang. 527 Sebagai organisasi yang akan memberantas sumber kemaksitan, acapkali FPI melakukan sweeping ke pusat-pusat hiburan seperti diskotik dan pusat maksiat lainnya. Atas aksi-aksinya itu, sebagian umat Islam memperlihatkan sikap mendukung, tetapi tidak sedikit pula yang menunjukkan sikap menentang. Akan tetapi, secara keseluruhan sikap keras FPI telah menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat. Di lain pihak, FPI pun menunjukkan sikap politik yang 303 tegas terhadap wacana pencantuman Piagam Jakarta dalam konstitusi dasar NKRI. Dukungan tersebut disampaikan ke forum Sidang Tahunan MPR tahun 2002. 528 Sikap keras FPI pada akhirnya melahirkan kekhawatiran di kalangan pengurus dan anggotanya terhadap kemungkinan gerakan mereka ditumpangi oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, tanggal 6 Nopember 2002, Sekretaris Jenderal FPI Ahmad Shabri di Jakarta membacakan Maklumat Laskar yang menyatakan bahwa kegiatan FPI dibekukan sejak tanggal ditetapkan hingga jangka waktu yang tidak ditentukan. Cabang FPI yang ada di wilayah Jawa Barat menerima isi maklumat tersebut sambil terus membesar FPI dengan sikap dan perilaku yang lebih lunak dibandingkan dengan sebelum tahun 2002. Pembekuan itu pun dimanfaatkan untuk melakukan evaluasi pembenahan, dan pembinaan kelaskaran, untuk memkasimalkan efektivitas gerakan amar ma’ruf nahi munkar serta menjaga citra gerakan Islam. 529

D. Berdiri dan Perkembangan MUI Jawa Barat