Makam Keramat Tinggalan Arkeologis 1. Masjid

253 Barat, namun justru Masjid Cipari menjadi pusat perjuangan bangsa Indonesia merebut dan mempertahankan kemerdekaan.

2. Makam Keramat

Selain masjid, tinggalan arkeologis dalam budaya Sunda yang mendapat pengaruh Islam adalah makam-makam keramat. Makam tersebut menyebar di setiap daerah di Jawa Barat. Makam yang paling dikeramatkan adalah makam para wali atau makam yang dianggap sebagai penyebar agama Islam. Sebagai makam keramat, sudah barang tentu tempat tersebut banyak diziarahi oleh orang- orang yang memiliki keyakinan atas kekeramatan makam tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi sinkretisme dalam ajaran Islam. Makam merupakan bangunan yang didirikan di atas gundukan tanah yang menjadi kuburan seorang muslim. Menurut ajaran Islam, sebuah makam harus dibangun dengan memujur dari arah utara ke selatan. Sebuah makam terdiri atas kijing atau jirat yakni bangunan bagian bawah dan nisan atau maesan yakni pertanda atau identitas orang yang dikubur di makam itu. Kijing atau jirat dibuat dari batu alam dengan cara susun timbun seperti dalam tradisi candi HinduBudha. Bisa juga sebuah kijing dibuat seperti struktur bangunan punden berundak-undak dari masa megalitik. Sementara itu, nisan merupakan tonggak yang ditancapkan di bagian utara dan selatan sebuah makam. Bentuk sederhana dari nisan boleh jadi berupa papan kayu atau balok batu. 401 Foto 96: Cungkup di Kompleks Pemakaman Wiralodra, Indramayu 254 Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 31 Januari 2010. Adakalanya sebuah makam berada di bawah naungan atap dari sebuah bangunan tambahan yang disebut cungkup. Bangunan makam seperti ini jelas memperlihatkan pengaruh Hindu karena makam yang bercungkup bersumber pada pemikiran lama seperti mendirikan candi pada zaman Hindu. Berkaitan dengan itu, terjadi penyesuaian dalam proses pembuatan makam bercungkup sehingga sejalan dengan ajaran Islam. Candi pada zaman Hindu diyakini sebagai tempat persemayaman arwah yang kemudian diselaraskan dalam Islam yakni arwah bersemayam di makam tempat jasadnya dikuburkan. Pola pikiran seperti itu terlihat jelas dari pembangunan makam bercungkup untuk para raja, bangsawan, atau tokoh terkemuka terutama para penyebar agama Islam. 402 255 Sementara itu, pemilihan lokasi makam pun masih memperlihatkan pengaruh kebudayaan Hindu. Naskah Sajarah Banten dan Hasanudin dapat diketahui bahwa tempat pemakaman raja-raja Banten terletak di kompleks Masjid Agung Banten. Berbeda dengan raja-raja Cirebon yang akan dimakamkan di atas bukit Gunung Jati atau Amparanjati. 403 Demikian juga dengan makam para penyebar Islam di wilayah Jawa Barat, rata-rata dimakamkan di atas bukit seperti makam Sunan Godog Karangpawitan, Garut, Makam Syekh Jafar Sidiq Cibiuk, Garut, Makam Syekh Abdul Muhyi Pamijahan, Tasikmalaya, Sunan Cipancar Limbangan, Garut, dan Syekh Rama Irengan Kuningan. Selain letaknya di atas bukit, adakalanya makam-makam tersebut dilengkapi pula dengan bangunan tambahan cungkup. Foto 97: Makam Syekh Jafar Sidik di Garut 256 Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 13 Januari 2010. Foto 98: Makam Sunan Godog di Garut Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 14 Januari 2010. Foto 99: Makam Syekh Abdul Muhyi, Tasikmalaya 257 Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 20 Januari 2010. Selain lokasi dan bentuk makam, hiasan yang terdapat pada nisan menunjukkan pula pengaruh Islam. Ragam hias tersebut memiliki kaitannya dengan seni kaligrafi terutama dalam bentuk segitiga tumpal, kurawal, segi empat atau belah ketupat, jalinan tali atau tambang, dan hiasan bunga teratai. Demikian pula seni hias pada puncak nisan yang menujukkan beragam bentuk perlambangan seperti candi atau stupa. Pola hias yang terdapat pada makam Sunan Gunung Jati, misalnya, berbentuk kurawal, segi ketupat, dan hiasan-hiasan yang bersifat floralistik. 404 Selain itu, terdapat juga pengaruh ragam hias Majapahit berupa awan pada pola wadasan. Pengaruh nisan Majapahit pun dikenali pada nisan beberapa makam di kompleks pemakaman Pangeran Selawe di Indramayu. Foto 100: Nisan Majapahit di Makam Pangeran Selawe, Indramayu 258 Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 31 Januari 2010. Di Kampung Ciburuy, Desa Talaga Wetan, Kecamatan Talaga terdapat sejumlah makam kuno yang berjumlah tiga belas buah. Tujuh buah makam terletak berjajar arah Utara-Selatan dengan ukuran yang sama. Sementara enam buah lagi dengan ukuran lebih pendek terletak bersebelahan dengan deretan makam pertama dan berjajar arah Utara-Selatan. 405 Beberapa makam berhiaskan sulur-sulur daun dengan gambar bunga matahari di tengahnya baik berkelopak bunga atau tidak dan di bawahnya terdapat motif segitiga, motif segitiga dengan bulatan di kanan kirinya. Pemaduan antara motif segitiga dan bulatan seperti ini mengingatkan kita pada hiasan hiranyagarbha rahim ibu pada Candi Sukuh dan 259 Ceto di Gunung Lawu, Jawa Tengah. Hiasan-hiasan makam ini mengindikasikan bahwa makam-makam ini dibuat pada awal masa Islam di Majalengka. Foto 101: Ragam Hias Stilirisasi Nilotpala pada Nisan di Kompleks Makam Ciburuy Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 21 April 2010. Nisan makam berbentuk stilirisasi nilotpala bunga teratai setengah mekar atau padma bunga teratai mekar dengan hiasan yang berbeda antara satu dengan lainnya, di antaranya bermotif sulur-sulur daun dengan gambar bunga matahari di tengahnya baik berkelopak bunga atau tidak dan di bawah hiasan bunga matahari terdapat hiasan daun. 260

BAB VI ORGANISASI POLITIK, ORGANISASI MASSA,

LEMBAGA PENDIDIKAN, DAN TASSAWUF MODERN

A. Pengantar

Sebagai sebuah agama, Islam tidak hanya mengandung ajaran yang bersifat Hablulminallah, melainkan juga memiliki nilai-nilai yang sifatnya Hablulminannaas. Sifat pertama menekankan pada praktik-praktik keagamaan yang bersifat vertikal yakni upaya umat Islam melaksanakan perintah Tuhan dalam bentuk ritual keagamaan. Sementara itu, sifat kedua menekankan pada amalan-amalan sosial yakni upaya umat Islam menerapkan aturan-aturan Islam dalam kehidupan sosial. Konsep hablulminannaas menunjukkan Islam sebagai agama yang tidak meninggalkan sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial. Secara historis, implementasi konsep tersebut dapat dilihat dari timbul tenggelamnya organisasi keagamaan baik yang bersifat sosial-politik maupun sosial-budaya. Organisasi tersebut tidak hanya sekedar menjadi wadah kaum muslimin untuk mengamalkan praktik-praktik ibadah sosial, melainkan juga menjadi kendaraan untuk menjaga atau menyuarakan kepentingan umat Islam dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, Islam pun sangat memperhatikan aspek pendidikan bagi para pemeluknya. Pada awalnya, lembaga pendidikan hanya dikenal di lingkungan pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan saja. Dalam