H. Ruhiat 1911-1977 H. Abdullah Yasin Basyunie 1911-1998

129 Mangunreja, Tasik, Pesantrean Pejaten Cirebon, dan ke K. H. Hasyim Asy’ari Tebuireng, Jombang. 275 Gerak perjuangannya antara lain, Komandan Lasykar Hizbullah Bandung Selatan, anggota Konstituante 1955, dan anggota DPR GR. Selain itu, pernah menjadi Ketua Tanfidziah PW NU Jawa Barat 1950 dan Ketua Rois Syuriah PW NU Jawa Barat 1960. Tahun 1958, mewakili KMKB Bandung ia terpilih sebagai pengurus MUI Jawa Barat. Ahmad Dimyati juga pendiri Pesantren Sirnamiskin Kopo, Bandung. Ia wafat pada bulan April 1971 di Bandung. 276

K. H. Ruhiat 1911-1977

Ruhiat dilahirkan 11 Nopember 1911, di Cisaro, Cipakat, Singaparna. Ia adalah anak H. Abdul Gofur Kepala Desa Cipakat dari isteri keduanya, Hj. Umayah binti Indra. 277 Ruhiyat belajar secara formal di Vervolegh Sukasenang 1918-1921. Setelah lulus ia mesantren ke K. H. Sobandi Cilenga, Tasikmalaya, Kiai Emed Sukaraja, Garut, ke pesantren K. H. Abas Nawawi Kubang, Tasikmalaya, ke pesantren K. H. Thoha Cintawana, dan kembali ke Cilenga 1929. 278 Foto 47: K. H. Ruhiat 130 Sumber: Dokumentasi K. H. Bunyamin Ruhiat, Pimpinan Pesantren Cipasung Tasikmalaya. Mulai merintis pesantren Cipasung 1931, dengan menyelenggarakan pendidikan berbeda dibanding pesantren tradisional lainnya waktu itu. Tahun 1935, mendirikan madrasah diniyah, Kursus Kader Mubalighin wal Musyawwirin 1937, SP Islam 1949, SR Islam 1953, yang kemudian diubah menjadi MI dan SMPI serta SMA Islam 1959. Setelah itu, mendirikan SP-IAIN sebagai cikal MAN 1969. Semua lembaga itu bernaung di bawah Yayasan Pesantren Cipasung yang didirikannya tahun 1967. 279 Ruhiat pernah ditangkap Belanda dan dipenjarakan di Sukamiskin 1941 dan Ciamis 1942. Ia dituduh melakukan gerakan yang melawan Kolonial Belanda dan terlibat dalam pemberontakan Sukamanah K. H. Zainal Mustofa. 280 Pada masa revolusi, ia pun ditangkap dan baru dibebaskan setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda 1949. Dalam organisasi keagamaan, Ruhiyat aktif di NU dan pernah ditunjuk sebagai Rois Syuriah Cabang Tasikmalaya, Awan Syuriah NU Jawa Barat, dan Awan Syuriah PB NU. K. H. Ruhiat wafat 131 tanggal 28 Nopember 1977 dan dimakamkan di komplek Pesantren Cipasung 281 sekarang berada di dalam mesjid Cipasung.

K. H. Abdullah Yasin Basyunie 1911-1998

Yasin Basyunie dilahirkan di Paningkiran, Cirebon, 8 Juni 1911. Ayahnya, K. H. Basyunie, bekerja sebagai Penghulu Keraton Kanoman. Ibunya, Hj. R. Siti Khoiriyah, aktivis PUI Rajagaluh, Majalengka. 282 Yasin Basyunie memperoleh dasar-dasar agama langsung dari ayahnya. Semasa muda mondok di beberapa pesantren Cirebon dan dilanjutkan ke Djamsaren, Solo. Ketika mondok di Djamsaren, ayahnya wafat. Sepeninggal ayahnya, ia kembali mondok di pesantren Majalengka dan Cirebon. Ia pun sempat mengaji kepada K. H. Abdul Halim. Setelah lulus, Yasin Basyunie merintis pendidikan berbasis keagamaan di Lawanggada, Cirebon. Setelah itu, diangkat menjadi staf KUA Kota Cirebon serta merintis renovasi mesjid At-Taqwa Cirebon 19561957. Tahun 1935, menikah dengan Siti Mu’inah binti H. Muhammad Rosyad penghulu Landraad Majalengka. Ibu Siti Mu’inah, Ratu Siti Kapadmi, putri Kanoman Cirebon. Dari pernikahan tersebut dikaruniai 11 orang putra dan putri. 283 Tahun 1957, pindah ke Majalengka. Ia pensiun tahun 1970 dengan jabatan terakhir Kakandepag Majalengka. Ketika menjadi Kakandepag, ia merintis pengajian rutin ba’da subuh dan perluasan mesjid Agung al-Imam. Yasin Basyunie dipandang sebagai gurunya para guru, dan kiainya para kiai di Majalengka. Di bidang keormasan, Yasin 132 Basyunie aktif di PUI. Adiknya, Ahmad, adalah mantu K. H. Abdul Halim dengan menikahi Nyai Halimah. Selama di PUI, Yasin Basyunie pernah menjadi Ketua Dewan Penasehat PB PUI. Ia pun memelopori pendirian PTI Majalengka sekaligus menjadi Ketua PTI pertama. 284 Tahun 1991, bersama putra dan mantunya mendirikan Yayasan Daarul Amanah Singawada, Rajagaluh. Yasin Basyunie wafat tahun 1998 di Majalengka. 285 Kiai Mustahdi Abbas Setelah Kiai Abbas meninggal tahun 1946, Kiai Mustahdi Abbas, sebagai putra tertua menggantikan posisi ayahnya di Buntet Pasantren. Kiai Mustahdi belajar agama kepada ayahnya dan paman-pamannya di Buntet Kiai Anas, Kiai Kriyan, dan Kiai Akyas. Setelah itu, ia mondok di Kiai Amin Babakan Ciwaringin, Kiai Dimyati Termas, Kiai Hasyim Asy’ari Tebuireng, Kiai Abdul Manan Lirboyo, ke Lasem pada Kiai Mamun dan Kiai Baidhowi. 286 Kiai Mustahdi menikahi Nyai Asiah, putri Kiai Anas. Dari pernikahannya dikaruniai tiga orang putri dan seorang putra. Ia berangkat ke Makkah dan menetap di sana beberapa waktu dengan Anwar Musaddad. Tahun 1958, ia mendirikan PGA NU 4 tahun. Tahun 1960, sekolah tersebut dikembangkan menjadi dua lembaga pendidikan terpisah, yaitu PGA NU 6 tahun putra dan PGA NU 6 tahun Putri. Selanjutnya, tahun 1965 ia mendirikan MTs NU dan tahun 1968 mendirikan MANU. Dalam kepengurusan NU, ia pernah diamanahi sebagai anggota Syuriah NU Jawa Barat. 287 133 Kiai Mustamid Abbas Setelah Kiai Mustahdi wafat, putranya, Abbas Sholih masih kecil. Sehingga adik kandungnya, Mustamid Abbas 288 ditunjuk untuk memimpin Buntet pesantren. Pendidikan agama Mustamid Abbas dimulai dari Madrasah Wathoniyah Buntet Pesantren. Selanjutnya, menjadi santri Kiai Dimyati Termas, Kiai Mamun dan Kiai Baidhowi Lasem, Kiai Abdul Manan Lirboyo, dan Kiai Hasyim Asy’ari Tebuireng. Foto 48: Kiai Mustamid Abbas Sumber: Ulama-Ulama Nusantara. Diakses dari http:sachrony.files.wordpress.com. Tanggal 12 Maret 2011. Ia hanya sebentar memimpin Buntet Pesantren, karena ketika menggantikan posisi kakaknya telah berusia 60 tahun. Kiprah dalam keormasan dan politik, Mustamid Abbas pernah menjadi Rais Syuriah PW NU Jawa Barat, anggota MPR, dan Ketua Persatuan Pondok Pesantren Indonesia cabang Cirebon. Setelah wafat, ia digantikan oleh K. H. Abdullah Abbas. 289 134

K. H. Noer Alie 1914-1992