R. H. Sudja’i 1901-1984

121 memproklamasikan NIIDI. Yusuf dengan tegas menolaknya. Akibatnya, pesantren Cipari sering diserang DI. Menurut sumber tradisi, serangan itu terjadi sebanyak 46 kali. Tahun 1949, Yusuf kembali ditangkap Belanda, namun segera dibebaskan, karena dianggap benteng perlawanan terhadap DI. Yusuf besar jasanya dalam membantu TNI setelah Hijrah dari Yogyakarta. Dalam posisi terjepit antara tentara Belanda dan DI itulah, berkembang legenda tentang kehebatannya. Ia dipandang memiliki ilmu laduni. Tahun 1960, Yusuf diangkat sebagai Anggota DPR GR. Namun demikian, menurut keluarganya, ia tidak pernah ikut pemilu. Yusuf Taujiri meninggal tahun 1972 dan dimakamkan di Garut. 252

K. R. H. Sudja’i 1901-1984

R. Sudjai adalah anak dari K. H. Muhammad Ghazali. Lahir di Sindangsari Cileunyi tahun 1901. Seperti para kiai lainnya, R. Sudjai kecil menempuh pendidikan dari pesantren ke pesantren. Mula-mula ia mondok di Cibaduyut, kemudian ke Gentur Cianjur, ke Cibeunteur Banjar, dan terakhir ke pesantren Sukamiskin. 253 Setelah mondok, ia mendirikan pesantren Sindangsari. Pendirian pesantren ini didukung penuh dari ayah, paman, dan saudara-saudaranya H. Tamim, K. H. Siroji, dan K. H. Dimyati. Pesantren Sindangsari menunjukan perkembangan yang pesat. Tahun 1960, mulai dibangun bangunan yang lebih 122 layak. Pembangunan ini didukung oleh salah seorang mantunya, H. R. Totoh Abdul Fattah. Tahun 1977, nama pesantren Sindangsari diubah menjadi Al-Jawami. Pemilihan nama Al-Jawami, kuat dugaan, berdasarkan pengertiannya, lengkap dan universal. Selain itu, terdapat komitmen untuk mensyiarkan kitab Ushul Fiqh, Jamul Jawami’. Pada tahun tersebut mulai diselenggarakan pendidikan formal disamping mempertahankan pesantren tradisional dengan dibentuknya Madrasah Aliyah MA dan Madrasah Tsanawiyah MTs. Pada perkembangannya didirikan pula lembaga pendidikan tinggi yang bergabung dalam Yapata Al-Jawami. 254 Aktivitas R. Sudjai tidak hanya terbatas pada bidang pendidikan. Ia adalah salah seorang tokoh mustasyar NU Kab. Bandung. Pada masanya, pesantren Al-Jawami menjadi saksi bisu bagi berdirinya Majelis Ulama Indonesia Jawa Barat. Di tempat inilah, tepatnya pada tahun 1958, diadakan pertemuan antara sejumlah Ulama dan Umaro yang diwakili Kol. RA. Kosasih sebagai Penguasa Perang Daerah Swatantra I Propinsi Jawa Barat. Pada kesempatan tersebut, K. H. R. Sudjai terpilih sebagai Ketua MUI Jawa Barat yang pertama, dibantu antara lain oleh menantunya K. H. R. Totoh Abdul Fatah sebagai Penulis I, didampingi oleh beberapa ulama terkemuka di Jawa Barat lainnya, seperti: K. H. Badruzzaman, K. H. Burhan, K. H. Sayid Ustman. K. H. Sulaeman, serta K. H. Abdul Malik. Adapun dari pihak pemerintah diwakili oleh Arhatha dan HR. Sutalaksana. R. Sudjai wafat tahun 1984, dikuburkan di komplek Pesantren Al- Jawami, Cileunyi Bandung. 255 123

K. H. M. Burhan 1901-1991