H. M. Burhan 1901-1991 Masa Setelah Kemerdekaan H. Abdullah ibn Nuh 1905-1987

123

K. H. M. Burhan 1901-1991

R.M. Burhan, lahir di Keresek Garut tahun 1901. Ia merupakan cucu pendiri Pesantren Keresek. Burhan kecil mulai belajar agama di Keresek, kemudian ke Pesantren Fauzan Cisurupan, mondok ke K. H. R. Dimyati ajengan Gedong, Sukamiskin, ke K. H. Syatibi Gentur, Sindangsari Cijerah dan ke K. H. Tb Ahmad Bakri Mama Sempur, Purwakarta. Sewaktu nyantri di Sukamiskin, ia seangkatan dengan K. H. R. Sudja’i dan K. H. Syatibi Imam Besar Mesjid Agung Sumedang. Pada waktu itu, ia dipercaya sebagai wakil ajengan. 256 Pulang dari pesantren, ia menikah dengan puteri K. H. Abdul Syukur. K. H. Abdul Syukur dikenal sebagai pendukung fanatik gagasan Soekarno. Sehingga R. M. Burhan dikenal sebagai seorang nasionalis. Berkat dukungan mertuanya, ia berhasil mendirikan pesantren Cijawura, Bandung. Dalam sejarahnya, pesantren Cijawura pernah digempur Belanda tahun 1947 pada hari Jumat bulan Ramadhan. Penggempuran tersebut dilatari keberadaan Lasykar Rakyat dan Hizbullah di sana. Pada peristiwa tersebut pihak Lasykar Rakyat dan Hizbullah gugur 56 orang. Aktifitas R.M. Burhan, selain dalam bidang pendidikan dan dakwah, ia juga dipercaya sebagai Rois Syuriah PC NU Kabupaten Bandung 1975-1985 dan Rois Mustasyar PW NU Jawa Barat 1985-1991. Ketika Tatar Sunda bergejolak tahun 1950-an, putra Garut ini diangkat sebagai salah seorang penasehat pada Lembaga Kesejahteraan Umat LKU dan saat pembentukan MUI Jawa Barat 1958, ia dipercaya sebagai Bendahara II. R.M. Burhan wafat pada tahun 1991, dimakamkan di pemakaman keluarga Cijawura Bandung. 257

C. Masa Setelah Kemerdekaan

K. H. Abdullah ibn Nuh 1905-1987

Abdullah ibn Nuh lahir 30 Juni 1905, 258 di Bojong Meron, Cianjur. Ia putera pasangan K. H.R. Nuh ibn Idris dan Nyai R. Aisyah binti R. Sumintapura. 124 Kakeknya seorang Wedana di Tasikmalaya. Pada masa kanak-kanak, ia dibawa bermukim selama 2 tahun oleh neneknya dari pihak ayah R. Khalifah Respati, yang ingin wafat di Makkah. 259 Sekembali dari Makkah ia sekolah di I’anat at- Thalib al-Miskin, yang didirikan ayahnya. Setelah lulus, melanjutkan ke Syamailul Huda Pekalongan. Pada usianya yang relatif muda ia sudah hafal kitab Alfiah dan memelajari bahasa Inggeris dan Belanda secara otodidak. 260 Ketika berusia 17 tahun, mengajar di Hadramaut School Surabaya dan menjadi redaktur majalah mingguan berbahasa Arab, Habaib 1922-1926. Tahun 1926, melanjutkan pendidikannya ke Universitas al-Azhar Cairo. Sekembalinya dari Cairo, mengajar di Cianjur dan Bogor 1928-1943. Gerak perjuangan Abdullah ibn Nuh dimulai dengan menjadi anggota PETA 1942-1945, BKR cikal bakal TKR dan TNI, anggota KNIP 1948- 1950, Kasie siaran berbahasa Arab RRI Yogyakarta, dan dosen UII. Setelah Belanda mengakui kedaulatan RI, seiring ibukota Negara kembali pindah ke Jakarta, ia menjabat Kasie siaran bahasa Arab di RRI 1950-1964. Tahun 1964- 1967, menjadi dosen bahasa Arab di Fakultas Sastra UI. 261 Foto 45: K. H. Abdullah bin Nuh 125 Sumber: Dokumentasi Yayasan Pendidikan Al-Ghazali, Bogor. Tahun 1969, Abdullah ibn Nuh mendirikan Majelis Al-Ghazali dan pesantren al-Ihya Bogor. Selain itu, ia pun seorang penulis yang subur. Di antara karya monumentalnya adalah Kamus Indonesia-Arab-Inggris yang disusun bersama Oemar Bakry. Adapun karangannya yang ditulis dalam bahasa Indonesia adalah Cinta dan Bahagia, Keutamaan Keluarga Rasulullah Saw., dan Sejarah Islam di Jawa Barat Hingga Zaman Keemasan Banten serta sebuah buku berbahasa Sunda Lenyepaneun. Karya terjemahan lainnya adalah: Minhaj al- Abidin, Al-Munqiz Min al-Dalal, dan al-Mustafa li ManLahu Ilm al-Ushul. 262 Pada usianya yang ke-82 Abdullah ibn Nuh wafat, 26 Oktober 1987. 263

K. H. Anwar Musaddad 1909-2000